Pengikut

Sabtu, 05 Februari 2022

KI HAJAR DEWANTARA VS PERADABAN DIGITAL

 Nama                : Lilis Ernawati

Pertemuan        :    

Waktu              :  Kamis, 3 Februari 2022 

Pukul                : 16 wib s.d 18.00 wib

Moderator        : Mr. Bams

Narasumber     : Dr. fahrudin Faiz, S.Ag, M.Ag

Judul                : Filosofi Ki Hajar Dewantara vs Peradaban Digital



Hari ini Garut kembali diguyur hujan, dingin terasa menusuk kulitku. Seperti biasa, kalau dingin datang, pasti kulitkupun langsung biduran. duuuh sebel banget. gatal rasanya, terus menular keseluruh pahaku. Tapi heran kenapa hanya paha saja yah?

Untuk menghilangkan rasa gatal itu, aku alihkan perhatianku pada laptop dan kubuka satu demi satu wa yang masuk...

eeeh .......ternyata sore ini ada acara "NGUPING bareung Om Jay. Ku klik alamatnya, dan ternyata sudah mulai. Ada Mr.  Bams sebagai moderator sore ini. Tapi narasumbernya belum hadir. Katanya berhalangan karena hujan angin lebat memutuskan jaringan sinyalnya. Berarti hujannya merata yah. Di Garutpun tadi sempat hujan petir juga.

Akhirnya acara diisi dengan bincang-bincang dengan Mr  Bams dan Om Jay seputaran pembelajaran digital berkaitan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu  pendidikan dan pengajaran Beliau mengatakan   bahwa pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Ki Hajar Dewantara  mempunyai nama  asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau lahir di  Yogyakarta, 2 Mei 1889. Beliau berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. 

Menurut Beliau Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan secara lahir dan bathin sedangkan pendidikan adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar dia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi pendidikan merupakan  tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat.

Dalam diskusi ini Mr Bams mengaitkan Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan peradaban digital yang sekarang sudah mengglobal. Bagaimana kira-kira kaitannya?

Selanjutnya ditayangkan sebuah Video yang di dalamnya berisi tentang filosofi Ki Hajar Dewantara, sebagai ganti  ketidakhadiran Bapak Dr Fahrudin yang berhalangan karena sinyal jelek.

Isi video tersebut sangat menyentuh hati.



Dalam videonya terdapat narasi yang isinya berikut ini.

"Ki Hajar mendefinisikan pendidikan itu sebagai tuntunan. Jadi tuntunan itu berarti pendidikan, dan pendidikan  itu sebenarnya nuntun.. Kan banyak orang menganggap pendidikan itu ngisi , tapi sebenarnya pendidikan itu menuntun, 

Kayak kita nuntun anak kecil itu lo, karena sebenarnya potensi berjalanitu sudah  ada di anaknya.
Kita hanya menuntun biar dia bisa melangkah sendiri dan berjalan tegak.,Bisa melangkah sendiri dan tindak jatuh..

Bukan kita yang membuat dia  berjalan. Dia sebenarnya sudah punya potensi sudah punya kemampuan untuk jalan. Kita hanya ngawal, makanya istilahnya nuntun,  
Sehingga menurut Ki Hajar, pendidikan itu menuntun  segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.  

Jadi pendidikan itu nuntun. membangkitkan potensi anak sehingga dia jadi manusia seutuhnya yang selamat dan bahagia. Jadi  hakikat pendidikan  itu ini.

Kalian inikan semuanya sedang menjalani pendidikan. Maka, pertama-tama perhatikanlah potensimu, kemampuanmu. Makanya sering-sering saya panas-panasi saya provokasi supaya kamu kenal dirimu, kamu investigasi dirimu, kamu muhasabah itu dalam rangka apa? kenali potensimu.
Kemungkinan kalau kamu merasa , "Pak saya ini gunanya apa toh pak? saya itu rasanya kok opo-opo ro iso?

Mungkin kamu kurang jeli membaca potensimu. sehingga potensimu nda bangkit-bangkit, nda keluar-keluar.
Kalau dalam dunia pendidikan butuh guru, guru yang bisa nuntun. yang bisa membangkitkan, mengembangkan potensimu sehingga kamu menjadi manusia utuh, selamat dan bahagia.

Passionmu kalau bahasanya hari ini. Jadi gambarannya kalau kayak kalian. Misalnya bakatnya apa, tapi kuliahnya jurusan apa.

Mungkin kamu bakatmu itu agama. Kalau hapalan Al-Quran , kalau disuruh berdoa, kalau disuruh itu, nyaman, senangnya luar biasa.

Tapi terus kamu mengambil jurusannya keliru, misalnya jurusan apa yang nda nyambung sama agama. Itukan kamu tersiksa di jurusanmu. Mungkin kamu bisa lulus karena kamu pintar, IPK mu tinggi, tapi kamu nda penuh nanti.

Ada yang tersingkirkan, justru potensi utamamu. Seorang guru itu yang unggulan . Biasanya bisa melihat . Oh anak ini pintarnya dimana, bakatnya dimana.
Kalian besok juga gitu, kalau jadi guru atau jadi orangtua , perhatikan anak-anakmu. Perhatikan murid-muridmu.
Saya bilang tadi, enggak ada manusia yang tidak berguna , nda ada anak yang tidak berpotensi. Semuanya berpotensi tinggal ketemu atau tidak ketemu.

kalau kamu hari ini merasa , "Pak itu apa to pak. nda ngerti apa-apa, saya itu nda bisa apa-apa." Belum ketemu saja.
Kalau sampai besok-besok belum ketemu, ya berarti kamu kurang jeli membaca dirimu. Baca lagi. Setiap orang istimewa nda ada yang nda istimewa.

Jadi kalau ada yang bilang di Indonesia nda ada yang istimewa  selain martabak.
 nda di Indonesia itu semua orang istimewa, hanya saja mungkin kamu belum ketemu.
Makanya jangan sia-siakan hidupmu. Kita hidup hanya sekali. Masa hidup hanya sekali aja, nda ketemu potensi unggulanmu yang dititipkan oleh Allah? Jadi itulah hakikat pendidikan menurut Ki Hajar.

Itu kalimat dari beliau, "anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.
Meskipun mengenyam pendidikan di tempat yang sama dan dididik oleh guru yang sama, tentunya setiap murid punya jalannya sendiri-sendiri.
Jadi kalian meskipun kuliah di kampus yang sama di jurusan sama, ketemu dosen yang sama. kos-kosannya juga sama. Tapi nanti jalanmu pasti beda-beda. sesuai kodratmu masing-masing.

Berarti apa? pendidik itu mengarahkan, merawat, menuntun, menumbuhkan kodrat yang dimiliki oleh seorang anak. Jadi itu hakikat pendidikan.
Kenapasih harus menyelenggarakan pendidikan?padahal setiap orang punya bakat sendiri-sendiri. Biar jalan sendiri-sendiri nda harus diopeni. Serius karena pendidikan itu nanti menghasilkan tiga guna yang luar biasa. yang pertama Hamemayu Hayuning seleromu, Kedua Hamemayu Hayuning bongso; yang ketiga hamemayu Hayuning Bawono.

Jadi kalau pakai bahasa Indonesia mungkin lebih pasnya , memelihara diri, menjaga dan memelihara bangsa, menjaga dan memelihara alam semesta. Kalau kata harfia hanya hamemayu artinya mempercantik.

Jadi pendidikan itu membuat dirimu, terjamin; membuat jasamu terjamin, lestari membuat alam semesta aman tertib.. Dengan pendidikan muatannya ilmu, dengan ilmu hidup kita semakin berkah
jadi hamemayu hayuning sariromu, hayuning bongso, memayu hanyuning bawono. .
Ini level pertama 

Kalau dirimu beres, banyak orang masing-masing dirinya beres, bangsa kita juga beres. Kalau bangsa-bangsa semua beres, alam semesta juga beres.. Jadi pendidikan itu membuat kita beres, dengan pendidikan muatannya ilmu, bisa berkualitas bisa meningkat

Kenapa kita harus ada pendidikan? demi diri kita, demi bangsa kita demi kehidupan kita di alam semesta.  karena dengan pendidikan menjadi kunci peradaban. 

Kalau kita ingin maju, ya pendidikan jalannya, kalau kita ingin sukses, ya pendidikan, kalau kita ingin bahagia, ya pendidikan. kalau kita ingin hidup nyaman, ya pendidikan.

Jadi gakboleh kita menyepelekan pendidikan karena kuncinya hidup ternyata adanya di pendidikan, Jadi menurut Ki Hajar, Pendidikan berguna untuk Hamemayu Hayuning sarirom artinya dirimu itu indah maka lestarikan keindahannya. Hamemayu hayuning bongso artinya jika bangsamu indah , lestarikan bangsamu dan Hamemayu Hayuning Bawono artinya alam semesta ini indah, maka kita lestarikan kita percantik lagi keindahannya, ini filosofi kihajar Dewantoro. 

Dasarnya apa?
Ini populer sekali . Dulu di topi sekolah kita ada tulisan TUT WURI HANDAYANI. ini filosofi ki Hajar  Dewantoro yang menjadi semboyan pendidikan Indonesia, Jadi pendidikan itu dasarnya 3 yaitu Triloka . kita yang ada di dunia pendidikan perhatikan ini khususnya para pendidik.
Ing ngarso suntulodo, Ing Madya MangunKarso, Tut wuri handayani, wes hapal kita.

Jadi kalau kalian berposisi di depan, harus membuat contoh. Public figure harus memberi contoh, jika menjadi anak buah, harus memberi contoh. 
Jadi yang ada di depan harus memberi contoh. Berarti kalian harus jadi baik, harus jadi teladan. Ada kelebihan apapun yang kalian miliki diantara temanmu diantara lingkunganmu berarti kalian sedang Ing ngarso, tugasmu apa sungtulodo. Kalian dilihat orang, kalian diikuti orang, maka beri contoh yang baik. 

Jadi ini inget-inget. Besok kalau kamu jadi apapun, punya jabatan apapun berarti kalian sedang ing ngarso karena sedang di depan. berarti tugasmu apa? sung tulodo, berilah contoh yang baik. 
Kayak saya ini kan sedang di depan,  kalian lihat saya semua. mau nda mau harus di suntulodo artinya memberi contoh.

Kalau boleh saya gakpakai baju resmi kayak gini, sarungan, kaosan. mungkin santai yo. Lagi gak enak, kenapa?kalian nyontoh aku nanti.
yang kedua, ing madyo. Artinya Ing madyo itu di tengah jalan, ditengah-tengah posisinya sedang bareng-bareng. Yang dilakukan apa? Mangun karso.

Jadi kalau kalian sedang di tengah, berarti karena berposisi sedang bersama. sejajar dengan yang lain. kamu sama temanmu di kelas, itukan sedang bersama, sedang bareng-bareng.
yang harus kamu lakukan apa? Mangun karso, harus banyak kreatifitas. Bikin inisiatif-inisiatif, lahirkan hal-hal yang baru yang  produktif. itu namanya Ing Madyo MangunKarso.
Ketika kalian ikut mengaji , sesama yang ikut ngaji kan bareng-bareng , yah bikin inisiatif-inisiatif bersama.

Kamu kok duduknya disitu, senderan terus, misalnya gimana caranya biar kita bisa giliran dapat sandaran. Nah itu kreativitas-kreativitas di tengah-tengah. karena kuncinya kemajuan ada ditengah-tengah ketika orang membangun kreativitas.

Jadi kalau kalian sedang di tengah medan perjuanganm, kalian bersama teman-temanmu sedang berjualan, kreatif gak?. 

Yang terakhir ini yang dijadikan  semboyan  Tut Wuri handayani, ini untuk para pendidik khususnya. Pperhatikan Tut Wuri Handayani saya bilang pendidikan itu nuntun. berarti mengikuti anak didik. 
Nuntun pasti dibelakangnya, kayak adikmu yang baru bisa jalan , itukan kamu nuntut, kamu perang tangannya dua, kamu ajak berdiri, dia jalan di depanmu buka di belakangmu. Tut wuri itu mendidik itu momong  sedangkankan  Handayani itu menguatkan, mendukung dan memperdayakan dia. 
Jangan diikuti jangan dipegangin   ...biarkan dia.

Pendidikan jika Ingin sukses yang di depan memberi contoh, yang ditengah kreatif produktif  dan yang di belakang kuatkan dia, dukung dia, berdayakan dia, biar Jadi jangan didikte , jangan dimarahi, apalagi diisi dengan yang jelwk-jelek., Biarkan dia mandiri, menghubungi supaya tidak cengeng.
Filsafat pendidikan yaitu kalau jadi penuntun, jadi guru, jadi pengajar yang berdayakan Handayani. Jadi pendukung yang dibelakang disebut handayani

Tersentuh banget mendengar pesan Ki Hajar Dewantara tersebut. Lalu bagaimana hubungannya dengan Digital saat ini?
 Dan akupun menanyakannya di forum ini.

Tugas sebagai guru sebagai penuntun, saat ini memiliki tantangan yang sangat kuat dan hebat. Di satu sisi kita sudah berusaha menerapkan aturan pemerintah sesuai dengan Tupoksi. Namun di sisi lain dengan kondisi saat ni, Kita harus benar-benar ekstra hati-hati  ke anak-anak.
Saya adalah guru di salah satu sekolah swasta di sana kami tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka, walaupun ada kekhawatiran, namun apa daya. Kemampuan  dan kesadaran masyarakat masih kurang. sehingga jika siswa pembelajaran dengan cara daring, maka tidak semua anak bisa mengikutinya. Selain itu, dengan adanya gawai, anak-anak sangat rentan dengan situs-situs porno. Hari itu sempat mendapat bantuan kuota, akan tetapi hanya bisa digunakan untuk permainan saja. 
Sepertinya pemerintah memberikannya dengan memaksa gerai-gerai memberikan ke sekolah-sekolah. Dan gerai-gerai, berprinsip yang penting sudah memberi, walau bukan kuota belajar, gak mengapa. 
 Dari sini saja peran pemerintah sudah tidak sinkron sementara kemampuan dan keterbatasan masyarakat untuk kuota sangat kecil.

Bagaimana mengatasi permasalahan seperti ini. Karena terus-terang, peserta didik lebih tertarik permainan, tiktok, dll dibandingkan pembelajaran. padahal dalam permainan, tik tok dll, banyak kata-kata yang didak senonoh dikeluarkan oleh mereka,hal ini berpengaruh terhadap peserta didik di perkampungan. Dan kembali lagi mental dan moral mereka kena.

Mr Bam menjawab, " bahwa memang dengana adanya gawai, menjadi satu kekhawatiran juga, karena banyak remaja kini yang tidak bisa memilih mana yang perlu untuk mereka dan mana yang tidak. Hal ini dikarenakan diusia mereka, sedang banyak penasarannya.

Salah satu cara mengatasinya mungkin dengan menggunakan internet MY ID , karena di My Id itu membatasi hal-hal yang tidak patut dicontoh. karena terus terang saja, malah di perkampungan yang sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan gawai. Karena peserta didik diperkotaan sudah langsung diberitahu, mana yang penting dan mana yang tidak.

Dilema sekali, di satu sisi gawai diperlukan, akan tetapi di sisi lain oleh peserta didik sering disalah gunakan. Semoga dengan adanya My.Id bisa mengatasi permasalahan ini.

4 komentar:

  1. Gawai serba dilematis dalam penggunaan nya... Mungkin salah satu solusinya adalah pada penugasan berstruktur. Yang jadi masalah adalah pada gurunya. Ada guru yg lambat dlm teknologi, ada yg cepat. Dsb..

    BalasHapus

fiorentia viviane lesmana