Takkan
Kubiarkan Kau Terluka
Hari ini cuaca panas sekali.
Sampai-sampai jemuran di depan rumah Ibu Anipun kering semua. Padahal
belum lama Ibu Ani menjemurnya. Ibu Ani angkatin pakaian satu demi satu,
kemudian dibawanya ke kamar anaknya, Aisyah. Karena di kamar Aisyah biasanya
Ibu Ani menyetrika. Kamar Aisyah memiliki pentilasi yang besar, sehingga saat
Ibu Ani menyetrika, bisa dibuka jendela lebar-lebar agar angin bisa masuk dan
udara tidak terlalu panas.
Tak sengaja Ibu Ani melirik meja
belajar anaknya. Tak biasanya buku diary Aisyah tak dibereskan, selama ini kan
dia simpan ditempat tersembunyi. Ibu Ani penasaran. Karena selama ini tak
pernah dia tahu keluh kesah anaknya. Aisyah adalah gadis periang. Tak
pernah sekalipun dia ceritakan kesulitannya. Aisyah memang pintar di sekolah
dan pandai bergaul pula. Namun aku tahu di lubuk hatinya ada luka yang begitu
dalam. Sejak bapaknya meninggalkan keluarga ini, dia tak pernah bercerita
tentang kesulitannya. Uang jajan sekolahpun tak pernah dia minta, sedikasihnya
saja olehnya.
Ibu Ani membuka buku itu, dan
membaca satu demi satu curahan hati anaknya, Aisyah. Tak terasa air mata Ibu
Ani meleleh membasahi pipi. Ibu Ani sudah menyangka tentang hal ini. Namun,
selagi Aisyah takmau bercerita,Ibu Ani tak mau menanyakannya. Takut menambah luka
hati anaknya. Di halaman terakhir tertanggal 30 November 2021, ada keinginan
Aisyah untuk ikut kursus komputer mengisi liburan semesterannya. Namun dia tak
berani mengatakan pada ibunya. Mungkin karena biayanya cukup besar.
Ibu Ani metutup buku itu, dan
merapikan kembali seperti semula, agar Aisyah tak curiga. Lalu menyetrika
pakaian kering itu dengan segera, agar bisa keluar dari kamar Aisyah sebelum
anaknya pulang sekolah. Ibu Ani menengok jam di dinding, menunjukkan pukul
13.00 WIB. Sebentar lagi Aisyah pulang. Biasanya dia sampai rumah pukul 14.00
WIB jika tidak ada kegiatan ekschool di sekolahnya atau di Kabupaten.
Waktu sudah pukul 15.00 WIB Aisyah
belum pulang juga. Ibu Ani mulai khawatir. HPnyapun tak aktif. "Kemana
kamu Aisyah? kok gak ngabarin Ibu Nak?, "gumam Ibu Ani dalam hati.
Adik Aisyah, Maulana sudah terbangun dari tidurnya. Dia sudah terjadwal untuk
tidur siang, dan nanti ba'da ashar dia akan berangkat mengaji hingga magrib.
Ibu Ani siapkan makan untuk Maulana.
Namun sebelumnya, maulana disuruh mandi dulu agar segar saat belajar ngaji di
madrasahnya. Ibu Ani mengecek perlengkapan ngaji di tas ngaji Maulana, mulai
alat tulis, buku dan Al-Qur'an. Setelah semuanya lengkap, Ibu Ani mengambilkan
baju koko di lemari dan menyiapkan makan sore untuk anaknya.
Maulana lahap sekali makannya. Ibu Anipun bahagia melihatnya karena
anak-anak takada yang rewel dan manja.
"Maulana berangkat dulu bu,
Assalamualaikum, "ucapnya sambil mencium tangan Ibu Ani
"Waalaikumsalam
warohmatullahiwabarokatuhu, hati-hati di jalannya, belajar yang benar,
" jawab Ibu Ani.
Ibu Ani langsung ke dapur dan
menyiapkan adonan es lilin serta comro untuk besok pagi dijual. Inilah
pekerjaan Ibu Ani kini, setelah ditinggalkan suaminya yang pergi dengan
wanita pilihannya. Dia tidak mau menceraikan Ibu Ani, akan tetapi tidak juga
menafkahi hidupnya. Status Ibu Ani digantung, karena janda bukan bersuamipun
tidak. "Terserahlah, biar dia yang mempertanggungjawabkannya di hadapan
Illahi Robby, "gumam ibu Ani dalam hati.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00
WIB, kulihat dari kejauhan anakku berjalan dengan senyum tetap mengembang
sambil menyapa orang di sepanjang jalan yang dilewatinya. Begitulah dia,
sehingga banyak orang yang menyayanginya.
"Assalamualaikum, Ibu,
"ucap Aisyah dengan nyaring.
"Waalaikumsalam warohmatullahi
wabarokatuhu, kenceng-kenceng amat ngucap salamnya, emangnya ibu udah tuli
apa?, "Tanya Ibu sambil bercanda.
Aisyah mencium tangan Ibu, sambil
tertawa.
"Bukan begitu Ibu, Aisyah lagi
seneng banget. Maaf yah tadi gak ngabarin. Baterai HP nya low bath, terus Aish harus rapat di Kwarcab. Aisyah nanti malam
berangkat ke Bandung bersama Sukimto, karena harus menghadiri kegiatan Musda
Jabar yang akan dilaksanakan selama 10 hari."
Ibu Ani bingung sendiri , sambil langsung diam, dia berpikir, mau berapa dia memberinya bekal nanti. Karena di saku cuma ada uang Rp 20.000,-, cukup
untuk apa? sementara Aisyah di sana 10
hari.
"Ibu gakusah pusing-pusing,
tenang aja. Semua biaya ditanggung dari sana. Dan ini, Aish ada uang Rp
500.000,- untuk uang jajan di kasih sama Pak Bupati Kuningan, "kata Aisyah
yang tahu jika ibunya sedih karena pasti tidak punya uang untuk bekalnya.
"Alhamdulillah, iya Aish, ibu
bingung gakpunya uang untuk kamu jajan di sana, "kata Ibu.
"Ibu, Aish ambil Rp 100.000,-
aja. sisanya simpanin yah. Aish ingin kursus komputer, "kata Aish
lagi.
"Nanti kalau kamu kurang bekal gimana,
kan 10 hari Ish?, "tanya ibu.
"Bu, di sana itu makanan
melimpah, walaupun kegiatan pramuka menunya mewah, ada snack, minuman dan
lain-lain. Jadi untuk apa Aish bawa uang
banyak-banyak, "kata Aish lagi.
"Aish minta buat ongkos aja,
takut kurang, "ucapnya menambahkan.
Ibu Ani bersyukur memiliki anak yang
luar biasa.” Seandainya Aisyah rapat di
Bandung, berarti uang jajan harian Aish bisa aku tabung. Aku harus usahakan
bisa memenuhi kebutuhan Aish kursus komputer, "gumam Ibu Ani dalam hati.
"Aish makan dulu,
"perintah Ibu
"udah kenyang bu, kan tadi
makan segala dikasih dari sana, "jawab Aish sambil membereskan pakaiannya
ke koper serta perlengkapan lainnya. Dia sudah terbiasa kegiatan seperti ini
sehingga Ibu Ani tak perlu membantunya menyiapkan keperluannya lagi.
"Kamu berangkat pukul berapa
sama sukimto,"Tanya Ibu. Sukimto adalah temannya di pramuka, walaupun beda
sekolah akan tetapi persahabatan mereka sudah terjalin sejak SMP.
Malampun tiba, sukimto datang ke
rumah menjemput Aish menggunakan mobil travel yang sudah dipesankan oleh pihak
kabupaten. Mereka tinggal berangkat saja, sehingga Ibu Ani tidak merasa
khawatir.
Selama Aish pergi, Ibu terus bersemangat membuat es lilin yang laku
banget karena hari sangat panas. Ibu membuat
berbagai rasa, mulai kacang hijau, nangka, susu, manga, coklat dan stroberi. Takada rasa lelah di hatinya.
Alhamdulillah selama 10 hari Ibu Ani bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 2 jtan.
Lumayanlah bisa untuk bayaran jika Aish kursus komputer.
Hari ulang tahunku tak pernah kuingat. Terlalu banyak
problematika kehidupan yang aku alami, sehingga aku lupa kapan tanggal bahagia
dan kapan tanggal menyedihkan. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Aku
masih terjaga karena Aish sudah bilang jika dia akan pulang hari ini. Kusiapkan
makan malam alakadarnya saja, walau hanya tempe oreg basah yang menggunakan
kecap dan kerupuk, Aisyah pasti tetap tersenyum.
Tak lama setelah itu, ada mobil
berhenti di depan rumahku. Yah, … Aisyah telah sampai rumah. Aku Bahagia
sekali.
"Assalamualaikum Bu, "ucap
Aish.
"Waalaikumsalam warohmatullohi
wabarokatuhu, "jawabku.
"Ibu belum tidur? kok masih
membungkusin es sih bu, bukannya istirahat, nanti Ibu sakit lagi, "ucap
Aish sedikit mengomel.
“Tenang saja, Cuma gitu-gitu doing kok,
“jawab Ibu
“Barakallah Fii Umrik yah Ibu, sehat
selalu, bahagia selalu dan tetap menjadi Ibu yang baik untuk aku dan maulana, “kata
Aisyah
“Aisyah tak tahu, jika kesibukanku
inilah yang membuatku melupakan semua kesedihanku dan luka hatiku yang telah
dikhianati oleh bapaknya. Seandainya tidak banyak yang aku kerjakan, mungkin
aku akan kepikiran terus dan sakit, gumam Ibu.
"Bu, ini ada uang Rp 600.000,-,
yang Rp 100,000,- uang bekal kemarin dan yang Rp 500.000,- uang pemberian dari
provinsi, tuh kan Aish juga bilang apa, pasti uangnya utuh. Karena makanan di
sana itu berlimpah bu. Kecuali kalau kita mau beli-beli asesoris, nah baru
butuh uang, "kata Aish lagi.
"Iya ..., iya ..., rejeki anak
soleh. Uangnya mau buat apa?, "tanya Ibu pura-pura tak tahu.
"Aish ingin kursus komputer bu,
boleh yah?, "tanyanya.
"Boleh, tapi kegiatanmu
bagaimana?, "tanya Ibu
"Aish akan mengatur waktu
sebaik mungkin. Tapi Aish pasti pulang sore, gakpapa yah bu gakbisa membantu
pekerjaan Ibu?,"tanya Aish.
"Gakpapa, kamu bawa bekal untuk
makan siang biar gak kelaparan nantinya, "kata Ibu.
"Ok bu, Aish mau
bersih-bersih dulu bu, terus sholat, baru tidur, Ibu istirahat udah malam,
"kata Aish.
"Sebentar, Ibu masukin es dulu
ke frezer, "jawabku sambil memasuk-masukkan es ke frezer untuk dijual
besok pagi.
Pagipun tiba, Aish dan Maulana
bangun pagi-pagi sekali. Maulana langsung ke kakaknya merengek.
"Kakak bawa oleh-oleh apa,
"tanya Maulana polos.
"Ada, banyak, "kata Aish.
Aish mengeluarkan plastik hitam, ada
susu, permen dan kue-kue.
"Kamu beli Ish, "Tanya Ibu
"Tidak Bu, setiap pagi, siang
dan sore selalu ada susu atau teh kotak, nah Aish ambil susu, sehari dapat 3,
jadi ada 30 susu. Lalu ada permen juga, tapi sama Aish gak dimakan, Aish
kumpulin, ada snack kering juga, Aish kumpulin, jadinya kan ada oleh-oleh buat
adik kakak tersayang, "kata Aish sambil memeluk adiknya yang kegirangan
karena mendapat oleh-oleh yang banyak.
"Ibu ke kamar yah?, “ucap Ibu
sambil pamitan dan pergi tidur, karena kepalanya berat sekali. Pagi harinya saat
mereka sedang sarapan pagi, tiba-tiba Ibu
mengeluarkan dompetnya. Dan segepok uang diserahkan kepada Aisyah.
“Nak, ini ada sedikit uang buat kamu
membeli laptop agar kamu bisa belajar komputernya tidak tanggung-tanggung,
"kata Ibu sambil terbatuk-batuk. Selama ini ibu sering tidur malam karena
permintaan es lilin dan comro sangat banyak, sehingga dia kurang tidur.
Baginya kebahagiaan anaknya lebih
utama dari kesehatannya. Dia tak mau anaknya merasakan kepedihan yang dia
rasakan. Dia ingin anaknya bisa hidup lebih baik lagi, tidak sepertinya yang
hanya bisa membuat makanan alakadarnya saja. Bagi Ibu rasa lelah yang dia
rasakan, takada artinya dibandingkan rasa sakit hati atas pengkhianatan yang
suaminya lakukan. Biarlah cerita luka ini hanya menjadi onggokan sampah di
hatinya. Dia ingin anak-anaknya sekolah tinggi dan bahagia.
Aisyah
senang sekali, karena hari ini sudah bisa membayar uang kursus computer dan membeli
laptop yang baru. Begitupun Ibu, walaupun harus lelah membanting tulang. Namun
saat melihat anaknya bahagia, diapun bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar