BAB 7 MENDALAMI KARYA ILMIAH
Sidang karya tulis ilmiah di MA Miftahul Anwar merupakan kegiatan rutin setiap tahun yang pasti dialami oleh siswa kelas 12 sebagai salah satu syarat kelulusan. . Semua siswa sudah terlihat tegang, mereka melihat nama-nama pengujinya. Dan berharap agar semuanya akan baik pada mereka. Walau mereka terlihat tegang, akan tetapi dalam pelaksanaannya banyak diantara mereka yang tersenyum-senyum.
Seperti itulah kita, belum apa-apa sudah gugup sehingga mental kita lebih dulu kena dan akibatnya dalam presentasi, tidak bisa maksimal. Oleh karena itu, setiap akan melaksanakan kegiatan yang sipatnya ujian, usahakan kita persiapkan sebaik mungkin agar kita bisa tampil secara maksimal. Dan hilangkan rasa takut dan gugup, tanamkan rasa percaya diri yang tinggi, karena apa yang akan kita sampaikan adalah sesuatu yang telah dipelajari, jadi inshaallah bisa.
Pada hari kedua pelaksanaan ujian sidang KTI, pengawas madrasah KKM 7 Garut yaitu Ibu Hj Ucu, ikut hadir melihat jalannya kegiatan sidang KTI tersebut. Kepala MA Miftahul Anwar, H.Tantan Khoerul Anwar ikut mendampingi Ibu Hj Ucu berkeliling melihat siswa kelas 12 yang sedang sidang. Sehingga bukan peserta sidang saja yang tegang hari ini. Para penguji pun ikut tegang, karena dilihat dan dinilai pengawas KKM 7 Garut he,..he...
Pasti diantara kalian ada yang belum tahu apasih Karya Tulis Ilmiah itu, sehingga kelas 12 Madrasah Aliyah Miftahul Anwar merasa tegang dan ketakutan menghadapinya. Di bawah ini akan dijelaskan tentang karta tulis ilmiah.
A. Pengertian
Karya tulis ilmiah adalah hasil karya berupa tulisan yang di dapat dari penelitian dan harus dipertanggungjawabkannya dalam sidang agar diakui kebenarannya. Jika dilihat dari asal katanya, Karya tulis ilmiah, merupakan gabungan dari tiga suku kata yaitu karya, tulis dan ilmiah. menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ketiga kata tersebut mengandung arti :
1. Karya, dapat diartikan sebagai hasil sebuah usaha, upaya, perbuatan atau ciptaan
2. Tulis, atau menulis memiliki arti segala kegiatan yang terkait dengan huruf, angka, pena, atau media tulis yang lain.
3. Ilmiah, menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
Nah, jika diartikan secara menyeluruh, karya tulis ilmiah merupakan sebuah karya yang dihasilkan dari kegiatan menulis, dengan menggunakan penerapan kaidah ilmiah, mengutamakan aspek rasionalitas, mengusung permasalahan yang bersifat obyektif serta faktual.
Sangat disarankan, penulisan karya tulis ilmiah, menggunakan kata yang tidak ambigu, atau memiliki makna ganda, maka diperlukan penggunaan gaya bahasa yang lugas, eksplisit, menggunakan variasi istilah ilmiah yang sesuai dengan aturan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teori mengenai arti karya tulis ilmiah, turut serta berkembang sesuai dengan tema penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, kerangka teori, sehingga memunculkan pengetahuan-pengetahuan baru mengenai arti karya tulis ilmiah ini sendiri .
1. Eko Susilo, M.(1995)
Menurut Eko Susilo, M., Karya tulis ilmiah adalah artikel yang diperoleh sesuai dengan sifat ilmiah dan didasarkan pada observasi, evaluasi, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan bahasa bersantun dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya.
2. Dwiloka dan Riana (2005)
Menurut Dwiloka dan Riana, Karya ilmiah atau artikel ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (dalam bentuk pembangunan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui literatur, koleksi pengalaman, penelitian.
3. Titi Setiyoningsih, S.Pd, M.Pd (2016)
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta ini menyebutkan, bahwa karya tulis merupakan sebuah tulisan yang dibuat berdasarkan metode ilmiah, yakni logika ilmu pengetahuan, yang dimulai dari adanya masalah, tujuan, manfaat, dan pentingnya hal tersebut dibahas, memuat adanya fakta, teori-teori terdahulu, dan karya-karya terdahulu yang membawa hal tersebut, kemudian ada metode, pembahasan, hingga kesimpulan, tentunya referensi juga harus disertakan.
B. Fungsi Karya Tulis Ilmiah
1. Fungsi Untuk Pendidikan
Kegiatan membuat karya tulis ilmiah sudah dilaksanakan sejak anak memasuki kelas atas SD yaitu sekitar kelas 4,5,6, walaupun karya tulisnya masih sangat sederhana. Mereka sudah mulai belajar menulis tentang apa yang mereka lihat dan mereka rasakan. Berlanjut saat SMP mulai belajar membuat makalah-makalah sederhana dan saat SMA sudah mulai belajar membuat karya tulis ilmiah.
Berlanjut saat kuliah S1 sebagai mahasiswa akan dinyatakan lulus jika telah membuat karya tulis ilmiah berupa skripsi, begitupun halnya jika ingin menyelesaikan S2 seorang mahasiswa pascasarjana harus menyelesaikan Tesis dan saat ingin mendapatkan gelar Doktor, seorang mahasiswa Doktoral S3 harus menyelesaikan karya tulis ilmiah berupa Disertasi begitupun halnya jika seseorang ingin mendapatkan gelar Profesor harus bisa menemukan hal yang baru dan menuliskannya dalam karya tulis ilmiah.
Jadi karya tulis ilmiah dalam dunia pendidikan akan terus diperlukan dari tingkat paling rendah hingga paling tinggi sekalipun.
2. Fungsi Untuk Penelitian
Pada setiap masa, ilmu pengetahuan semakin berkembang, sesuai dengan pertumbuhan sosial masyarakat. Dari sini, karya tulis ilmiah dimanfaatkan untuk mengembangkan penelitian seseorang, dengan menghadirkan pengetahuan-pengetahuan baru, setelah memperoleh data-data yang akurat, diolah, disimpulkan, kemudian diterapkan dalam kehidupan.
3. Fungsi Fungsional
Karya tulis ilmiah ditulis oleh penulis dari berbagai disiplin ilmu. Penjelasan arti fungsi fungsional berarti, karya tulis ilmiah dapat menjadi media pengembangan pengetahuan sebagai bahan tinjauan pustaka, untuk kebutuhan dari berbagai disiplin ilmu.
C. Manfaat Karya Tulis Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah, merupakan suatu karya cetak atau karya visual yang melibatkan penulis dan pembaca. Pastinya karya tulis ilmiah memiliki manfaat bagi penulis dan pembacanya, antara lain:
1. Dapat melatih pengembangan keterampilan membaca yang efektif.
Bagi penulis, menyusun karya tulis ilmiah membutuhkan sebuah keterampilan tertentu, agar karya tulis ilmiah ini dapat dibaca dengan nyaman, dimengerti, dan dipahami oleh pembacanya.
Sehingga penulis memerlukan keterampilan membaca yang efektif, agar tidak membuang energi dalam menyusun karya tulis ilmiah. Bagi pembacanya, karya tulis ilmiah melatih pembacanya untuk terampil membaca mengenai hal-hal yang diperlukan, untuk membangun pengetahuannya, tidak melebar ke topik atau tema yang tidak diperlukan.
2. Sebagai pengenalan terhadap aktivitas kepustakaan
Sebuah karya tulis ilmiah, sarat akan sumber dan narasumber. Sumber penyusunan karya tulis ilmiah, didapat dari teori-teori para ahli yang dibukukan, atau tertuang dalam jurnal ilmiah yang dapat diakses melalui media internet. Sumber-sumber ini disebut sebagai sumber pustaka.
3. Mendapatkan kepuasan intelektual
Setiap penulis karya tulis ilmiah, membuat karya tulis ilmiah bukan hanya sekedar menulis. Proses membuat karya tulis ilmiah melibatkan intelektualitas penulis. Seluruh kemampuan kecerdasan penulis dilibatkan di sini.
Karya tulis ilmiah disusun berdasar penelitian, percobaan, wawancara dengan narasumber, serta menghimpun teori dari sumber-sumber pustaka yang diperoleh. Ketika sudah mendapatkan hasil yang dirasa cukup, berhasil mempersembahkannya di depan penguji atau khalayak, maka penulis akan merasa puas, ketika karya tulis ilmiahnya diterima oleh banyak orang.
4. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
Semakin berkualitas suatu karya tulis ilmiah, dilihat dari isi, tujuan dan orisinalitas. Hal ini merupakan cerminan dari luasnya cakrawala ilmu pengetahuan penulisnya. Suatu karya tulis ilmiah juga mewakili struktur pemikiran dari penulisnya.
5. Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk peneliti selanjutnya
Karya tulis ilmiah satu dengan yang lain, pasti saling memengaruhi. Terbitnya karya tulis ilmiah saat ini, sedikit banyak akan dipengaruhi oleh karya tulis ilmiah sebelumnya. Karya tulis ilmiah sebelumnya, pasti juga dipengaruhi oleh karya tulis ilmiah terdahulu.
Antar karya tulis ilmiah, jika memiliki fokus perhatian terhadap penelitian yang sama, dengan sendirinya akan mencari acuan pendukung yang terdekat.
6. Sebagai peningkatan perorganisasian fakta dan data secara sistematis
Dari asal katanya sendiri, karya tulis ilmiah mengisyaratkan suatu hasil karya yang bersifat ilmiah, disertai dengan penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan, penyajian data yang nyata, kemudian diolah menjadi sebuah kesimpulan dengan sistematika yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Fakta yang terungkap berasal dari sumber yang jelas, dengan data penelitian yang shahih, serta bukan hasil plagiasi,
7. Dapat melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
Seorang peneliti tidak dapat berdiri sendiri pada saat melakukan penelitian, hingga menyusun karya tulis ilmiah sebagai laporan. Peneliti yang melakukan penelitian, memerlukan sumber pustaka sebagai landasan teori pada saat melakukan penelitian.
Landasan teori tersebut, berasal dari berbagai sumber, terutama jurnal ilmiah, atau buku-buku yang diterbitkan sebagai penunjang penulisan karya tulis ilmiah.
D. Jenis-Jenis Karya Tulis Ilmiah
Berdasar masing-masing kebutuhan, karya tulis ilmiah digolongkan menjadi tujuh jenis. Yang membedakan adalah letak dari isi dan sistematika penulisan. Ketujuh artikel ini adalah.
1. Artikel
Artikel adalah sebuah karya tulis yang isinya berupa gagasan atau fakta yang dapat membujuk, meyakinkan, mendidik, serta menghibur pembacanya. Biasanya artikel memiliki panjang kalimat dengan jumlah karakter tertentu dan dibuat untuk keperluan publikasi di buletin, surat kabar, media sosial, kanal digital, dan lain sebagainya.
Dalam menulis jurnal ilmiah yang terakreditasi, terdapat beberapa prasyarat dan tuntutan yang perlu kamu ikuti.
2. Makalah
Makalah adalah jenis karya tulis yang bersifat ilmiah. Biasanya, makalah ditulis untuk keperluan terkait dengan pendidikan. Dalam penyusunannya, diperlukan data pendukung dari hasil observasi lapangan dari sebuah masalah dalam penelitian. Data yang terkumpul diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah dalam penelitian. Biasanya makalah ini disampaikan dalam seminar, simposium, atau uji materi.Dalam membuat makalah yang baik juga terdapat aturan serta tuntutan yang harus diikuti.
3. Skripsi
Menurut Wikipedia, Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian mahasiswa strata satu (S-1), yang membahas fenomena atau permasalahan tertentu dengan menggunakan kaidah yang berlaku.
Penekanan isi dari skripsi terletak pada orisinalitas. Skripsi menjadi syarat kelulusan bagi mahasiswa, untuk meraih gelar sarjana, setelah melalui ujian di depan dosen penguji.Menulis atau menyusun skripsi bukanlah hal yang mudah, dimana memerlukan penelitian serta pengetahuan teknis dalam proses pembuatannya.
4. Work paper
Work paper atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kertas kerja, merupakan jenis karya tulis ilmiah yang hampir mirip dengan makalah, tetapi analisisnya lebih mendalam. Biasanya work paper berisi catatan-catatan auditor, berisi prosedur audit yang digunakan, metode uji yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat berdasar auditnya.
5. Paper
Paper adalah jenis karya tulis ilmiah yang ditulis berdasar data, serta argumen yang tingkat kevalidannya kuat. Paper juga biasa disebut sebagai ringkasan dari penelitian yang telah dibuat. Tidak banyak perbedaan antara paper dengan makalah, hanya sistematika penulisannya dan pembahasannya yang berbeda. Pembahasannya lebih singkat, karena hanya terfokus pada analisis masalahnya saja.
6. Tesis
Tesis kurang lebih serupa dengan skripsi pada mahasiswa strata satu (S-1), tetapi tesis menganalisis topic dengan lebih kompleks, sehingga esensi ilmiahnya lebih kuat dan lebih kompleks jika dibanding dengan skripsi. Tesis dibuat sebagai syarat kelulusan untuk meraih gelar magister atau master yang ditempuh oleh mahasiswa pasca sarjana (S-2)
7. Disertasi
Setingkat lebih tinggi dari tesis, ada yang biasa disebut dengan disertasi. Karena setingkat lebih tinggi, disertasi digunakan sebagai syarat kelulusan untuk meraih gelar doktor bagi mahasiswa program studi strata tiga (S-3).
Isi dari disertasi merupakan hasil penelitian orisinil yang nantinya dapat diaplikasikan ke kehidupan nyata, biasanya, disertasi diuji oleh seorang profesor, atau doktor senior dan profesional. Disertasi merupakan penelitian yang sulit untuk dilakukan.
E. Cara Membuat Karya Tulis Ilmiah
Dalam membuat karya tulis ilmiah, akan sangat penting untuk menggunakan aplikasi serta website yang dapat membantu kamu memperlancar proses penulisan.
Membuat karya tulis ilmiah, ibarat kita melangkah menuju sebuah titik tertentu yang sering disebut sebagai suatu kesimpulan, sebelum diterapkan dalam sebuah tindakan.
1. Peristiwa
Jika ingin karya tulis ilmiah kita diterima oleh pembaca, maka dibutuhkan adanya suatu perencanaan yang baik.Pada tahapan penulisan karya tulis ilmiah, diawali dengan proses perencanaan, penulis merencanakan apa yang akan ditulis. Dalam tahap perencanaan ini diperlukan adanya topik suatu karya, tujuan menulis, sasaran pembaca, serta ruang lingkup dari karya tulis ilmiah ini sendiri.
2. Ungkapkan
Tahap ungkapkan ini, berisi mengenai pengungkapan data-data penunjang, baik dari hasil penelitian, studi kasus, studi literasi, atau melakukan wawancara dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan dan juga bahan observasi.
3. Analisis
Setelah data terkumpul, proses selanjutnya adalah menganalisis data tersebut, biasanya disebut sebagai olah data. Data diolah dengan perumusan masalah yang sesuai dengan topic yang diangkat. Namun tentunya tidak lepas dari data-data pendukung yang telah terkumpul.
Pada tahap ini, dapat dimulai untuk membuat kerangka atau draf dari karya tulis ilmiah ini. Namun jangan lupa, kaji terlebih dahulu permasalahan yang muncul, dari mulai tahap perencanaan, pengumpulan data, sampai dengan analisis ini berlangsung.
4. Kesimpulan
Tahap kesimpulan, menjadi jawaban dari untaian peristiwa yang muncul dalam merancang penulisan sebuah karya tulis ilmiah. Kesimpulan dapat menjadi penjelas bagi penulis dan pembaca, karena biasanya semua yang terlibat, akan lebih paham dan jelas setelah muncul kesimpulan.
5. Terapkan
Perencanaan penulisan yang rapi dan sistematis, tidak akan menghadirkan manfaat jika tidak diterapkan dengan baik. Penerapan dalam pembuatan karya tulis adalah mulai menulis.
Nah, belum berhenti disini saja, penulisan karya tulis ilmiah, ternyata memiliki struktur yang harus kita perhatikan. Yuk, kita simak penjelasannya!
F. Struktur Karya Tulis Ilmiah
Setiap karya tulis ilmiah memiliki style guide atau selingkung yang berarti pedoman tata cara penulisan yang ditentukan oleh jenis tulisan dan tujuan karya tulis ilmiah ini dibuat. Secara umum, struktur karya tulis ilmiah, disajikan sebagai berikut.
1. Halaman Judul
Judul karya, diangkat berdasar tema dari karya tulis ilmiah yang akan dibuat. Judul hendaknya ditulis seunik dan semenarik mungkin, sehingga memunculkan keingintahuan dan rasa penasaran bagi calon pembacanya.
Selain memantik rasa penasaran bagi calon pembacanya, judul juga dapat dibuat untuk memberi gambaran awal mengenai isi karya tulis ilmiah ini bagi calon pembaca. Pada halaman judul ini, nama penulis, judul karya tulis ilmiah, institusi atau lembaga, tanggal, bulan, tahun dan tempat karya tulis ilmiah dibuat, ditulis dengan aturan rata tengah, diurutkan setelah judul di bagian bawah.
2. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan dari keseluruhan isi suatu karya tulis ilmiah, abstrak berfungsi memberikan penjelasan kepada pembaca, agar secara cepat, pembaca memahami isi, maksud dan tujuan dari penulis, menuliskan karya tulis ilmiah tersebut. Abstrak bersifat informatif, namun tidak terlalu panjang penulisannya, kurang lebih 250 kata.
3. Pendahuluan
Dari dasar kata pembentuknya, kita tahu bahwa pendahuluan ini berada di depan, sebagai pemberi salam untuk pembaca. Pendahuluan, biasanya menceritakan alasan penulis melakukan penelitian, apa yang melatarbelakangi penelitian ini dilakukan, menceritakan tujuan, serta manfaat dari karya tulis ilmiah ini dibuat. Dan untuk menguatkan alasan, ada pendapat ahli dan isi Al-Quran atau hadist yang berhubungan dengan tema yang kita pilih.
4. Kerangka Teoritis
Dari asal katanya, kerangka berasal dari kata rangka, yang berfungsi sebagai penyangga, pilar, garis besar, atau konsep. Sedangkan teori adalah suatu pendapat atau argumen yang didapat berdasar penelitian atau penemuan, yang didukung oleh data atau fakta penunjang.
Maka dengan definisi pengertian di atas, kerangka teori merupakan garis besar rancangan konsep sistematis yang menjadi panduan sebuah penelitian.
5. Metode Penelitian
Untuk mengembangkan kerangka yang telah dibuat, terlebih dahulu, harus ditentukan metode penelitiannya. Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan seorang peneliti, untuk memperoleh hasil yang tepat dari penelitiannya tersebut.
Biasanya metode yang dipakai adalah metode kualitatif, metode kualitatif secara garis besar berfokus pada analisa dan dan riset yang mendalam. Sedangkan Metode kuantitatif merupakan metode yang banyak terkait dengan penggunaan angka, tabel dan statistic.
6. Pembahasan
Pembahasan menjadi bagian yang paling panjang pada penulisan karya tulis ilmiah. Pembahasan berfungsi menjelaskan tujuan, manfaat, metode, kerangka teori, serta rumusan masalah, yang disertai dengan data-data yang diperoleh. Jika karya tulis ilmiah ini dibagikan ke khalayak umum, yang akan memunculkan tanya jawab, adalah pada bagian ini.
7. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan selalu berada di bagian akhir sebuah karya tulis ilmiah, yang berisi pendapat dari penulis, atas semua yang telah dibahas. Tujuannya adalah agar pembaca memperoleh wawasan baru dari subyek yang telah dibahas.
Saran biasanya berisi pesan dari penulis, agar suatu ketika, jika pembaca ingin melakukan penelitian yang sama, mereka dapat menemukan cara yang efektif, atau justru mengembangkan lebih luas lagi.
8. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan sebuah daftar yang berisi sumber teori yang digunakan oleh penulis dalam penelitiannya. Penulisan daftar pustaka biasanya dituliskan dengan format nama penulis (dibalik),tahun terbit, judul tulisan dimiringkan, tempat penerbit dan nama penerbitnya
G. Contoh Karya Tulis Ilmiah
1. Contoh Karya tulis ilmiah tentang persoalan remaja
“Mengelola Kesejahteraan Mental Pada Remaja”
Oleh
Andy Hermawan, S.Si, M.PdPraktisi Pendidikan Alternatif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain sejahtera secara fisik dengan terpenuhinya kebutuhan pangan, papan, serta sandang, setiap orang perlu memiliki kesehatan mental, termasuk remaja. Usia remaja adalah usia yang rawan khususnya dalam situasi yang sulit. Situasi sulit yang berpotensi menurunkan kesejahteraan mental adalah Covid-19. Kebutuhan belajar dan bertemu teman, beserta seluruh variasinya, harus tergantikan dengan belajar mandiri dan secara virtual. Situasi ini berpotensi membuat anak merasa bosan dan mengalami emosi negatif.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pandemi terhadap kesehatan mental remaja?
C. Tujuan penelitian
Memperoleh kiat mengelola kesejahteraan mental pada remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Efek Pandemi Bagi Kehidupan
Pandemi yang sudah terjadi selama kurang lebih satu tahun, dan tanpa ada kepastian kapan akan berakhir, telah membawa banyak perubahan dalam beraneka ragam kehidupan yang sangat berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan remaja dalam berbagai aspek.
1. Efek Dibandingkan
Respon anak terhadap peristiwa yang penuh tekanan itu unik dan bervariasi. Orang dewasa perlu memahami bahwa respon anak tersebut alami dan perlu menunjukkan empati, serta kesabaran ketika menghadapi respon tersebut.
2. Efek Social Distancing
Meski bukan berarti isolasi sosial, demi mencegah penularan virus Covid-19, harus tetap menjaga jarak aman dengan sesama. Seorang remaja memerlukan waktu yang berkualitas dengan orang-orang yang berarti dalam hidupnya, terutama keluarga. Kedekatan emosi secara sosial akan meningkatkan ketahanan mental pada remaja, ketika berhadapan dengan kesulitan.
3. Efek Aktivitas
Remaja akan mudah bosan ketika mengalami aktivitas yang monoton, bahkan kekhawatiran dalam diri akan meningkat. Orang tua dapat memberi pilihan-pilihan untuk mengisi aktivitas-aktivitas yang bermanfaat.
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada remaja, kondisi sejahtera secara mental, ditandai dengan tercapainya tahapan perkembangan, kebutuhan emosional, keterampilan sosial yang sehat, serta kemampuan berhadapan dengan situasi yang sulit dan masalah yang muncul. Kondisi tersebut hanya dapat diperoleh dalam situasi ketika remaja mendapatkan dukungan dan cinta tanpa syarat dari keluarga, lingkungan yang membuat kepercayaan diri dan harga dirinya terjaga, kesempatan untuk mengeksplorasi dunia luar, serta lingkungan yang sehat dan aman.
Daftar Pustaka
Leila, Ch, Budiman (1999). Menjadi Orang Tua Idaman, Rubrik Konsultasi Psikologi KOMPAS. Jakarta: KOMPAS.
2. Contoh Karya tulis ilmiah tentang pengelolaan limbah masker medis
“Dampak Limbah Masker Medis Bagi Lingkungan”
Oleh
Andy Hermawan, S.Si, M.Pd
Praktisi Pendidikan Alternatif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semenjak virus Corona Covid-19 merebak di Indonesia.Pola kebiasaan baru wajib diterapkan dalam masyarakat Indonesia. Berbagai protokol kesehatan, harus dipatuhi setiap masyarakat saat beraktivitas. Salah satunya menggunakan masker yang direkomendasikan oleh pemerintah untuk menekan laju penyebaran virus Covid-19. Selama pemberlakuan protokol kesehatan berlangsung, penggunaan masker medis semakin meningkat. Meningkatnya penggunaan masker medis, memperbesar meningkatnya jumlah limbah sampah masker yang hanya sekali pakai ini.
Bahaya limbah masker yang sekali pakai ini bukan hanya berdampak bagi lingkungan, tapi juga berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar. Seperti kita ketahui bersama, penyebaran virus Corona Covid-19 melalui droplet orang yang terinfeksi virus tersebut. Virus tersebut bisa menyebar melalui udara, saat orang yang terinfeksi tersebut berbicara, bersin, batuk, dan bahkan dapat menempel pada medium yang tersentuh oleh kulit yang sebelumnya tertempel oleh virus tersebut.
Bisa dikatakan, bahwa masker menjadi media pertama penyebaran virus tersebut, karena masker selalu menempel pada wajah, menutupi indera penciuman manusia, yaitu mulut dan hidung, apalagi jika pengguna masker tersebut terinfeksi virus Corona Covid. Maka dari itu diperlukan upaya untuk mengurangi penyebaran virus akibat limbah masker medis atau masker sekali pakai ini.
B. Rumusan Masalah
Meningkatnya jumlah limbah masker medis, selain berdampak pada lingkungan, juga berpotensi menyebarkan virus Corona Covid-19 di masyarakat.
C. Tujuan penelitian
Memperoleh jalan keluar terbaik dalam menjaga kelestarian lingkungan, dan kesehatan, khususnya menekan laju penyebaran virus Covid-19 dengan meminimalkan limbah masker medis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Potensi merebaknya virus yang bersumber dari limbah masker
Masker berfungsi melindungi orang yang memakai masker, agar tidak terinfeksi virus Covid-19 dan mencegah penularan dari orang yang memiliki gejala. Penggunaan masker yang semakin meningkat di kalangan masyarakat, menambah banyak limbah masker sekali pakai.
Dalam satu waktu kebutuhan, masyarakat menggunakan masker lebih dari satu kali sehari, jika dikalikan dengan jumlah penduduk di Indonesia, maka kita bisa bayangkan, berapa juta lembar limbah masker diproduksi dalam satu hari. Beberapa kemungkinan dan potensi buruk akibat semakin banyaknya limbah masker medis akan muncul.
1. Potensi Memperbesar Penyebaran Virus Corona Covid-19
Penyebaran virus yang terbawa oleh droplet, droplet tersebut pasti akan menempel di masker yang dipakai oleh seseorang yang terinfeksi virus. Jika masker tersebut dibuang sembarangan tanpa ada upaya untuk membuat masker tersebut bebas dari virus, maka sangat besar potensi menyebar pada orang yang kebetulan berada, atau yang menyentuh limbah masker tersebut.
Masker yang telah dipakai, harus dipastikan aman atau terbebas dari virus sebelum dibuang, dari permasalahan ini, udara juga menjadi salah satu media yang potensial menyebarkan virus tersebut..
2. Potensi Terhadap Pencemaran Lingkungan
Masker medis yang sekali pakai, terbuat dari bahan yang tidak mudah untuk terurai.Tidak berbeda jauh dengan plastik, limbah masker medis ini memerlukan waktu bertahun-tahun lamanya untuk terurai. Selain ekosistem tanah dapat terganggu, ekosistem air juga serupa, pembuangan limbah yang sembarangan, dapat menyebabkan gangguan pada ekosistem air dan juga dapat menjadi penyebab banjir.
3. Upaya Yang Diperlukan
Meningkatnya penggunaan masker, memerlukan perhatian serius bagi semua pihak. Agar limbah masker sekali pakai tidak semakin banyak jumlahnya, perlu dipikirkan cara yang paling efektif akar tidak sebentar-sebentar memproduksi limbah. Diperlukan proses yang tepat untuk menghindarkan merebaknya virus atau pencemaran lingkungan.
Melakukan desinfektan terhadap masker yang telah dipakai atau memanaskan masker pada suhu di atas 70 derajat selama 45 menit sebelum dibuang, atau diolah menjadi limbah yang aman dan ramah lingkungan. Selain itu kita dapat pula membuat sendiri masker yang ingin kita pergunakan, bahkan dapat beulangkali dicuci, agar limbah masker sekali pakai dapat ditekan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyebaran virus Corona Covid-19 tidak dapat diperkirakan dari mana sumbernya, melalui apa perantaranya, dan siapa saja yang membawa. Masker dapat meminimalkan resiko terinfeksi virus tersebut. Sebagai orang yang paham akan kesehatan dan peduli terhadap kesehatan lingkungan.
Kita wajib melakukan desinfeksi sedini mungkin terhadap limbah masker tersebut. Pisahkan dari limbah rumah tangga yang lain, agar tidak menginfeksi sesama kita yang lain. Selain itu kita dapat menggunakan masker yang sesuai dengan standar yang dianjurkan oleh organisasi kesehatan dunia yaitu WHO (World Health Organization), yang dapat dipakai berkali-kali, tentunya dengan mencuci masker tersebut setelah dipakai.
Daftar Pustaka
Kartadinata, S. (2010). Isu-isu Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan. Bandung: UPI Press.
Marshall, C. & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research (Edisi Kedua). Thousand Oaks: Sage.
Martin, J. (1985). Factual Writing. Melbourne: Deakin Unversity Press.
SISTEMATIKA PENULISAN
1.
Halaman Judul
Secara format, halaman judul pada dasarnya memuat beberapa komponen, yakni (1) judul (2) pernyataan penulisan (3) logo MA Miftahul Anwar (4) nama lengkap penulis beserta Nomor Induk siswa (NIS), dan (5) identitas sekolah, beserta tahun penulisan. Mengenai perumusan judul pada tulisan ilmiah berbasis penelitian seperti karya tulis ilmiah. Pertama, judul yang baik adalah judul yang dirumuskan secara menarik dan informatif, mencerminkan secara akurat isi tulisan, dikemas secara singkat dan jelas, serta memenuhi kaidah penggunaan bahasa yang baik dan benar. Terkait jumlah kata, judul sebaiknya dirumuskan tidak lebih dari 14 kata. Kedua, konstruksi judul disusun sesuai dengan sifat dan isi dari karya tulis ilmiah yang dibuat. Pada dasarnya penulis dapat memilih apakah judulnya akan dikemas dalam bentuk (1) frasa nomina,
(2) kalimat
lengkap, (3) kalimat tanya, atau (4) konstruksi judul utama dan subjudul. Namun
demikian penulisan judul pada kajian lintas bidang ilmu masih secara dominan
menggunakan frasa nomina. Penggunakan
tiga konstruksi judul lainnya dapat juga digunakan selama dikemas dan
dirumuskan dengan redaksi yang baik dan benar.
2.
Halaman Pengesahan
Halaman
pengesahan dimaksudkan untuk memberikan legalitas bahwa semua isi dari karya tulis ilmiah telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing dan kepala sekolah/madrasah.
Secara
format, nama lengkap dan gelar, serta kedudukan tim pembimbing disebutkan.
Untuk karya tulis ilmiah dapat digunakan istilah Tim Pembimbing dengan kedudukan
sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II.
3. Halaman Pernyataan tentang Keaslian karya tulis ilmiah
berisi penegasan
bahwa karya tulis ilmiah yang dibuat adalah benar-benar asli karya siswa yang bersangkutan. Pernyataan
Redaksi pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: Dengan ini saya menyatakan bahwa
karya tulis ilmiah dengan judul ". " ini beserta seluruh
isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Untuk
penulisan karya tulis ilmiah yang menggunakan bahasa lain selain
bahasa Indonesia (misal: bahasa daerah atau bahasa asing), redaksi pernyataan
di atas dapat dibuat kesetaraannya dalam bahasa yang dipakai dalam penulisannya.
Mengingat tindakan plagiat adalah bentuk pencurian ide dan ketidakjujuran, serta membawa dampak negatif terhadap wibawa pendidikan, citra individu dan institusi, pernyataan tentang keaslian dan bebas plagiarisme tersebut harus ditandatangani olehsiswa yang menulis karya tulis ilmiah di atas materai Rp10.000,-.
4.
Halaman Ucapan Terima Kasih
Bagian
ini ditulis untuk mengemukakan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah. Ucapan terima kasih sebaiknya ditujukan kepada orang-orang yang
paling berperan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah dan
disampaikan secara singkat. Karena karya tulis ilmiah termasuk
kategori tulisan akademik formal, penulis diharap tidak memasukkan ucapan
terima kasih yang berlebihan, membuat pernyataan dan menyebutkan pihak-pihak
yang tidak relevan.
5.
Abstrak
Saat pembaca atau penguji melihat karya tulis ilmiah, bagian yang pertama kali mereka baca sesungguhnya adalah judul dan abstrak. Abstrak menjadi bagian yang penting untuk dilihat di awal pembacaan karena di sinilah informasi penting terkait tulisan yang dibuat dapat ditemukan. Penulisan abstrak sebaiknya dilakukan setelah seluruh tahapan penelitian diselesaikan karena abstrak menjadi ringkasan dari keseluruhan isi penelitian.
Secara
struktur, menurut Paltridge dan Starfield (2007), abstrak umumnya terdiri atas
bagian-bagian berikut ini:
1) informasi umum mengenai penelitian yang dilakukan,
2) tujuan penelitian,
3) alasan dilaksanakannya penelitian,
4) metode penelitian yang digunakan, dan
5) temuan penelitian.
Terkait
format penulisannya, abstrak untuk karya tulis ilmiah dibuat
dalam satu paragraf dengan jumlah kata antara 200–250 kata, diketik dengan satu
spasi, dengan jenis huruf Times New Roman
ukuran 11. Bagian margin kiri dan kanan dibuat menjorok ke dalam.
Penggunaan
bahasa untuk penulisan abstrak di lingkungan MA Miftahul Anwar dilakukan dengan mengacu pada
ketentuan berikut ini.
1) Karya tulis ilmiah yang ditulis dalam bahasa Indonesia harus disertai abstrak dalam dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
2) Karya tulis ilmiah yang ditulis dalam bahasa daerah, dalam
hal ini bahasa Sunda, harus disertai abstrak dalam tiga bahasa, yakni bahasa
Sunda, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
3) Karya tulis ilmiah yang ditulis dalam bahasa Inggris, harus disertai abstrak dalam dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
6. Daftar Isi
Daftar
isi merupakan penyajian kerangka isi tulisan menurut bab, subbab, dan topiknya
secara berurutan berdasarkan posisi halamannya. Daftar isi berfungsi untuk
mempermudah para pembaca mencari judul atau subjudul dan bagian yang ingin
dibacanya. Oleh karena itu, judul dan subjudul yang ditulis dalam daftar isi
harus langsung ditunjukkan nomor halamannya.
Karena
sifatnya yang sangat teknis, siswa yang menulis karya tulis ilmiah diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas yang terdapat dalam Microsoft Office Word, misalnya, untuk
membuat daftar isi dari karya tulis ilmiah yang mereka buat.
Pembuatan daftar isi dengan fasilitas ini akan memerlukan pengetahuaan
penggunaan Microsoft Office Word dengan
teknik khusus, namun akan sangat membantu keakuratan dan otomatisasi dokumen
yang sedang dibuat.
7. Daftar Tabel
Daftar
tabel menyajikan informasi mengenai tabel-tabel yang digunakan dalam isi
karya tulis ilmiah beserta judul tabel dan posisi halamannya secara
berurutan. Nomor tabel pada daftar tabel ditulis dengan dua angka Arab,
dicantumkan secara berurutan yang masing-masing menyatakan nomor urut bab dan
nomor urut tabel di dalam karya tulis ilmiah
Contoh:
Tabel 1.5 yang
berarti tabel pada Bab I nomor 5.
Seperti halnya untuk pembuatan daftar isi, penulisan daftar tabel juga sangat bersifat teknis. Para penulis karya tulis ilmiah diharapkan menguasai keterampilan penggunaan fasilitas Microsoft Office Word secara mumpuni sehingga memudahkan mereka dalam melakukan format dokumen.
8.
Daftar Gambar
Daftar
gambar sama seperti fungsi daftar-daftar lainnya, yaitu menyajikan gambar
secara berurutan, mulai dari gambar pertama sampai dengan gambar terakhir yang
tercantum dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Nomor gambar pada daftar gambar
ditulis dengan dua angka Arab, dicantumkan secara berurutan yang masing-masing
menyatakan nomor urut bab dan nomor urut gambar.
Contoh:
Gambar 2.3 yang berarti gambar pada Bab II nomor 3.
9.
Daftar Lampiran
Daftar
lampiran menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari lampiran pertama
sampai dengan lampiran terakhir. Berbeda dengan daftar tabel dan daftar gambar,
nomor lampiran didasarkan pada kemunculannya dalamkarya tulis ilmiah. Lampiran yang pertama kali disebut dinomori Lampiran 1. dan seterusnya.
Contoh:
Lampiran 1 yang berarti lampiran nomor 1 dan muncul paling awal dalam
karya tulis ilmiah
10.
Bab I: Pendahuluan
Bab
pendahuluan dalam karya tulis ilmiah pada dasarnya menjadi bab
perkenalan.
1) Latar belakang penelitian. Bagian ini memaparkan konteks penelitian yang dilakukan. Penulis harus dapat memberikan latar belakang mengenai topik atau isu yang akan diangkat dalam penelitian secara menarik sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi dewasa ini. Pada bagian ini penulis harus mampu memosisikan topik yang akan diteliti dalam konteks penelitian yang lebih luas dan mampu menyatakan adanya gap (rumpang) yang perlu diisi dengan melakukan pendalaman terhadap topik yang akan diteliti. Pada bagian ini sebaiknya ditampilkan juga secara ringkas hasil penelusuran literatur terkait teori dan temuan dari peneliti sebelumnya mengenai topik yang akan diteliti lebih lanjut.
2)
Rumusan masalah penelitian. Bagian
ini memuat identifikasi spesifik mengenai permasalahan yang akan diteliti.
Perumusan permasalahan penelitian lazimnya ditulis dalam bentuk pertanyaan
penelitian. Jumlah pertanyaan penelitian yang dibuat disesuaikan dengan sifat
dan kompleksitas penelitian yang dilakukan, namun tetap mempertimbangkan urutan
dan kelogisan posisi pertanyaannya. Dalam pertanyaan penelitian yang dibuat,
umunya penulis mengidentifikasi topik atau variabel-variabel yang menjadi fokus
penelitian. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif pertanyaan
penelitian biasanya mengindikasikan pola yang akan dicari, yakni apakah sebatas
untuk mengetahui bagaimana variabel tersebar dalam sebuah populasi, mencari
hubungan antara variabel satu dengan yang lain, atau untuk mengetahui apakah
ada hubungan sebab akibat antara satu varibel dengan variabel yang lain.
3) Tujuan penelitian. Tujuan penelitian sesungguhnya akan tercermin dari perumusan permasalahan yang disampaikan sebelumnya. Namun demikian, penulis diharapkan dapat mengidentifikasi dengan jelas tujuan umum dan khusus dari penelitian yang dilaksanakan sehingga dapat terlihat jelas cakupan yang akan diteliti. Tak jarang, tujuan inti penelitian justru terletak tidak pada pertanyaan penelitian pertama namun pada pertanyaan penelitian terakhir, misalnya. Hal ini dimungkinkan karena pertanyaan-pertanyaan awal tersebut merupakan langkah-langkah awal yang mengarahkan penelitian pada pencapaian tujuan sesungguhnya.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, penulis dapat pula menyampaikan hipotesis penelitiannya karena pada dasarnya hipotesis penelitian adalah apa yang ingin diuji oleh peneliti. Dalam kata lain, tujuan penelitian memang diarahkan untuk menguji hipotesis tertentu. Secara posisi penulisannya, hipotesis penelitian dalam artian penyampaian posisi peneliti dapat ditulis pada bagian ini atau dibuat dalam subbagian yang berbeda setelah bagian ini. Secara lebih rinci penulisan hipotesis penelitian disampaikan pada bab III yang membahas metode penelitian.
4)
Manfaat/signifikansi
penelitian. Bagian ini memberikan gambaran mengenai nilai lebih atau kontribusi
yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang dilakukan. Manfaat/signifikansi
penelitian ini dapat dilihat dari salah satu atau beberapa aspek yang meliputi:
(1) manfaat/signifikansi dari segi teori
(mengatakan apa yang belum atau kurang diteliti dalam kajian pustaka yang
merupakan kontribusi penelitian), (2) manfaat/signifikansi dari segi kebijakan (membahas perkembangan kebijakan formal dalam
bidang yang dikaji dan memaparkan data yang menunjukkan betapa seringnya
masalah yang dikaji muncul dan betapa kritisnya masalah atau dampak yang
ditimbulkannya), (3) manfaat/signifikansi dari
segi praktik (memberikan gambaran bahwa hasil penelitian dapat memberikan
alternatif sudut pandang atau solusi dalam memecahkan masalah spesifik
tertentu), dan (4) manfaat/signifikansi dari
segi isu serta aksi sosial (penelitian mungkin bisa dikatakan sebagai alat
untuk memberikan pencerahan pengalaman hidup dengan memberikan gambaran dan
mendukung adanya aksi) (lihat Marshall & Rossman, 2006).
5) Struktur organisasi karya tulis ilmiah. Bagian
ini memuat sistematik penulisan karya tulis ilmiah dengan
memberikan gambaran kandungan setiap bab, urutan penulisannya, serta
keterkaitan antara satu bab dengan bab lainnya dalam membentuk sebuah kerangka
utuh karya tulis ilmiah
11
Bab II: Kajian Pustaka
Bagian
kajian pustaka dalam karya tulis ilmiah memberikan konteks yang
jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Bagian
ini memiliki peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka ditunjukkan
perkembangan termutakhir dalam dunia keilmuan atau sering disebut dengan state of the art dari teori yang sedang
dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti.
Pada
prinsipnya kajian pustaka ini berisikan hal-hal sebagai berikut:
1)
konsep-konsep, teori-teori,
dalil-dalil, hukum-hukum, model-model, dan rumus-rumus utama serta turunannya
dalam bidang yang dikaji;
2)
penelitian terdahulu yang relevan
dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur, subjek, dan temuannya;
3) posisi teoretis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Pada bagian ini, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan memosisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji melalui pengaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Berdasarkan kajian tersebut, peneliti menjelaskan posisi/pendiriannya disertai dengan alasan-alasan yang logis. Bagian ini dimaksudkan untuk menampilkan "mengapa dan bagaimana" teori dan hasil penelitian para pakar terdahulu diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya, misalnya dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitiannya.
Ada beberapa perbedaan mendasar yang perlu digarisbawahi terkait bagaimana teori dikaji pada karya tulis ilmiah. Pemaparan kajian pustaka dalam karya tulis ilmiah lebih bersifat deskriptif, berfokus pada topik, dan lebih mengedepankan sumber rujukan yang terkini.
Hal lain yang berkenaan pula dengan penulisan kajian pustaka, adalah penulis hendaknya memerhatikan persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Bryant (2004) di bawah ini. Penulis sudah mengetahui teori yang berasal dari pemikiran yang mutakhir dan teori yang mewakili aliran utama berkait dengan topik yang ditelitinya.
Penulis sudah mampu mengkaji penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bidang yang ditelitinya secara bertanggung jawab.
Penulis sudah mengetahui rujukan atau penelitian yang dikutip secara berulang oleh para ahli atau akademisi lain yang berkaitan dengan bidang yang ditelitinya. Penulis sudah mengenal nama-nama ahli yang mengemukakan teori yang berkaitan dengan topik penelitian yang dikajinya.
12 . Bab III: Metode Penelitian
Bagian ini merupakan bagian yang bersifat prosedural, yakni bagian yang mengarahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana peneliti merancang alur penelitiannya dari mulai pendekatan penelitian yang diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang dilakukan, hingga langkah-langkah analisis data yang dijalankan.
Secara umum akan disampaikan pola paparan yang digunakan dalam menjelaskan bagian metode penelitian dari sebuah karya tulis ilmiah dengan dua kecenderungan, yakni penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Berikut disampaikan kecenderungan alur pemaparan metode penelitian untuk skripsi, tesis, dan disertasi yang menggunakan pendekatan kuantitatif (terutama untuk survei dan eksperimen) yang diadaptasi dari Creswell (2009).
1) Desain penelitian. Pada bagian ini penulis/peneliti menyampaikan secara eksplisit apakah penelitian yang dilakukan masuk pada kategori survei (deskriptif dan korelasional) atau kategori eksperimental. Lebih lanjut pada bagian ini disebutkan dan dijelaskan secara lebih detil jenis desain spesifik yang digunakan (misal untuk metode eksperimental: true experimental atau quasi experimental).
2) Partisipan. Peneliti pada bagian ini menjelaskan partisipan yang terlibat dalam penelitian. Jumlah partisipan yang terlibat, karakteristik yang spesifik dari partisipan, dan dasar pertimbangan pemilihannya disampaikan untuk memberikan gambaran jelas kepada para pembaca.
3) Populasi dan sampel. Pemilihan atau penentuan partisipan pada dasarnya dilalui dengan cara penentuan sampel dari populasi. Dalam hal ini peneliti harus memberikan paparan jelas tentang bagaimana sampel ditentukan. Karena tidak semua penelitian melibatkan manusia, untuk bidang ilmu tertentu, teknik sampling juga dapat dilakukan untuk hewan, benda mati, atau zat tertentu.
4) Instrumen penelitian. Pada bagian ini disampaikan secara rinci mengenai instrumen/alat pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian ini dapat berupa angket, catatan observasi, atau soal tes. Penjelasan secara rinci terkait jenis instrumen, sumber instrumen (apakah membuat sendiri atau menggunakan yang telah ada), pengecekan validitas dan reliabilitasnya, serta teknis penggunaannya disampaikan pada bagian ini.
5)
Prosedur penelitian. Bagian ini memaparkan secara kronologis langkah-langkah penelitian yang
dilakukan terutama bagaimana desain penelitian dioperasionalkan secara nyata.
Terutama untuk jenis penelitian eksperimental, skema atau alur penelitian yang
dapat disertai notasi dan unsur-unsurnya disampaikan secara rinci. Identifikasi
jenis variabel beserta perumusan hipotesis penelitian secara statistik (dengan
notasi) dituliskan secara eksplisit sehingga menguatkan kembali pemahaman pembaca
mengenai arah tujuan penelitian.
6) Analisis data. Pada bagian ini secara khusus disampaikan jenis analisis statistik beserta jenis software khusus yang digunakan (misal: SPSS). Statistik deskriptif dan inferensial yang mungkin dibahas dan dihasilkan nantinya disampaikan beserta langkah-langkah pemaknaan hasil temuannya.
Sementara itu, untuk penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, kecenderungan alur pemaparan metode penelitian untuk karya tulis ilmiah seperti diadaptasi dari Creswell (2011), relatif lebih cair dan sederhana, dengan berisikan unsur-unsur di bawah ini.
1) Desain penelitian. Bagian ini menjelaskan jenis desain penelitian yang digunakan dengan menyebutkan, bila memungkinkan, label khusus yang masuk kategori desain penelitian kualitatif, misalkan etnografi, atau studi kasus.
2) Partisipan dan tempat penelitian. Bagian ini terutama dimunculkan untuk jenis penelitian yang melibatkan subjek manusia sebagai sumber pengumpulan datanya. Pertimbangan pemilihan partisipan dan tempat penelitian yang terlibat perlu dipaparkan secara jelas.
3)
Pengumpulan data. Pada bagian ini dijelaskan secara rinci jenis data yang diperlukan,
instrumen apa yang digunakan, dan tahapan-tahapan teknis pengumpulan datanya.
Sangat dimungkinkan bahwa pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lebih
dari satu instrumen dalam rangka triangulasi untuk meningkatkan kualitas dan
realibilitas data.
4) Analisis data. Pada bagian ini penulis diharapkan dapat menjelaskan secara rinci dan jelas langkah-langkah yang ditempuh setelah data berhasil dikumpulkan. Apabila ada kerangka analisis khusus berdasarkan landasan teori tertentu, penulis harus mampu menjelaskan bagaimana kerangka tersebut diterapkan dalam menganalisis data yang diperoleh agar dapat menghasilkan temuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Secara umum dalam alur analisis data kualitatif, peneliti berbicara banyak mengenai langkah-langkah identifikasi, kategorisasi, kodifikasi, reduksi, pemetaan pola, dan sistesis dari hasil pelaksanaan rangkaian tahapan tersebut.
5) Isu etik. Bagian ini pada dasarnya bersifat opsional. Terutama bagi penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek penelitiannya, pertimbangan potensi dampak negatif secara fisik dan psikologis perlu mendapat perhatian khusus. Penulis harus mampu menjelaskan dengan baik bahwa penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan dampak negatif baik secara fisik maupun nonfisik dan menjelaskan prosedur penanganan isu tersebut.
Penjelasan mengenai unsur-unsur yang umumnya muncul dalam bab mengenai metode penelitian, baik yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif di atas pada dasarnya masih mungkin mengalami variasi dan penyesuaian sesuai dengan kekhasan bidang kajian yang diteliti. Apa yang disampaikan merupakan panduan yang berisikan elemen-elemen penting yang dapat menjadi payung bagi penulisan karya tulis ilmiah di lingkungan MA Miftahul Anwar.
13. Bab IV: Pembahasan
Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.
Dalam pemaparan temuan penelitian beserta pembahasannya, Sternberg (1988) menyatakan ada dua pola umum yang dapat diikuti, yakni pola nontematik dan tematik. Cara nontematik adalah cara pemaparan temuan dan pembahasan yang dipisahkan, sementara cara tematik adalah cara pemaparan temuan dan pembahasan yang digabungkan. Dalam hal ini, dia lebih menyarankan pola yang tematik, yakni setiap temuan kemudian dibahas secara langsung sebelum maju ke temuan berikutnya.
Pola Pemaparan Nontematik dan Tematik
Cara Nontematik |
Cara Tematik |
||
Temuan |
Temuan A |
Temuan |
A |
|
Temuan B |
Pembahasan |
|
|
Temuan C |
Temuan |
B |
Pembahasan |
Pembahasan A |
Pembahasan |
|
|
Pembahasan B |
Temuan |
C |
|
Pembahasan C |
Pembahasan |
|
(diadaptasi dari Sternberg, 1988)
Dengan adanya dua pola yang berterima tersebut, apa pun pola yang dijadikan rujukan, pastikan bahwa dalam memaparkan setiap temuan dan pembahasannya, penulis/peneliti mengingat betul rumusan permasalahan yang telah diajukan di awal penelitian. Hal ini untuk memastikan bahwa temuan dan pembahasan yang disampaikan betul-betul menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan.
Pada bagian di bawah ini disampaikan secara umum kecenderungan pola pemaparan temuan dan pembahasan untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara terpisah.
Penyajian
data dalam pemaparan temuan dan pembahasan, terutama untuk penelitian kuantitatif, menurut American Psychological Association
(2010), pada dasarnya memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1)
eksplorasi, yaitu penyajian data memang
ditujukan untuk memahami apa yang ada di dalam data tersebut;
2)
komunikasi, dalam pengertian bahwa data
tersebut telah dimaknai dan akan disampaikan kepada para pembaca;
3) kalkulasi, dalam pengertian bahwa data tersebut dapat dipergunakan untuk
memperkirakan beberapa nilai statistik untuk pemaknaan lebih lanjut;
4)
penyimpanan, dalam pengertian bahwa data
tersebut digunakan untuk keperluan pembahasan dan analisis lanjutan; dan
5)
dekorasi, dalam pengertian bahwa penyajian
data memang ditujukan untuk menarik perhatian pembaca dan membuatnya menarik secara visual.
Pemaparan temuan penelitian kuantitatif seperti yang dijelaskan oleh American Psychological Association (2010) biasanya didahului oleh penyampaian hasil pengolahan data yang dapat berbentuk tabel atau grafik yang di dalamnya berisikan angka statistik baik yang bersifat deskriptif maupun inferensial mengenai variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian yang dilakukan. Hal yang perlu diingat di sini adalah prinsip-prinsipenting terkait bagaimana data disajikan agar memudahkan pembaca memahami hasil penelitian yang telah dilakukan.
Setelah
peneliti menyajikan temuan dalam bentuk yang sesuai dengan tujuan yang jelas,
berupa grafik atau tabel, apa yang perlu dilakukan adalah menyertai tampilan
tersebut dengan ringkasan penjelasan sehingga temuan tersebut menjadi lebih
bermakna. Penjelasan yang dibuat dilakukan sesuai dengan kondisi data apa
adanya, tidak mengurangi dan tidak melebih- lebihkan. Apa yang disampaikan
dapat berupa pembacaan terhadap bentuk dan pola visual yang muncul, atau nilai
statistik tertentu sesuai dengan pola distribusi yang dapat dilihat. Dalam
tahapan ini, peneliti harus mampu menunjukan pola apa yang menarik, pola apa
yang muncul di luar dugaan, dan juga pola apa yang mungkin dianggap aneh atau
rancu.
Di
bagian pembahasan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah (1) melihat kembali
pertanyaan penelitian beserta hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, (2)
melakukan pengaitan hasil temuan dengan kajian pustaka relevan yang telah
ditulis sebelumnya, dan (3) melakukan evaluasi terhadap potensi kelemahan
penelitian (seperti: bisa, ancaman lain terhadap validitas internal, dan
keterbatasan lain yang dimiliki oleh penelitian).
Peneliti
pada umumnya menyatakan apakah akan menolak atau menerima hipotesis yang telah
disampaikan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian beranjak membahas
kesamaan atau perbedaan temuan penelitian dengan hasil temuan penelitian lain
sebelumnya agar peneliti dapat memberikan konfirmasi dan klarifikasi terhasil hasil
temuannya. Segala bentuk keterbatasan penelitian perlu disampaikan sebagai
bentuk evaluasi keseluruhan.
Beberapa contoh redaksi inti pembahasan temuan penelitian kuantitatif dalam menjawab pertanyaan penelitian dapat dilihat di bawah ini.
1)
Terdapat hubungan negatif yang
kuat antara waktu menonton TV dengan IP yang diperoleh oleh mahasiswa, r
(35) =- ,87. p < ,05. (untuk menyatakan
korelasi)
2)
Ada perbedaan yang
signifikan antara kelas yang menggunakan metode penilaian group project-based assessment (x = 87,5) dengan kelas yang
menggunakan individual report assessment (x
= 60,3), t(42) = 34,7, p< ,05.
(untuk menyatakan hasil eksperimen)
Sementara itu, dalam pemaparan temuan dan pembahasan pada penelitian kualitatif, peneliti menyampaikan hasil analisis data dan mengevaluasi apakah temuan utama yang dihasilkan dari analisis data tersebut menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan (Burton, 2002). Bagian temuan dan pembahasan sebaiknya dimulai dengan ringkasan singkat mengenai temuan penelitian, dengan mengatakan kembali tujuan penelitian.
Penelitian kualitatif biasanya lebih menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan perilaku daripada menggunakan data yang bisa dianalisis secara statistik (Burton, 2002).
Dalam memahami data kualitatif, seperti dikatakan oleh Lincoln dan Guba (dikutip oleh Rudestam & Newton, 1992), peneliti harus melakukan analisis induktif, dan dalam analisis ini ada dua kegiatan yang dilakukan. Pertama adalah pengelompokan (unitizing), yaitu kegiatan memberikan kode yang mengidentifikasi unit informasi yang terpisah dari teks. Kedua adalah kategorisasi (categorizing), yaitu menyusun dan mengorganisasikan data berdasarkan persamaan makna.
Proses ini memerlukan revisi, modifikasi, dan perubahan yang berlangsung terus menerus sampai unit baru dapat ditempatkan dalam kategori yang tepat dan pemasukan unit tambahan menjadi suatu kategori dan tidak memberi informasi baru.
Dalam memaparkan data, menurut Rudestam dan Newton (1992), peneliti kualitatif sangat perlu menggambarkan konteks di mana suatu kejadian terjadi. Selain itu, seperti disarankan oleh. Silverman (2005), penelitian kualitatif perlu memperlihatkan upaya untuk membahas setiap potongan data yang telah berhasil dikumpulkan.
Penulis karya tulis ilmiah baik dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, seyogianya memerhatikan bahwa data tidak sama pentingnya. Dengan demikian, data juga sebaiknya dipaparkan berdasarkan tingkat signifikansinya dalam penelitian yang dilakukan. Penulis, seperti disarankan oleh Crasswell (2005), perlu bertanya tentang beberapa hal yang disampaikan di bawah ini.
1)
Apa yang dianggap paling penting
tentang temuan penelitian secara umum dan mengapa?
2)
Temuan mana yang tampaknya lebih
penting dan kurang penting dan mengapa?
3)
Apakah ada temuan yang harus saya
perhatikan secara khusus dan mengapa?
4) Apakah ada sesuatu yang aneh atau tidak biasa dalam temuan penelitian yang perlu disebutkan dan mengapa?
5) Apakah metodologi yang dipakai atau faktor lain telah memengaruhi interpretasi saya tentang temuan penelitian dan apakah ini merupakan sesuatu yang perlu dibahas? Misalnya, bias yang bisa muncul dalam desain penelitian (lihat saran Crasswell, 2005).
Perlu diperhatikan bahwa dalam memaparkan temuan, penulis hendaknya memaparkannya secara proporsional, dan membahasnya secara analitis. Dengan memerhatikan kelima pertanyaan di atas, penulis skripsi, tesis dan disertasi dapat menghindari pemaparan temuan penelitian yang terlalu banyak.
Dalam membahas data, baik data kuantitatif maupun kualitatif, ada beberapa tahap yang harus dilakukan:
1) menjelaskan bagaimana data bisa menjawab pertanyaan penelitian;
2) membuat pernyataan simpulan; dan
3) membahas atau mendiskusikan data dengan menghubungkannya dengan teori dan implikasi hasil penelitian (kalau memungkinkan) (lihat Sternberg, 1988).
Dalam hal pengorganisasiannya, struktur organisasi atau elemen yang biasanya ada dalam pembahasan data dapat berupa:
1) latar belakang penelitian (informasi mengenai latar belakang penelitian).
2) pernyataan hasil penelitian (statement of results);
3) hasil yang diharapkan dan tidak diharapkan (un)expected outcomes;
4) referensi terhadap penelitian sebelumnya;
5)
penjelasan mengenai hasil
penelitan yang tidak diharapkan, yakni penjelasan yang dibuat untuk
mengemukakan alasan atas munculnya hasil atau data yang tidak diduga atau tidak
diharapkan (kalau memang ini benar) atau data yang berbeda dengan temuan penelitian sebelumnya;
6)
pemberian contoh, yaitu contoh
untuk mendukung penjelasan yang diberikan dalam tahap no. 5 di atas;
7)
deduksi atau pernyataan, yaitu
membuat pernyatan yang lebih umum yang muncul dari hasil penelitian, misalnya
menarik simpulan, dan menyatakan hipotesis;
8) dukungan dari penelitian sebelumnya, yaitu mengutip penelitian sebelumnya untuk mendukung pernyataan yang dibuat;
9) rekomendasi, yaitu membuat rekomendasi untuk penelitian yang akan datang;
10) pembenaran penelitian yang akan datang, yakni memberikan argumentasi mengapa penelitian yang akan datang direkomendasikan (dikutip dari Paltridge & Starfield, 2007).
Perlu diperhatikan bahwa kesalahan yang umum ditemukan dalam menulis bab pembahasan adalah bahwa penulis gagal kembali kepada kajian pustaka yang telah ditulis dalam Bab II dalam mengintegrasikan hasil penelitian dengan penelitian empiris lain yang meneliti topik atau fenomena yang sama (lihat Emilia, 2008; Rudestam & Newton, 1992).
Pembahasan atau diskusi yang baik melekatkan masing-masing temuan penelitan dengan konteks teori yang dipaparkan dalam kajian pustaka. Dengan demikian, dalam bagian pembahasan, penulis perlu kembali pada kajian pustaka untuk mahami lebih baik temuan penelitian dan mencari bukti yang mengonfirmasi atau yang bertentangan dengan data atau hasil penelitian yang ada. Dalam bagian pembahasan data, pernyataan seperti di bawah ini, seharusnya sering muncul.
“(Tidak) seperti penelitian yang dilakukan oleh …, yang menggunakan ..., penelitian ini menemukan bahwa ...”.
Dalam membahas data, penulis karya tulis ilmiah sebaiknya bertanya dalam hal apa atau sejauh mana temuan penelitiannya itu sesuai, atau mendukung, atau menentang temuan penelitian lain. Apabila sesuai, persisnya dalam hal apa, dan apabila tidak, mengapa dan aspek apa yang mungkin diteliti lebih lanjut untuk memperbaiki pengetahuan yang ada sekarang.
14 Bab V: Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi
Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Ada dua alternatif cara penulisan simpulan, yakni dengan cara butir demi butir atau dengan cara uraian padat.
Untuk karya tulis ilmiah ilmiah penulisan simpulan dengan cara uraian padat lebih baik daripada dengan cara butir demi butir. Simpulan harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Selain itu, simpulan tidak mencantumkan lagi angka-angka statistik hasil uji statistik.
Implikasi dan rekomendasi yang ditulis setelah simpulan dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada pemecahan masalah di lapangan atau tindak lanjut dari hasil penelitian.
Dalam menawarkan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya saran atau rekomendasi dipusatkan pada dua atau tiga hal yang paling utama yang ditemukan oleh penelitian. Akan lebih baik apabila penulis menyarankan penelitian yang melangkah satu tahap lebih baik dari penelitian yang telah dilakukan.
Dalam beberapa kasus bab terakhir dari skripsi, tesis, atau disertasi dikemukakan keterbatasan penelitian, khususnya kelemahan yang berkaitan dengan metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sampel yang terlibat.
Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Penulisan karya tulis ilmiah di lingkungan MA Miftahul Anwar mengacu kepada format penulisan yang diuraikan di bawah ini.
1) Jenis kertas yang digunakan adalah kertas ukuran A4 80 gram.
2) Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman ukuran 12.
3) Jarak penulisan adalah 1,5 spasi.
4) Tidak ada penambahan spasi sebelum dan sesudah gambar atau tabel serta antarparagraf/alinea bila paragraf/alinea ditulis dalam format menjorok ke dalam.
5) Margin kiri berjarak 4 cm; margin kanan berjarak 3 cm; margin atas berjarak 3 cm; margin bawah berjarak 3 cm.
6) Nomor halaman ditulis di bagian kanan atas, kecuali pada bagian awal bab.
Terkait dengan ketentuan jumlah kata dalam penulisan karya tulis ilmiah patokan yang digunakan oleh MA Miftahul Anwar dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Rentangan Jumlah Kata dalam Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi di Lingkungan UPI
Jenis Tulisan |
Bidang |
Rentangan
Jml. Kata |
| ||
|
Penulisan Antologi
Sesuai dengan kebijakan pengelolaan karya ilmiah MA Miftahul Anwar, sebagai salah satu syarat kelulusan, mahasiswa yang menulis skripsi diwajibkan menulis juga artikel berupa ringkasankarya tulis ilmiah , dengan ketentuan di bawah ini.
1) Artikel ditulis dengan jarak satu spasi, huruf Times New Roman 12, dan margin kiri dan atas masing-masing 3 cm serta margin bawah dan atas masing-masing 2,5 cm.
3) Tempatkan pembimbing sebagai penulis kedua, ketiga, dst. Bubuhkan catatan kaki di belakang nama pembimbing “Penulis Penanggung Jawab”.
6) Abstrak harus berisi uraian pentingnya topik yang dibahas, kesenjangan yang ditemukan antara teori dan kenyataan atau antara harapan dan kenyataan, penelitian yang dibahas, metode, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
7) Judul dan abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
8) Pada setiap halaman ganjil berikan header atau sirahan berupa nama jurnal, volume, nomor edisi, bulan dan tahun penerbitan serta halaman artikel yang dimuat dengan rata kiri.
9) Pada setiap halaman genap, berikan sirahan berisi nama penulis dan judul artikel dengan rata kanan. Bila tak mencukupi, judul tidak perlu ditulis lengkap.
10)
Di bawah abstrak tuliskan kata
kunci tidak lebih dari lima kata.
11)
Setelah kata kunci langsung
uraikan mengenai latar belakang sekaligus teori yang digunakan dalam penelitian
tanpa diawali subjudul dengan panjang bagian ini tak lebih dari 20% dari
panjang seluruh tulisan.
12) Setelah uraian teori, beri subjudul METODE dengan Times New Roman 12 huruf kapital diikuti uraian mengenai desain penelitian, responden yang terlibat, instrumen yang digunakan, serta prosedur analisis data dengan panjang uraian tidak lebih dari 15% dari seluruh panjang tulisan.
13) Ikuti uraian mengenai metode dengan subjdul berupa HASIL DAN PEMBAHASAN yang berisi uraian mengenai temuan dan pembahasan hasil penelitian dengan panjang tidak lebih dari 60% panjang seluruh tulisan.
14) Ikuti uraian mengenai pembahasan dengan KESIMPULAN yang berisi ringkasan dan komentar atas temuan penelitian dengan panjang tidak lebih dari 5% dari total panjang tulisan.
15)
Setelah kesimpulan, masukkan
REFERENSI dengan menggunakan model American
Psychological Association (APA Style) dengan rata kiri.
16) Kutipan blok diberi inden 0,75 cm, lebar kolom 7,43 dan jarak antarkolom 0,6 cm.
17) Gunakan garis horizontal untuk tabel (lihat tabel Model APA). Berikan nomor dan judul tabel di atasnya.
18)
Setiap sumber yang dikutip dalam
naskah harus tercantum dalam Referensi; sebaliknya rujukan yang tercantum dalam
Referensi harus muncul dalam teks.
BAB IV
ISU ORISINALITAS DAN PLAGIARISME
4.1 Pentingnya Orisinalitas Tulisan
Istilah
orisinalitas tulisan mengemuka di sekitar tahun 1500-an di Inggris. Saat itu
istilah orisinalitas mengacu pada pengertian bahwa hasil tulisan yang dibuat
seseorang tidak pernah dibuat sebelumnya oleh orang lain secara tertulis. Isu
orisinalitas ini mengemuka hingga mendorong munculnya kesadaran akan pentingya
melindungi orisinalitas pemikiran atau tulisan seseorang secara hukum di akhir
tahun 1790-an (Sutherland-Smith, 2008).
Orisinalitas
merupakan kriteria utama dan kata kunci dari hasil karya akademik terutama pada
tingkat doktoral (Murray, 2002). Karya ilmiah, khususnya skripsi, tesis, atau
disertasi semaksimal mungkin harus memperlihatan sisi orisinalitasnya. Sebuah
skripsi, tesis, atau disertasi bisa dikatakan orisinal apabila memenuhi
beberapa kriteria seperti yang diajukan oleh Murray (2002; Phillips & Pugh,
1994) sebagai berikut:
1)
penulis mengatakan sesuatu yang
belum pernah dikatakan oleh orang lain;
2)
penulis melakukan karya empiris yang belum dilakukan sebelumnya;
3)
penulis menyintesis
hal yang belum pernah disintesis sebelumnya;
4)
penulis membuat interpretasi baru
dari gagasan atau hasil karya orang lain;
5)
penulis melakukan sesuatu yang
baru dilakukan di negara lain, tetapi di belum dilakukan di negaranya;
6)
penulis mengambil teknik yang ada untuk mengaplikasikannya
dalam bidang atau area yang baru;
7)
penulis melakukan penelitian dalam
berbagai displin ilmu dengan menggunakan berbagai metodologi;
8) penulis meneliti topik yang belum diteliti oleh orang dalam bidang ilmu yang ditekuninya;
9) penulis menguji pengetahuan yang ada dengan cara orisinal;
10) penulis menambah pengetahuan dengan cara yang belum dilakukan sebelumnya;
11) penulis menulis informasi baru untuk pertama kali;
12) penulis memberi eksposisi terhadap gagasan orang lain; dan
13) penulis melanjutkan hasil sebuah karya yang orisinal.
TEKNIK PENULISAN
1. Penulisan Huruf
Penulisan
huruf yang dibahas dalam pedoman ini terutama berkaitan dengan penggunaan (1)
huruf kapital, (2) huruf miring, dan (3) huruf tebal.
a. Huruf Kapital
Huruf
kapital digunakan dalam beberapa kondisi penulisan sebagai berikut:
1)
huruf pertama pada awal kalimat
(misalnya: Penelitian ini dilakukan
selama lima bulan);
2)
huruf pertama petikan langsung
(misalnya: Ayah bertanya, “Mengapa
kamu terlihat sedih?”);
3)
huruf pertama dalam kata dan
ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata
ganti untuk Tuhan (misalnya: Islam, Kristen, Quran, Alkitab, dll.);
4)
huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang (Misalnya: Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim);
5)
huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang (misalnya: Dia baru saja
menunaikan ibadah haji);
6)
huruf pertama unsur nama jabatan
yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai
pengganti nama orang tertentu (misalnya: Gubernur
Jawa Barat, Jenderal Sudirman);
7) huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya (misalnya: (1) Rapat itu dipimpin oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, (2) Rapat itu dipimpin oleh Menteri)
8) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu (misalnya: Sejumlah menteri hadir dalam rapat kabinet kemarin sore);
9)
huruf pertama unsur-unsur nama
orang (misalnya: Chairil Anwar, Imam Bonjol);
10)
huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von
(dalam nama Jerman), atau da (dalam
nama Portugal) (misalnya: Robin van Persie);
11)
huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti (misalnya: Abdullah bin
Abdul Musthafa, Fatimah binti
Muhammad Husen);
12)
huruf pertama singkatan nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (misalnya: joule per Kelvin,
Newton);
13)
huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran (misalnya: 15 watt, mesin diesel);
14)
huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa (misalnya: suku Batak, bahasa Sunda, bangsa Afrika);
15)
huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan (misalnya: pengindonesiaan kata asing, keinggris-inggrisan);
16)
huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, dan hari raya (misalnya: bulan Mei,
hari Idul Fitri);
17) huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah (misalnya: Perang Teluk, Konferensi Meja Bundar);
18) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama (misalnya: Para pahlawan berjuang demi kemerdekaan Indonesia);
19) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi (misalnya: Jawa Barat, Bandung);
20) huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi (misalnya: Sungai Citarum, Gunung Galunggung);
21)
huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak
diikuti oleh nama diri geografi (misalnya: Adik suka berenang di sungai);
22)
huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang
digunakan sebagai penjelas nama jenis (misalnya: kunci inggris, pisang ambon);
23)
huruf pertama semua unsur nama
resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen
resmi, kecuali kata tugas, seperti dan,
oleh, atau, dan untuk (misalnya: Republik Indonesia, Badan Kesejahteraan Ibu
dan
Anak);
24) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi (misalnya: kerja sama antara pemerintah dan rakyat);25) huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan (misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dasar-Dasar Ilmu Hukum);
26)
huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan
makalah, kecuali kata tugas seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal (misalnya: Dia suka membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma);
27)
huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri (misalnya: Dr. untuk
doktor, S.E. untuk sarjana ekonomi);
28) huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan (misalnya: (1)Surat Saudara sudah saya terima, (2) “Kapan Bapak berangkat?” tanya Andi);
29)
huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan (misalnya: Kami
akan berkunjung ke rumah paman dan bibi di Jakarta); dan
30)
huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan
(misalnya: Berapa lama Anda tinggal
di Bandung?).
b. Huruf Miring
Penggunaan
huruf miring dilakukan pada kondisi penulisan di bawah ini:
1)
untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan (misalnya: Gosip itu
bermula dari berita di surat kabar Pos Kota);
2)
untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata (misalnya: (1) Huruf
pertama kata abad adalah a, (2) Susunlah sebuah kalimat dengan
menggunakan kata moratorium);
3)
untuk menuliskan kata atau
ungkapan yang bukan bahasa Indonesia (misalkan: nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana); dan
4)
untuk ungkapan asing yang telah
diserap ke dalam bahasa Indonesia dan penulisannya diperlakukan sebagai kata
Indonesia (misalnya: Korps diplomatik memperoleh
perlakuan khusus).
c. Huruf Tebal Penggunaan Tanda Koma
Tanda
koma digunakan dalam kondisi penulisan sebagai berikut:
1)
di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan (misalnya: Dia ditugaskan membeli buku, pensil,
tinta, dan penggaris.);
2)
untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali
(misalnya: Aku ingin pergi, tetapi banyak pekerjaan yang harus diselesaikan
dulu.);
3)
untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya (misalkan: Karena lelah, saya tidak jadi
pergi ke rumah dia.);
4)
di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal k alimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu;
5)
untuk memisahkan kata seru,
seperti o, ya, wah, aduh,dan kasihan,atau kata-kata yang digunakan
sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau
Mas dari kata lain yang terdapat di
dalam kalimat;
6)
untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain dalam kalimat (misalnya: Kata Adik, “Aku mau pergi ke
Bandung”.);
7)
tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru (misalnya: “Di manakah Kamu sekolah?” tanya Pak Agus.);
8)
di antara (a) nama dan alamat, (b)
bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah
atau negeri yang ditulis berurutan (misalnya: Sdr. Egan, Jl. Mahmud V, Bandung);
9)
di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga (misalnya: Mira Rahmani,
S.Pd.);
10)
di muka angka desimal atau di
antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka (misalnya: 10,5 m,
Rp5000,50); dan
11)
untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi (misalnya: Dosen kami, Pak Eri, tegas sekali.).
2.2. Penggunaan Tanda Titik Koma
Tanda
titik koma digunakan dalam kondisi penulisan sebagai berikut:
1)
sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara (misalnya:
Andi membersihkan kamarnya; Putri merapikan buku di ruang baca);
2)
untuk mengakhiri pernyataan
perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata (Dalam hubungan
itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan); dan
3)
untuk memisahkan dua kalimat
setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca
dan kata hubung (misalnya: Rapat ini akan membahas pemilihan ketua, sekretaris,
dan bendahara; penyusunan rancangan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan
program kerja).
2. Teknik Penulisan Lainnya
5.4.1
Penulisan Judul,
Subjudul, dan Anak Subjudul
Judul bab ditulis dengan
huruf kapital dan dicetak tebal dalam format centering (di tengah) seperti contoh berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Subjudul ditulis dengan
menggunakan huruf kapital hanya pada inisial atau huruf pertama setiap kata
(kecuali konjungsi, preposisi, dan partikel) dan dicetak tebal dalam format
rata kiri sesuai dengan batas margin kiri seperti contoh berikut:
1.1 Latar Belakang
Anak subjudul ditulis dalam format yang sama
dengan subjudul seperti contoh berikut:
1.1 Latar Belakang
1.1.1
Definisi Komunikasi
Anak dari anak subjudul ditulis dalam format
yang sama dengan anak subjudul seperti contoh berikut:
1.1 Latar Belakang
1.1.1
Definisi Komunikasi
1.1.1.1
Komunikasi Lisan
Penomoran multilevel untuk judul/subjudul/anak subjudul mengikuti format berikut.
2.1 Pengertian Komunikasi
2.1.1 Komunikasi Lisan
2.1.1.1
Jenis Tuturan
Format penomoran dan penulisan di atas hanya berlaku untuk penulisan
daftar isi.
5.4.3 Penulisan Nama Tabel dan Gambar
Berdasarkan Pedoman APA Edisi VI, ada perbedaan penulisan nama tabel
dan gambar, yang dicontohkan di bawah ini.
Tabel 1.1
Tingkat Kehadiran Peserta Pelatihan
No Nama Tanggal Keterangan
Gambar 1.1 Gambar Alur Pendaftaran Pelatihan
5.5
Penulisan Kutipan dan Sumber Kutipan
Sesuai
dengan yang disampaikan pada bagian pendahuluan, sistem penulisan dalam
penulisan karya ilmiah yang direkomendasikan di lingkungan UPI adalah sistem American Psychological Association (APA).
Contoh-contoh penulisan kutipan di bawah ini akan mengacu pada
buku Publication Manual of the American
Psychological Association, yang telah disesuaikan penggunaannya dalam
bahasa Indonesia.
5.5.1
Penulisan Kutipan Langsung
Kutipan
ditulis dengan menggunakan "dua tanda petik" jika kutipan ini
merupakan kutipan langsung atau dikutip dari penulisnya dan kurang dari 40
kata. Jika kutipan itu diambil dari kutipan maka kutipan tersebut ditulis
dengan menggunakan 'satu tanda petik'.
Contoh:
Dalam
perspektif bimbingan konseling berbasis budaya, diperlukan pemahaman konseling multibudaya
yang memerhatikan keragaman karakteristik budaya sebagai “…a sensitivity of the possible ways in which different cultures function
and interact…” [sensitivitas terhadap berbagai cara di mana budaya-budaya
yang berlainan dapat tumbuh dan berinteraksi…] (McLeod, 2004, hlm. 245).
Dalam
hal ini apabila kutipan diambil dari bahasa selain bahasa yang ditulis, maka
penulisannya dicetak miring, dan disediakan terjemahannya dalam bahasa
Indonesia tanpa dicetak miring.
Dalam
kutipan yang berjumlah 40 kata atau lebih maka kutipan ditulis tanpa tanda kutip dan diketik dengan
jarak satu spasi. Baris pertama diketik menjorok sama dengan kalimat pertama
pada awal paragraf. Baris kedua dari kutipan itu ditulis menjorok sama dengan
baris pertama.
Contoh:
Tannen (2007)
menyatakan bahwa discourse analysis memerlukan
kemampuan untuk menggabungkan berbagai pemahaman teori ke dalam satu kajian.
Dia mengatakan bahwa
Discourse analysis is uniquely
heterogeneous among the many subdisciplines
of linguistics. In comparison to other subdisciplines of the field, it may seem almost dismayingly diverse. Thus, the term “variation theory”
refers to a particular combination of theory and method employed
in studying a particular kind of data. (hlm. 33)
Terkait
pengutipan langsung ini, proporsi kutipan langsung dalam satu halaman maksimal
¼ halaman.
Apabila
dalam pengutipan langsung ada bagian dari yang dikutip yang dihilangkan,
penulisan bagian itu diganti dengan tiga buah titik (lihat contoh kutipan
kurang dari 3 baris).
5.5.2
Penulisan Sumber Kutipan
Jika
sumber kutipan mendahului kutipan langsung, maka cara penulisannya adalah nama
penulis diikuti dengan tahun penerbitan dan nomor halaman yang dikutip. Tahun
dan halaman diletakkan di dalam kurung.
Contoh:
Gaffar (2012, hlm.
34) mengemukakan bahwa“esensi dari the policies of national education adalah
keputusan bahwa pendidikan merupakan prioritas nasional dalam membangun bangsa
menuju masyarakat Indonesia baru.”
Jika
sumber kutipan ditulis setelah apa yang dikutip, maka nama penulis, tahun
penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip semuanya diletakkan di dalam kurung.
Contoh:
“Ekspektasi standar
dan target ukuran kuantitatif yang lepas konteks bisa mendorong terjadinya simplifikasi
proses pendidikan dan pengembangan perilaku instan” (Kartadinata, 2010, hlm.
51).
5.5.3
Sumber Kutipan Merujuk Sumber Lain
Jika
sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, sumber kutipan
yang ditulis adalah sumber kutipan yang digunakan pengutip, tetapi dengan
menyebut siapa yang mengemukakan pendapat tersebut.
Contoh:
Kutipan atas pendapat Hawes dari buku yang ditulis Muchlas Samani dan
Hariyanto:
Hawes
(dalam Samani dan Hariyanto, 2011, hlm. 6) mengemukakan bahwa "...when character is gone, all gone,
and one of the richest jewels of life is lost forever” [... ketika karakter
sirna, semuanya sirna dan salah satu perhiasan termahal hidup pun hilang selamanya].
5.5.4
Kutipan dari Penulis Berjumlah Dua
Orang dan Lebih
Jika
penulis terdiri atas dua orang, nama keluarga kedua penulis tersebut harus
disebutkan, misalnya: Sharp dan Green (1996). Apabila penulisnya lebih dari dua
orang, untuk penulisan
yang pertama, nama
keluarga dari semua penulis ditulis lengkap. Jika penulis berjumlah tiga – lima
orang, nama belakang/keluarga setiap
penulis harus disebutkan pada penyebutan pertama dalam teks, dan hanya nama
belakang penulis pertama disertai dkk. untuk penyebutan berikutnya.
Contoh:
Kurniawan,
Hermawan, Darmawan, dan Gunawan (2019) mengatakan... (penyebutan pertama dalam
teks)
... dalam artikel
jurnal internasional (Kurniawan, Hermawan, Darmawan, & Gunawan, 2019)
(penyebutan pertama dalam teks)
Kurniawan dkk.
(2019) juga menegaskan bahwa... (penyebutan berikutnya)
... dalam jurnal
terindeks Sinta dan Scopus (Kurniawan, dkk., 2019) (penyebutan berikutnya)
Apabila penulisnya
berjumlah lebih dari lima orang, maka dari awal pengutipan dalam teks hanya
nama belakang orang pertama yang disebutkan.
Contoh:
Kurniawan dkk. (2019) meyakini bahwa...
... dalam artikel jurnal internasional (Kurniawan dkk., 2019).
Perhatikan penggunaan titik setelah dkk.
5.5.5
Kutipan dari Penulis Berbeda dan
Sumber Berbeda
Jika
masalah dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda, cara penulisan sumber
kutipan itu adalah seperti berikut. Perhatikan bahwa penyebutan nama penulis
diurutkan berdasarkan urutan alfabet, bukan berdasarkan tahun terbit.
Contoh:
Beberapa studi
tentang berpikir kritis membuktikan bahwa membaca dan menulis merupakan cara yang
paling ampuh dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis (Chaffee, dkk. 2002;
Emilia, 2005; Moore & Parker, 1995).
5.5.6
Kutipan dari Penulis Sama dengan
Karya yang Berbeda
Jika
sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang sama pada
tahun yang sama, cara penulisannya adalah dengan menambah huruf a, b, dan
seterusnya pada tahun penerbitan.
Contoh: (Suharyanto, 1998a, 1998b, 1998c).
5.5.7
Kutipan dari Penulis Sama dengan
Sumber Berbeda
Jika
kutipan berasal dari penutur teori yang sama, yang membuat pernyataan yang
sama, tetapi terdapat dalam sumber yang berbeda, cara penulisannya seperti
berikut.
Contoh:
Menurut Halliday
ada dua konteks yang berpengaruh terhadap penggunaan bahasa, yaitu (1) konteks
situasi, yang terdiri atas field, mode atau channel of communication (misalnya bahasa lisan atau tulisan), dan tenor (siapa penulis/ pembicara kepada
siapa); dan (2) konteks budaya yang direalisasikan dalam jenis teks (1985a, b, c).
5.5.8 Kutipan dari Tulisan Tanpa Nama Penulis
Jika
sumber kutipan itu tanpa nama, penulisannya adalah sebagai berikut.
Contoh: (Tanpa nama, 2013, hlm. 18).
5.5.9
Kutipan Pokok Pikiran
Jika
yang diutarakan adalah pokok-pokok pikiran seorang penulis, tidak perlu ada
kutipan langsung, cukup dengan menyebut sumbernya.
Contoh:
Halliday (1985b)
mengungkapkan bahwa setiap bahasa mempunyai tiga metafungsi, yaitu fungsi
ideasional, interpersonal, dan fungsi tekstual.
Sebagai
catatan, perlu diingat bahwa model kutipan tidak
mengenal adanya catatan kaki untuk sumber dengan berbagai istilah seperti ibid., op.cit., loc.cit. vide, dan
seterusnya. Catatan kaki diperbolehkan untuk memberikan penjelasan tambahan
terhadap suatu istilah yang ada pada teks tetapi tidak mungkin ditulis pada
teks karena akan mengganggu alur uraian. Nama penulis dalam kutipan adalah nama
belakang atau nama keluarga dan ditulis sama dengan daftar rujukan.
5.6
Penulisan Daftar Rujukan atau Referensi
Istilah
daftar rujukan atau referensi digunakan dalam pedoman ini sesungguhnya untuk
menekankan bahwa sumber- sumber yang dikutip pada bagian tubuh (isi) teks
dipastikan ditulis pada daftar rujukan atau referensi, begitu pula sebaliknya.
Hal ini dilakukan semata-mata untuk mendorong dan meminimalkan potensi praktik
plagiarisme dalam penulisan karya ilmiah.
Beberapa
catatan umum yang perlu diperhatikan dalam penulisan daftar rujukan dengan
menggunakan sistem APA antara lain sebagai berikut.
1) Memasukkan nama keluarga semua penulis dan inisialnya sampai dengan
tujuh penulis. Apabila lebih dari tujuh, yang ditulis adalah sampai penulis
yang keenam kemudian diberi tanda titik tiga kali lalu dituliskan nama penulis
terakhirnya sebelum tahun penulisan.
2)
Jika ada nama keluarga dengan
inisial penulis yang mirip, nama lengkap inisialnya ditulis dalam kurung
sebelum tahun penulisan.
3) Untuk penulis berupa kelompok atau institusi, nama institusinya ditulis dengan jelas.
4) Untuk rujukan pada buku yang disunting, masukkan nama penyunting di
posisi penulis, dan berikan tulisan (Penyunting).
5)
Keterangan tahun penerbitan
ditulis di dalam kurung dengan didahului dan diakhiri tanda titik. Untuk jenis
rujukan berupa majalah, newsletter,
tuliskan tahun jelas dan tanggal lengkap publikasinya, yang dipisahkan oleh
koma dan diikuti nomor dalam tanda kurung.
6) Apabila tidak ada keterangan waktu penulisan, tuliskan t.t. di dalam kurung.
7)
Terkait judul buku, artikel atau
bab, huruf kapital hanya dipergunakan untuk kata pertama pada judul dan
subjudul bila ada, dan kata yang masuk kategori proper noun.
8)
Untuk judul jurnal, newsletter, dan majalah, judul ditulis
dengan kombinasi huruf kapital dan huruf kecil. Sementara itu, nama sumbernya
dicetak miring.
9)
Identitas kota penerbitan ditulis
dengan jelas diikuti dengan nama penerbitnya.
Beberapa
contoh teknis penulisan daftar rujukan atau referensi dengan sistem APA yang
disesuaikan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dapat dilihat pada
bagian di bawah ini.
5.6.1 Buku
Penulisan daftar rujukan yang berupa buku
dalam sistem APA mengikuti urutan seperti berikut, yakni:
1) nama belakang penulis;
2) nama depan (inisialnya saja);
3) tahun penerbitan (dalam kurung, diawali dan diakhiri titik);
4)
judul buku dicetak miring (huruf
pertama setiap kata dari judul sumber ditulis dengan huruf kapital, kecuali
preposisi, konjungsi, dan partikel), diakhiri dengan titik;
5) edisi (kalau ada), kota tempat penerbitan, diikuti oleh titik dua dan penerbit.
Contoh-contoh
spesifik penulisan daftar rujukan buku dengan beberapa variasi dapat dilihat
pada bagian di bawah ini.
1)
Buku ditulis oleh satu orang:
Poole, M.E. (1976). Social
Class and Language Utilization at the Tertiary Level. Brisbane: University
of Queensland.
2) Buku ditulis oleh dua orang atau tiga
orang:
Burden, P.R. & Byrd, D.M. (2010). Methods for Effective Teaching. Boston: Pearson.
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2011). Models of Teaching. Boston: Pearson.
3) Buku ditulis oleh lebih dari tiga orang:
Emerson, L. dkk. (2007). Writing Guidelines for Education Students (Edisi Kedua). Melbourne: Thomson.
4) Sumber yang ditulis oleh satu orang dalam buku yang berbeda:
Halliday,
M.A.K. (1985a). Spoken and Written
Language.
Geelong: Deakin
University Press.
Halliday, M.A.K. (1985b). An Introduction to Functional Grammar. London: Edward Arnold.
Halliday, M.A.K. (1985c). Part A. Language, Context, and Text: Aspects of Language in a Social
Semiotic Perspective. Melbourne: Deakin University Press.
5) Penulis sebagai penyunting:
Philip, H.W.S. & Simpson, G.L. (Penyunting). (1976).
Australia in the World of Education Today
and Tomorrow. Canberra: Australian National Commission.
6)
Sumber merupakan bab dari buku:
Coffin, C. (1997). Constructing and Giving Value to the
Past: An Investigation into Secondary School History. Dalam F. Christie &
J.R. Martin (Penyunting), Genre and
Institutions: Social Processes in the Workplace and School (hlm. 196 -231).
New York: Continuum.
5.6.2 Artikel Jurnal
Penulisan
artikel jurnal dalam daftar rujukan mengikuti urutan sebagai berikut:
1) nama belakang penulis;
2) nama depan penulis (inisialnya saja);
3) tahun penerbitan (dalam tanda kurung diawali dan diikuti tanda titik);
4) judul artikel (ditulis tidak dicetak miring dan huruf pertama dari
setiap kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital, kecuali preposisi,
konjungsi, dan partikel);
5) judul jurnal (dicetak miring dan setiap huruf pertama dari setiap kata
dalam nama jurnal ditulis dengan huruf kapital, kecuali preposisi, konjungsi,
dan partikel) diikuti dengan koma;
6)
nomor volume dengan angka Arab dan
dicetak miring;
7)
nomor penerbitan ditulis dengan
angka Arab di antara tanda kurung;
8)
nomor halaman mulai dari nomor
halaman pertama sampai dengan nomor terakhir.
9)
Cantumkan nomor identitas unik
artikel atau lebih dikenal dengan digital
object identifier (doi) (bila ada) setelah nomor halaman.
Contoh:
Setiawati, L. (2012). A Descriptive Study on the Teacher
Talk at an EYL Classroom. Conaplin
Journal: Indonesian Journal of Applied
Linguistics, 1(2), 176─178. doi: http://dx.doi.org/10.17509/ijal.v1i2.83
5.6.3 Selain Buku dan Artikel Jurnal
Beberapa contoh penulisan daftar rujukan
dengan sumber tulisan selain buku dan artikel jurnal disampaikan di bawah ini.
1) Skripsi, tesis, atau disertasi:
Rakhman, A. (2008). Teacher and Students' Code Switching in English as a Foreign Language (EFL) Classroom.
(Tesis). Sekolah
Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
2)
Publikasi departemen atau lembaga pemerintah:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Petunjuk Pelaksanaan Beasiswa dan Dana
Bantuan Operasional. Jakarta: Depdikbud.
3) Dokumen atau laporan:
Panitia Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. (1983). Laporan Penilaian Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru. Jakarta: Depdikbud.
4)
Makalah dalam prosiding konferensi
atau seminar:
Sudaryat, Y. (2013). “Menguak Nilai Filsafat Pendidikan
Sunda dalam Ungkapan Tradisional sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa Daerah”.
Dalam M. Fasya & M. Zifana (Penyunting), Prosiding Seminar Tahunan Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia (hlm.
432-435). Bandung: UPI Press.
5) Artikel Surat kabar:
Sujatmiko, I. G. (2013, 23 Agustus). ”Reformasi, Kekuasaan, dan Korupsi”. Kompas, hlm. 6.
6)
Sumber dari internet
a.
Karya perorangan:
Thomson, A. (1998). The Adult and the Curriculum. [Online]. Diakses dari http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-
Yearbook/1998/thompson.htm.
b.
Pesan dalam forum daring atau grup
diskusi daring: Pradipa, E. A. (2010, 8 Juni). “Memaknai Hasil Gambar Anak Usia Dini” [Forum daring]. Diakses dari http://www.paud.int/gambar/komentar/Weblog/806.
c.
Posel dalam mailing list:
Riesky (2013, 25 Mei). “Penelitian Kualitatif dalam Pengajaran Bahasa”
[Posel mailing list]. Diakses dari
http://bsing.groups.yahoo.com/group/ResearchMethods/
message/581
Ada
beberapa catatan penting yang harus dicermati dari penulisan daftar rujukan
atau referensi di atas.
1)
Contoh-contoh di atas merupakan
pola rujukan dari beberapa jenis dokumen yang sering dipergunakan dalam karya
ilmiah. Tidak semua dicontohkan pada pedoman ini. Untuk jenis- jenis sumber
rujukan khusus lainnya, silakan mengacu pada buku Publication Manual of the American Psychological Association (2010)
edisi keenam.
2) Beberapa contoh di atas tidak merupakan sumber yang benar-benar nyata
dan dapat diakses. Penulisan sumber- sumber tersebut hanya untuk keperluan
pemberian contoh semata.
3) Bagi penulisan karya ilmiah yang menggunakan bahasa Inggris, silakan
ikuti sistem APA sesuai aslinya dalam bahasa
Inggris.
DAFTAR RUJUKAN
1. Buku dan Artikel Jurnal:
American Psychological Association. (2010). Publication Manual of the American
Psychological Association (Edisi Keenam). Washington: American
Psychological Association.
Anker, S. (2009). Real
Essays with Readings: Writing Project for College, Work, and Everyday Life.
Boston: Bedford/St. Martin‟s.
Anker, S. (2010). Real
Writing with Readings: Paragraphs and Essays for College, Work, and Everyday
Life (Edisi Kelima). Boston: Bedford/St. Martin‟s.
Blackwell, J. & Martin, J. (2011). A Scientific Approach to Scientific Writing.
New York: Springer.
Bryant,
M.T. (2004). The Portable Dissertation
Advisor.
Thousand Oaks:
Corwin Press.
Burton, L.J. (2002). An
Interactive Approach to Writing Essays and Research Reports in Psychology. Milton:
John Wiley and Sons Australia, Ltd.
Cargill, M. & O‟Connor, P. (2009). Writing Scientific Research Articles: Strategy and Steps. West Sussex: Wiley-
Blackwell.
Chaffee, J., McMahon,C. & Stout, B. (2002). Critical Thinking Thoughtful Writing (Edisi
Kedua). New York: Houghton Miffin Company.
Crasswell, G. (2005). Writing for Academic Success: A Postgraduate Guide. London: Sage.
Creswell, J.W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches (Edisi Ketiga). Thousand Oaks: Sage.
Creswell, J.W. (2011). Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Quantitative
and Qualitative Research. Boston: Pearson.
Derewianka, B. (1990). Exploring How Texts Work. Rozelle: PETA.
Emilia, E. (2005). A
Critical Genre-Based Approach to Teaching Academic Writing in a Tertiary EFL
Context in Indonesia. Disertasi, Melbourne University.
Emilia, E. (2008). Menulis
Tesis dan Disertasi. Bandung: Alpha Beta.
Evans, D., Gruba, P. & Zobel, J. (2014). How to Write a Better Thesis. Dordrecht:
Springer.
Fabb, N. & Durant, A. (2005). How to Write Essays and Dissertations: A Guide for English Literature
Students (Edisi Kedua). Harlow: Pearson.
Gaffar, M.F. (2012). Dinamika
Pendidikan Nasional. Bandung: UPI Press.
Gerot, L. (1998). Making Sense of
Text. Goald Coast Mail Centre: Gerd Stabnler, AEE Antipodean Educational
Enterprise.
Halliday,
M.A.K. (1985a). Spoken and Written
Language.
Geelong: Deakin University Press.
Halliday, M.A.K. (1985b). An Introduction to Functional Grammar. London: Edward Arnold.
Halliday, M.A.K. (1985c). Language, Context, and Text: Aspects of Language in a Social Semiotic
Perspective. Melbourne: Deakin University Press.
Hartley, J. (2008). Academic
Writing and Publishing: A Practical Handbook. Oxon: Routledge.
Harvey, M. (2003). The Nuts and Bolts of College Writing.
Indianapolis:
Hackett Publishing Company.
Kartadinata, S. (2010). Isu-isu
Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan. Bandung: UPI Press.
Marshall, C. & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research (Edisi Kedua). Thousand Oaks: Sage.
Martin, J. (1985). Factual
Writing. Melbourne: Deakin Unversity Press.
McClain, M. & Roth, J.D. (1999). Schaum‟s Quick Guide to Writing Great Essays.
New York: McGraw Hill.
McLeod, J. (2004). An
Introduction to Counseling. New York: McGraw Hill.
McWhorter, K.T. (2012). Successful College Writing: Skills, Strategies, Learning Styles. Boston:
Bedford/ St. Martin‟s.
Moore, N.B. & Parker, R. (1995). Critical Thinking (Edisi Keempat). Montain View: Mayfield
Publishing Company.
Murray, R. (2002). How
to Write a Thesis. Maidenhead: Open University Press.
Paltridge, B. & Starfield, S. (2007). Thesis and Dissertation Writing in a Second
Language: A Handbook for Supervisors. London: Routledge.
Phillips, E.M. & Pugh, D.S. (1994). How to Get a Ph.D.: A Handbook for Students
and Supervisors. Buckingham: Open University Press.
Rudestam, K.E. & Newton, R.R. (1992). Surviving Your Dissertation. London:
Sage.
Samani, M. & Hariyanto.
(2011). Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Savage, A. & Mayer, P. (2005). Effective Academic Writing 2: The Short Essay. NewYork: Oxford
University Press.
Silverman,
D. (2005). Doing Qualitative Research (Edisi
Kedua).
London: Sage.
Sternberg, R. J. (1988). The Psychologist‟s Companion: A Guide to
Scientific Writing for Students and Researchers. Leichester: Cambridge
University Press.
Sutherland-Smith, W. (2008). Plagiarism, the Internet and Student Learning: Improving Academic
Inegrity. New York: Routledge.
Tannen, D. (2007). Talking
Voices: Repetition, Dialogues, and Imagery in Conversation Discourse (Edisi
Kedua). Cambridge: Cambridge University Press.
Warburton, N. (2006). The Basics of Essay Writing. New York: Routledge.
Weber-Wulff, D. (2014). False Feathers: A Perspective on Academic Plagiarism. Heidelberg:
Springer.
Williams, H. (Penyunting). (2008). Plagiarism: Issues that Concern You. Farmington Hills: Gale.
2. Peraturan Perundangan:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
3. Sumber Online dan Bentuk Lain:
Purdue University. (t.t.). Annotated Bibliographies. Diakses dari https://owl.english.purdue.edu/owl/resource/614/1/.
University of New England. (t.t.). Writing an Annotated Bibliohgraphy. Diakses dari: http://www.une.edu.au/
data/assets/pdf_file/0008/11132/ WE_Writing-an-annotated-bibliography.pdf.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pada
bagian lampiran ini diberikan beberapa contoh penulisan esai, anotasi
bibliografi, reviu buku, dan beberapa format penulisan lainnya yang lazim
menjadi bagian dari tugas kuliah dan penyelesaian studi mahasiswa. Esai,
anotasi bibliografi, dan reviu buku yang ditampilkan sengaja dibuat oleh dua
orang mahasiswa S-1 Prodi Bahasa dan Sastra Inggris (Fathimah Salma Zahirah dan
Permas Adinda Chintawidy) untuk keperluan pencontohan struktur teks semata.
Hal-hal terkait kualitas informasi, ide, dan substansi keilmuan di dalamnya
tidak menjadi fokus dari pencontohan ini.
Hak
pilih difabel dalam pemilu 2014 masih dimarjinalkan oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU). Hal tersebut menyebabkan warga
difabel merasa tidak dihargai oleh pemerintah. Dapat dikatakan, diskriminasi
terhadap kaum minoritas di Indonesia masih merupakan masalah aktual (Danandjaja, 2003)
Poin
pertama dimarjinalkannya difabel pada pemilu 2014, dapat dilihat pada alat
peraga (template braille) yang kurang
saat pelaksanaan pemilu legislatif pada 9 April 2014. KPU Jawa Barat hanya menyediakan template untuk DPRD RI saja, sedangkan DPR RI, DPRD tingkat
provinsi, kabupaten, dan kota tidak disediakan. Tak heran, kaum tunanetra
sempat mengadakan gugatan kepada KPU, pada Februari 2014 lalu, agar menyediakan template braille pada pemilu 2014.
Kedua, dengan kurangnya template braille tersebut, pemilu yang pada hakikatnya berasaskan luber jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil) menjadi bias karena penyandang tunanetra harus didampingi oleh orang lain pada saat memilih caleg DPR RI, DPRD tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Koordinator Forum Tunanetra Menggugat, Suhendar, menuturkan alat peraga sangat dibutuhkan bagi kemandirian memilih penyandang tunanetra.
Ketiga,
pemerintah dinilai kurang mengimplementasikan Perda No. 10 tahun 2006 yang
berisikan tentang upaya perlindungan dan kesejahteraan penyandang cacat Jawa
Barat. Selama ini hanya Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan saja yang banyak
melakukan program bagi kaum difabel. Padahal masih banyak aspek yang harus
diperhatikan selain bidang sosial dan pendidikan.
Poin
terakhir mengenai urgensi hak berpolitik kaum difabel yang tak kalah pentingnya
ialah pendataan daftar pemilih tetap (DPT) yang kurang akurat. KPU masih
memberlakukan DPT yang belum diperbaharui, sedangkan pihak tunanetra sudah
memberikan data yang terbaru. Hal ini semakin menguatkan adanya diskriminasi
pada penyandang tunanetra.
Berdasarkan
fakta yang telah dipaparkan di atas, jelas bahwa kaum difabel Jawa Barat masih
dipandang sebelah mata. Melihat banyaknya aspek berpolitik warga tunanetra yang
kurang diperhatikan oleh pemerintah, tak bisa disangkal apabila mereka
memutuskan untuk golput pada pemilu 2014.
Referensi:
Danandjaja, J. (2003). Diskriminasi terhadap Minoritas Masih
Merupakan Masalah Aktual di Indonesia sehingga Perlu Ditanggulangi Segera. Diakses dari http://www.lfip.org/english/pdf/bali-
seminar/Diskriminasi%2520terhadap%2520minoritas%25 20-
%2520james%2520danandjaja.pdf&cd=3&ved=0CCwQFj
AC&usg=AFQjCNHtVQS1Hks5cOLAsbINpt9Bul0xNA
Lampiran 2. Contoh
Esai Eksposisi Hortatori
Hak
Cipta Merek Dagang Perlu Dilindungi
Pendaftaraan
hak cipta merek dagang perusahaan masih dianggap kurang penting oleh warga
Indonesia. Padahal jika terjadi plagiarisme terhadap logo usaha, pengusaha akan
kalang kabut menanganinya karena tidak memiliki payung hukum. Oleh sebab itu,
perlindungan hak cipta merek dagang sangat dibutuhkan agar terhindar dari
kerugian ekonomi.
Pada
dasarnya, hak cipta adalah salah satu dari hak-hak asasi manusia yang tercantum
dalam Universal Declaration of Human
Rights (Deklarasi Umum Hak-hak Asasi Manusia) dan UN International Covenants (Perjanjian Internasional PBB) dan juga hak
hukum yang sangat penting yang melindungi karya (Ajie, 2008). Dapat
disimpulkan, karya apapun yang dibuat oleh siapapun patut memiliki hak cipta.
Contoh
pelanggaran hak cipta merek dagang dapat dilihat dari maraknya kasus
plagiarisme yang menimpa logo Starbucks Coffee (berupa lingkaran berwarna hijau
dengan lambang perempuan di tengahnya, serta di kelilingi tulisan berwarna putih) yang ditiru oleh kafe-kafe serupa di
seluruh dunia. Rupanya, kebanyakan orang hanya ingin membuat logo secara instan
tanpa mempertimbangkan segi estetikanya. Dalam hal ini, desainer grafis
dituntut untuk lebih kreatif dalam membuat suatu karya dan tidak meniru suatu
ide seenaknya.
Apabila
merek dagang sudah berpayung hukum, maka perusahaan yang sudah memiliki nama
besar tidak perlu cemas saat karyanya dijiplak orang. Yang perlu diperhatikan
adalah apakah para pengusaha menghargai kepemilikan hak cipta tersebut atau
tidak, terlebih merek dagang yang sudah terkenal tentu memiliki nilai ekonomi
yang tinggi.
Bagi para pengusaha yang ingin membuat merek dagang, alangkah baiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan desainer grafis yang berprofesi sebagai brand consultant atau konsultan merek. Hal tersebut dapat ditempuh untuk menghindari penjiplakan logo dari perusahaan lain. Melihat betapa pentingnya merek dagang bagi suatu perusahaan, pengusaha sangat perlu mendaftarkan hak cipta merek dagangnya terkait nilai ekonomi usaha. Selain mendaftarkan hak cipta, pembuatan merek dagang pun harus ditangani oleh pihak profesional sehingga logo yang dihasilkan tidak terlihat biasa-biasa saja, juga sebagai upaya menghindari plagiarisme desain grafis.
Referensi:
Ajie, M. D. (2008). Hak Cipta (Copyright): Konsep Dasar dan
Fenomena yang Melatarbelakanginya. Diakses dari http://www.upi.edu/Direktori/FIP/PRODI._PERPUSTAK
AAN_DAN_INFORMASI/MIYARSO_DWI_AJIE/Makal
ah_a.n_Miyarso_Dwiajie/Makalah-
Intelectual_Property_Right_2008.pdf&cd=3&ved=0CC4Q
FjAC&usg=AFQjCNE5LZ-Kko5- A8MmD1z0b3vVr8PgEw
Lampiran 3. Contoh
Esai Diskusi
Dua
Sisi Ujian Nasional
Pelaksanaan
ujian nasional (UN) masih menjadi perdebatan panjang di Indonesia. Ujian yang
diberlakukan sebagai tolak ukur penilaian pendidikan skala nasional ini sering
menjadi mimpi buruk pagi para pelajar. Selain itu, pemberlakuan UN sebagai
syarat kelulusan sekolah dasar dan menengah kerap membuat peserta didik
tertekan secara mental.
Berdasarkan
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pasal 58 ayat 1, dicantumkan bahwa
terhadap hasil belajar peserta didik perlu dilakukan evaluasi oleh pendidik dengan
tujuan utama untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan. Acuan lain mengenai UN pun dipaparkan
pada pasal 35 ayat 1 dan 3, juga pasal 58 ayat 2 yang menjelaskan evaluasi
dilakukan terhadap peserta didik, satuan/lembaga pendidikan, dan program
pendidikan untuk memantau dan/atau menilai pencapaian standar nasional
pendidikan (isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan evaluasi pendidikan).
Di
lain pihak, pelaksanaan UN acap kali diwarnai pemberitaan yang negatif dari
media, seperti kebocoran soal, kecurangan, dan tingkat stres siswa yang
meningkat saat UN. Penggambaran UN yang begitu mencekam membuat para peserta
didik ketakutan menghadapi ujian kelulusan sekolah itu. Kebanyakan siswa
mengikuti pelajaran tambahan demi dapat lulus ujian, ada juga siswa yang
memilih untuk melakukan segala cara, seperti mencontek, untuk mendapatkan nilai
yang memuaskan. Kondisi tersebut sangatlah memprihatinkan keberlangsungan
sistem pendidikan Indonesia.
Menurut
Kusmana (2012), format dan sistem UN memang sebuah konsep yang bagus dan ideal,
namun dalam kenyataannya, hasil UN siswa sangat ditentukan juga oleh
bagaimana sang guru
mampu secara tuntas menumpahkan materi pembelajaran sehingga benar-benar
dikuasai dan dipahami anak didik. Dapat disimpulkan, UN tidak bisa dijadikan
tolak ukur kelulusan siswa karena selain ujian masih banyak aspek lain yang
perlu dinilai, seperti aspek afektif dan psikomotor. Di samping itu, perlu
diperhatikan bahwa meskipun UN memang penting untuk mengukur mutu pendidikan,
tapi lebih penting lagi menjalankan UN dengan
jujur.
Referensi:
Kusmana, U. (2012). Apa
Pentingnya Ujian Nasional? Diakses dari http://m.kompasiana.com/post/read/454276/2/apa-
pentingnya-ujian-nasional.html
Lampiran 4. Contoh
Esai Eksplanasi
Dampak
Limbah Industri bagi Lingkungan
Berkembangnya
industri Indonesia saat ini membawa titik cerah terhadap aspek ekonomi, namun
hal tersebut juga memberi dampak negatif pada lingkungan. Pengembangan industri
mengakibatkan banyaknya eksploitasi sumber daya yang intensif dan berujung pada
pembuangan limbah. Jika hal tersebut tidak cepat ditangani, maka lingkungan di
sekitar kawasan industri dapat tercemar.
Pada
hakikatnya, pembangunan pabrik yang baik disertai dengan izin mendirikan
bangunan (IMB) dan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Jika
suatu bangunan tidak memenuhi kedua syarat tersebut, maka bangunan tersebut
tidak layak untuk didirikan. Namun pada praktiknya, banyak sekali pelanggaran
yang dilakukan perusahaan, seperti pabrik tekstil PT. Kahatex di Bandung Timur
yang memperluas lahan tanpa memiliki Amdal.
Pembangunan
pabrik tekstil yang tidak sesuai aturan bisa berdampak buruk pada lingkungan di
sekitarnya. Efek samping yang ditimbulkan dapat berupa banjir, kekeringan,
polusi udara, dan penyakit. Adanya pabrik industri dapat juga menimbulkan
kebisingan sehinggan kehidupan warga terganggu. Keadaan tersebut tentu membuat
masyarakat cemas.
Meskipun
industri tekstil menjadi komoditi ekspor yang diandalkan, tetapi industri ini
dapat menimbulkan masalah yang serius bagi lingkungan tertutama masalah limbah
cairnya yang mengandung bahan organik yang tinggi, kadang-kadang juga logam
berat (Setiadi, dkk, 1999). Oleh karena itu, air limbah harus diolah terlebih
dahulu sebelum keluar pabrik.
Sebagaimana
tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H tentang hak atas lingkungan
hidup yang baik bersih dan sehat, sudah sepatutnya masyarakat terbebas dari
bahaya buangan yang disebabkan pembangunan pabrik liar.
Selain itu,
pembangunan pabrik pun harus disertai sosialisasi pada warga. Tentu saja
sosialisasi tersebut harus disertai IMB dan Amdal yang sudah disahkan oleh pemerintah.
Berdasarkan
pemaparan di atas, dapat ditarik simpulan tentang bahaya limbah yang
ditimbulkan pabrik, khususnya pabrik tekstil. Selain limbah, pembangunan pabrik
tekstil pun dapat berdampak pada keberlangsungan hidup warga sekitar.
Referensi:
Setiadi, dkk. (1999). Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil yang
Mengandung Zat Warna Azo Reaktif dengan Proses Gabungan Anaerob dan Aerob. Diakses dari
http://ppprodtk.fti.itb.ac.id/tjandra/wp-
content/uploads/2010/04/Publikasi-
No20.pdf&cd=3&ved=0CDEQFjACusg=AFQjCNG4bk gEWaFDIpiBGVgGdeytdEDxDg
Lampiran 5. Anotasi Bibliografi
Contoh 1
Sivadas, E. & Johnson, M. S. (2005). Knowledge Flows in Marketing:
An Analysis of Journal Article References and Citations. Marketing Theory Articles, 5(4), 339-361. doi:
10.1177/1470593105058817.
Beranjak dari kekhawatiran para ahli terhadap kualitas
karya ilmiah di bidang pemasaran, Sivadas dan Johnson membuat sebuah artikel sepanjang 23 halaman
yang menyajikan hasil penelitian mengenai arus pergerakan ilmu pemasaran dalam
delapan jurnal terkait bidang pemasaran dan konsumen, antara lain Journal of Marketing, Journal of Marketing Research, Journal of Consumer Research, Marketing Science, Journal of Advertising, Journal
of Advertising Research, Journal of
Retailing, dan Industrial Marketing
Management. Pergerakan ilmu-ilmu pemasaran dapat dilihat dengan
menganalisis pola, jumlah, serta jenis kutipan dan referensi dalam
artikel-artikel tersebut. Secara spesifik, artikel ini mengkaji isu
„cumulativeness‟ dan transfer pengetahuan ilmu pemasaran
dan ilmu non-pemasaran. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kutipan dan referensi, baik dari ilmu pemasaran maupun ilmu
non-pemasaran, memberi pengaruh secara signifikan terhadap pergerakan ilmu
pengetahuan dalam jurnal-jurnal tersebut.
Artikel
ini ditulis dengan baik dan sistematis oleh kedua penulis. Terlebih teori-teori
yang mendukung pentingnya pembuatan artikel mengenai arus pergerakan ilmu
pemasaran dalam karya ilmiah dikemukakan dengan cukup detail. Beberapa
hipotesis pun dikembangkan oleh kedua penulis, sehingga arah penelitian
kuantitatif mereka semakin jelas dan terarah. Hasil penghitungan secara
statistik dipaparkan dalam tabel yang juga disertai dengan penjelasan yang
memadai.
Contoh 2
Culler, J. (1997). Literary Theory: A Very Short Introduction.
New York: Oxford University Press.
Buku
ini menyajikan penjelasan poin-poin penting terkait teori sastra secara ringkas
dan komprehensif. Culler mengawali buku ini dengan menjelaskan pengertian teori
dan penerapannya dalam ilmu sastra. Kemudian, sifat, fungsi dan cakupan ilmu
sastra dipaparkan dalam bab-bab berikutnya. Misalnya, hubungan sastra dan budaya, retorika,
naratif, bahasa performatif, dan identitas dalam sastra. Banyak tokoh-tokoh
penting dalam bidang sastra yang diperkenalkan dalam buku ini, berikut karya
dan kontribusi yang diberikan tokoh tersebut. Oleh karena itu, buku ini tidak
hanya dipenuhi dengan teori semata, tetapi juga sejarah yang penting untuk diketahui.
Sesuai
dengan judulnya, buku ini berhasil memberi pengenalan singkat mengenai
teori-teori sastra tanpa menghilangkan hal-hal pokok yang wajib diketahui oleh
pembaca. Teknik penulisan dalam buku ini sangat komunikatif, karena Culler
menggunakan kata-kata yang tidak terlalu baku
dan menganggap pembaca
sebagai „teman‟. Pembahasannya pun dipaparkan secara
bertahap sehingga mudah dipahami, dimulai dari awal kemunculan teori, asal usul
dalam teori ilmu sastra, sampai berbagai gagasan penting dalam ilmu sastra. Hal
menarik lainnya adalah disertakannya beberapa ilustrasi kartun dan caption jenaka di setiap babnya.
Lampiran 6. Contoh
Reviu Buku
Danesi, M. (2002). Understanding Media Semiotics (Edisi
Pertama). London: Arnold.
Dalam
era kesejagatan seperti sekarang ini, media memiliki peran yang sangat penting
bagi kehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup dan perilaku
manusia yang banyak dipengaruhi oleh media baik secara disadari maupun tidak. Understanding Media Semiotics mengulas
fenomena tersebut dari sudut pandang ilmu semiotika, dimana semua media yang
dibahas di dalamnya digolongkan sebagai signifier.
Oleh karena itu, buku ini sangat tepat untuk dijadikan sebagai referensi kajian
media yang berbasis ilmu linguistik.
Dalam
bab pengenalan, Danesi menjelaskan bahwa buku karangannya ini bertujuan untuk
menunjukkan bahwa ilmu semiotika dapat diterapkan dalam kajian media. Buku yang
terdiri atas sembilan bab ini diawali dengan penjelasan singkat mengenai media
dan pemaparan sejarah perkembangan media dari masa ke masa (Bab 1). Bab 2
menyajikan pembahasan mengenai teori-teori semiotika, termasuk di dalamnya
latar belakang munculnya ilmu semiotika dan penjelasan mengenai objek analisis
pada semiotika media. Kemudian Bab 3-8 berisi penjelasan masing-masing jenis
media berikut sejarah perkembangannya dengan lengkap, yaitu media cetak, media
audio, film, televisi, komputer dan internet, dan periklanan. Di akhir bukunya,
Danesi tidak lupa untuk menyampaikan pandangannya mengenai dampak sosial dari
besarnya pengaruh media terhadap kehidupan manusia (Bab 9).
Selain
memaparkan penerapan ilmu semiotika dalam kajian media, melalui buku ini Danesi
ingin menyanggah apa yang telah dikemukakan oleh Roland Barthes, seorang ahli
semiotika asal Prancis, pada tahun 1950 mengenai „pop culture‟ atau
kebudayaan populer yang merupakan dampak dari adanya media. Menurut
Barthes, „pop culture‟ adalah suatu gangguan
besar (umumnya
berasal dari kebudayaan barat) yang bertujuan untuk menghilangkan cara
pembentukan makna yang tradisional (hlm. 23 dan 206). Pada awal tahun 1960,
Jean Baudrillard, yang juga seorang ahli semiotika Prancis, menambahkan bahwa
gangguan besar yang dibawa „pop culture‟ akan
membuat masyarakat menjadi
„tidak sadar‟, sehingga
mereka akan terbiasa
menerima objek-objek yang ditawarkan media (hlm. 33).
Danesi
berpendapat bahwa pemikiran Barthes dan Baudrillard telah memberi citra buruk
pada semiotika. Mereka secara tidak langsung telah membuat ilmu semiotika
menjadi terpolitisasi dengan melihat „pop
culture‟ dari sisi negatifnya saja, tanpa melihat dari sisi positif yang
juga memberi pengaruh baik pada kehidupan masyarakat (hlm. 206). Danesi
menekankan bahwa semiotika hanya berfokus pada kajian perilaku manusia
berdasarkan tanda yang dibawa oleh media, bukan mengkritik sistem sosial atau
politik (hlm. 34).
Buku
Understanding Media Semiotics karangan
Marcel Danesi sangat menyenangkan untuk dibaca, karena pemaparannya jelas dan
tidak berbelit-belit. Bahasa yang digunakan pun ringan dan mudah dimengerti,
karena menggunakan diksi bahasa Inggris yang familiar. Umumnya, Danesi memberi contoh-contoh analisis semiotika
dari berbagai media seperti film, acara TV, iklan, dan lain-lain, yang sudah
banyak dikenal. Hal ini dapat memudahkan para pembaca dalam memahami penjelasan
yang dipaparkan oleh Danesi, karena contoh media yang dianalisis merupakan
media yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Di setiap awal bab terdapat
kutipan- kutipan inspiratif dari berbagai tokoh yang relevan dengan bahasan
dalam bab tersebut, sehingga buku ini semakin menarik untuk dibaca. Buku ini
juga semakin lengkap dengan disertakannya glosarium, bibliografi, dan indeks di
akhir buku.
Walaupun
terkesan tanpa cela, buku ini masih memiliki kekurangan dari segi teknik
penulisan dan isi. Hal yang disayangkan dari segi teknik penulisan buku ini
adalah tidak semua subbab dicantumkan dalam daftar isi, sehingga dapat
menyulitkan pembaca
dalam mencari halaman subbab yang diinginkan. Dari segi isi, Danesi hanya
mengambil contoh-contoh media beserta analisis semiotika dari kebudayaan barat
seperti Amerika dan Eropa. Ia menyebutkan negara-negara selain dari kedua benua
tersebut hanya pada saat memaparkan sejarah perkembangan masing-masing media.
Selain itu, Danesi hanya memberikan penjelasan berupa narasi pada contoh media
dan analisisnya, ia tidak menyertakan ilustrasi atau gambar untuk memperjelas
analisisnya, seperti pada contoh analisis iklan jam tangan Airoldi (hlm. 25).
Jika
dibandingkan dengan buku lain yang bertema serupa, Bourdieu, Language, and the Media (2010) karya John F. Myles, buku
ini masih terbilang lebih lengkap karena jenis dan dampak media yang dijelaskan
lebih banyak dan mendalam. Akan tetapi, Myles tidak hanya memberikan penjelasan
di dalam bukunya, ia juga melakukan studi kasus yang berfokus pada media,
komunikasi, dan kebudayaan dengan menggunakan pendekatan sosiologi yang
digunakan oleh Bourdieu. Hal ini membuat pembahasan di dalam bukunya menjadi
lebih up-to-date, karena isinya lebih
relevan dengan peran media yang berkorelasi dengan komunikasi dan kebudayaan
terhadap kondisi masyarakat saat ini. Ia juga menyertakan beberapa gambar
(misalnya potongan gambar atau tulisan dari surat kabar) dari hasil
penelitiannya, sehingga penelitiannya dapat lebih terpercaya. Namun, baik buku Understanding Media Semiotics maupun Bourdieu, Language, and the Media,
keduanya memiliki kesamaan tujuan yaitu menyelidiki dampak media terhadap
masyarakat.
Understanding Media Semiotics menawarkan panduan yang lengkap dan mendalam untuk para pembaca dalam
memahami dan menganalisis media menggunakan teori semiotika. Di dalamnya juga
terdapat beberapa contoh-contoh analisis semiotika media yang semakin
memudahkan pembaca dalam memahami teori semiotika, khususnya dalam mengkaji
media. Hal ini penting untuk diketahui karena saat ini media menempati peran
penting dalam tatanan kehidupan manusia,
sehingga manusia
dituntut untuk menjadi lebih cerdas dan kritis dalam menyikapi pesan yang
disalurkan oleh media. Oleh karena itu, buku ini mampu membekali para pembaca
agar dapat lebih siap dalam menghadapi arus media yang semakin banyak dan tidak
terkendali.
Referensi:
Chandler, D. (2002).
Semiotics: The Basics. London:
Routledge. Myles, J. F. (2010). Bourdieu,
Language, and the Media.
London: Palgrave
Macmillan.
Lampiran 7. Contoh
Reviu Artikel
Sagi, I. & Yechiam, E.
(2008). Amusing Titles in Scientific Journals and Article Citation. Journal of Information Science, 34(5) 2008, 680-687. doi:
10.1177/0165551507086261.
Artikel
ini memaparkan bagaimana penggunaan humor dalam judul artikel ilmiah
diasosiakan dengan penggunaan artikel sebagai sumber atau kutipan. Penelitian
tersebut berdasarkan pada tingkat kesenangan dan keenakan saat membaca judul
artikel yang diterbitkan pada rentang waktu 1985-1994 pada jurnal psikologi
Psychological Bulletin dan Psychological Review. Penulis meneliti hubungan
antara tingkat kesenangan dan keenakan judul artikel, serta banyaknya kutipan
yang bersumber pada artikel ilmiah tertentu. Hasil penelitian menunjukkan
artikel dengan judul yang menyenangkan dikutip lebih sedikit.
Pada
bagian pendahuluan, penulis menjelaskan efek humor dalam konteks tulisan
akademik telah diinvestigasi dalam beberapa kajian eksperimental. Sebagai
contoh, Bryant dan koleganya meneliti efek ilustrasi jenaka dalam buku teks.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan ilustrasi yang memiliki unsur humor
membuat teks lebih menyenangkan dibaca. Riset lain yang berkaitan berfokus pada banyaknya humor
yang muncul pada buku teks. Dari kajian tersebut disimpulkan tingkay kesenangan
berasosiasi positif dengan banyaknya humor, namun memiliki hubungan negatif
dengan kredibilitas penulis. Peneliti mencoba untuk menelaah lebih lanjut
dengan meneliti dampak judul yang menyenangkan dalam karya ilmiah di bidang
psikologi pada kaitannya dengan kutipan artikel.
Penulis
menunjuk delapan lulusan psikologi (empat wanita dan empat pria) di Technion
dan Haifa University untuk mengevaluasi judul karya ilmiah. Sedangkan bahan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 1.009 judul karya
ilmiah yang diambil
dari Psychological Bulletin dan Psychological Review (terbit pada 1985-1994).
Para koresponden diminta untuk memberika penilaian berdasarkan tingak
kesenangan dengan skala 1 sampai 7, dimana 1 berarti „tidak menyenangkan sama
sekali‟ dan 7 berarti „sangat menyenangkan‟.
Kemudian penulis menganalisis hasil penilaian
tersebut dengan mengaitkannya pada jumlah kutipan yang diterima setiap
karya ilmiah.
Secara
keseluruhan, artikel ilmiah ini sudah terorganisir dengan baik. Namun, penulis
tidak menjelaskan metode yang digunakan. Penulis hanya mendeskripsikan
bagaimana penelitian dilakukan tanpa memaparkan metode secara komprehensif. Hal
ini dapat membingungkan pembaca, sehingga pembaca menebak- nebak sendiri metode
apa yang digunakan peneliti dalam kajiannya. Selain itu, tidak adanya
penjelasan metode membuat penelitian ini kurang aplikatif untuk direduplikasi.
Lampiran 8.
Contoh Halaman Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
BERBANTUAN WEBSITE PADA KONSEP FLUIDA
STATIS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
KELAS XI
KARYA TULIS ILMIAH
diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan di MA Miftahul Anwar
oleh
MUHAMAD FADIL AL GHARUTI
NIS 1004702
MADRASAH ALIYAH MIFTAHUL ANWAR
TAHUN PELAJARAN 2021-2022
Lampiran 9.
EVI PUPITASARI
STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
DI MA MIFTAHUL ANWAR BAYONGBONG GARUT
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
ttd.
Nama NIP
Pembimbing II ttd.
Nama
NIP
Mengetahui
...................
ttd. Nama NIP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar