Pengikut

Rabu, 16 Februari 2022

13. Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Nama                : Lilis Ernawati

Pertemuan        :    13
Waktu              :  Senin 14 Februari 2022 
Pukul                : 19.00  wib s.d selesai
Moderator        : Bapak Muliadi
Narasumber     : Bapak Susanto, S.Pd
Judul                : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan



Apa itu Proofreading?  Proofreading atau kadang disebut dengan uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut.

Ini merupakan tema pertemuan ke 13 yang diselenggarakan oleh grup menulis PGRI dengan narasumber Bapak Susanto. Siapakah pak  Susanto ini? 

Dalam dunia tulis menulis, beliau lebih di kenal dengan nama pak D. Pak D merupakan salah satu penulis yang cukup berpengalaman. Tidak hanya menulis,  beliau juga dikenal sebagai editor dan kreator konten. Beliau sehari-hari mengabdikan diri sebagai guru sekolah dasar di kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatra Selatan. Pak D Sendiri adalah alumni kelas BM angkatan 15.

Proofreading berbeda dengan  editing, karena Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.

Jadi, proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.

Ada sebuah ungkapan,  "Jika kamu tidak dapat menjelaskan sesuatu dengan sederhana, kamu tidak cukup memahaminya - Albert Einstein

ungkapan di atas, menyiratkan pentingnya menyusun atau menata kalimat dengan sederhana sehingga mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Unsur kesederhanaan bukan hanya soal struktur kalimat, tetapi bisa jadi karena kesalahan yang tidak disengaja oleh penulisnya, seperti salah ketik atau typokesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata.  Bukankah kata atau kalimat yang tadinya sederhana, bisa menjadi sulit dipahami karena kurang huruf, atau huruf yang tertukar? dan ini lazim terjadi dalam menulis naskah.

Tugas Seorang Proofreader

Seseorang yang memiliki tugas ini disebut Proofreader. Dari poin sebelumnya,kita sudah bisa mengetahui bahwa tugas  proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus bisa memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji-baca bisa diterima logika dan dipahami.

Ia harus dapat mengenali apakah sebuah kalimat efektif atau tidak, susunannya sudah tepat atau belum, hingga memastikan jika substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca.

Katakanlah seorang proofreader mendapatkan tugas untuk menguji-baca sebuah teks terjemahan. Output yang dihasilkannya adalah sebuah teks yang mudah dipahami meski bagi orang yang tidak mengetahui bahasa asal teks terjemahan tersebut.

Kesimpulannya, tugas seorang proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya.

Mengapa harus melakukan proofreading?

Proofreading merupakan tahapan penulisan yang sebaiknya tidak kita lewatkan. Terutama jika kita berniat untuk menerbitkan karya tulis kepada khalayak luas. Seorang proofreader akan membantu kita untuk mengoreksi apakah ada kesalahan dalam tulisan.

Kita mungkin akan kesulitan menemukan kesalahan tersebut karena pada dasarnya memang sulit untuk memisahkan penulis dengan karyanya. Kemungkinan besar kita akan merasa tulisan tersebut sudah benar dan layak terbit.

Namun, proofreader bersifat netral, ia tentu memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda dengan kita. Seorang proofreader akan menilai karya kita secara objektif.

Ia akan bertindak sebagai seorang “pembaca” dan menilai apakah karya tulis kita sudah bisa dimengerti atau justru berbelit-belit. Harapannya, setelah melewati tahapan proofreading, karya kita bisa lebih mudah dipahami pembaca.

Sebagai contih di bawah ini ada sebuah kalimat dalam cerita, kira-kira dimana letak kesalahannya?

 "Hmm... Aku akan mulai membuat cerita fiksi berdasarkan kiat-kiat dari Pak Mazmo," kata Cici.

 Kata Cici, "Hmmm... Aku akan mulai membuat cerita fiksi berdasarkan kiat-kiat dari pak Mazmo."


Seharusnya :

"Hmm ... aku akan mulai membuat cerita fiksi berdasarkan kiat-kiat dari Pak Mazmo," kata Cici.


Tanda Elipsis/Titik Tiga (...)  dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan, biasanya untuk memberikan jeda pada dialog. Menurut PUEBI tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.  

Mengapa kata "kata" ditulis dengan huruf kecil? Hal ini berkaitan dengan aturan penulisan "dialog tag". Untuk ini mazmo sangat ekspert dan mungkin sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

 Jadi, dengan melakukan proofreading, kesalahan yang dimaksud di sini termasuk kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata dapat diminimalkan.

 Kita mungkin merasa jika tahapan pembacaan ini sama saja dengan editing yang dilakukan oleh para editor. Namun, sebenarnya keduanya berbeda.

Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.

Jadi, proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.

Saya meyakini, di antara Bapak dan Ibu ada yang menjadi seorang proofreader bahkan editor profesional.

 Seorang Proofreader  harus dapat mengenali:

  1. apakah sebuah kalimat efektif atau tidak
  2. susunannya sudah tepat atau belum
  3. substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak

Ketika "sedang" menulis, muncul keinginan agar tulisan ini harus sempurna. Sehingga, muncul kekhawatiran: nanti tulisan jelek, tdak layak baca, banyak kesalahan ejaan, kalimatnya tidak pas, dan sebagainya.  

Akhirnya terjebak untuk segera memperbaiki. Guru menulis menggambarkannya dengan proses membuat rumah. Ketika membangun rumah, baru sampai dinding , belum pasang atap, tetapi sudah memoles dengan mengecatnya, memberi ornamen, dan sebagainya. Lalu tidak puas dengan warna cat, ganti lagi, dan seterusnya. Akhirnya, rumah tidak kunjung selesai.

Misalnya 

  1. seorang  blogger peserta menulis ingin cepat-cepat mengirimkannya. Lalu, maksud hati membuat tulisan yang menarik, akibat kekurangcermatan dalam pengetikan tulisan di blog, tulisan menjadi berkurang nilai kemenarikannya. Sayang, 'kan?
  2. tulisan di blog masih terdapat kesalahan (ejaan atau struktur kalimat). Meskipun, seiring dengan waktu,  kesalahan itu akan banyak berkurang. Nyatanya, ketika kita berlomba menerbitkan tulisan, tetap saja tulisannya harus sudah enak dibaca.

Proofreader (meskipun dilakukan oleh penulis) bersifat netral. Seorang proofreader akan menilai karya penulis secara objektif. Oleh karenanya, proofreader bertindaklah sebagai seorang “pembaca”. Apakah karya tulis saya sudah bisa dimengerti atau justru berbelit-belit?

 Bagaimana agar objektif? Agar objektif, setelah tulisan selesai, endapkan dulu beberapa jam, syukur, beberapa hari.  Hal ini dilakukan untuk membebaskan pikiran kita dari ide yang baru saja dituangkan. Setelah itu, posisikan diri sebagai "CALON PEMBACA"

  1. Merevisi draf awal teks, seringkali membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan atau menghapus seluruh bagian.
  2. Merevisi penggunaan bahasa: kata, frasa dan kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks.
  3. Memoles kalimat untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Memperbaiki kalimat kalimat yang ambigu.
  4.  Cek ejaan. 
  • Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit
  • Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI
  •  Konsistensi nama dan ketentuannya 
  • Perhatikan judul bab dan penomorannya.
Hindari kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata.Kesalahan kecil lainnya misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya.

Cara mudah melakukan proofreding terutama pada typo. Bisa dilihat di channel berikut ini

 https://www.youtube.com/watch?v=tZZgrv5-JXo

Cara menemukan kata yang typo tanpa membaca keseluruhan dan segera memperbaikinya

  1.  Buka file yang kita ketik
  2.  kita pilih semua,  dan kita salin/copy
  3. Buka google drive dan buka dokumen google
  4. tempelkan tulisan tersebut
  5. akan muncul kata-kata bergaris bawah  merah
  6. tidak perlu mengganti mengetik, cukup mengklik akan muncul  saran perbaikan
  7.  Selain itu bisa menggunakan menu alat, dan akan muncul  ejaan dan tata bahasa 
  8. kita pilih ejaan dan tata bahasa
  9.  lalu kita pilih kata-kata yang disarankan, jika kita terima maka klik terima dan akan berubah otomatis.
  10. akan muncul kotak dialog, sepertinya tidak ada masalah. artinya pemeriksaan sudah selesai
  11. setelah itu mendownload, mengunduh tulisan yang diperbaiki kedalam format microsoft word
  12. muncul kotak dialog penyimpanan, dan kita beri nama pada kotak folder yang diinginkan
  13. lalu simpan 

Namun,  jangan karena itu menggunakan mesin terus kita biarkan, tetap lakukan koreksi kembali secara manual dengan teliti.

Sesi Tanya Jawab

1. Ibu Lilis Garut

  • Dalam penulisan dialog, apakah memang harus garis baru?
  •  Penulisan yang benar itu menjorok atau lurus dengan naskah biasa?
  • Untuk huruf awal dialog setelah tanda kutip. Yang benar huruf besar apa kecil? Karena di word keluarnya huruf kecil kalau setelah tanda kutip dalamnya.
  • Kadang suka bingung, saat kita membuat cerita, sering terasa, kita sebagai penulis, selalu menjadi tokoh utama yang serba tahu, bagaimana agar perannya dipisahkan antara tokoh utama dan penulis?
Jawabannya 

  • Kebanyakan demikian, namun tidak semuanya begitu.
  • Hal ini terkait dengan gaya penulisan paragraf. Jika bentuk lurus, paragraf ditandain dengan jarak sapasi antarbaris, jika menjorok ke kanan maka pergantian paragraf selanjutnya mengikuti bentuk itu. 
  • Huruf kapital
  • Tergantung POV (Poin of View). 


2. Ibu Indah Marriyana, dari SDN Sumur Batu 01 Pagi Jakpus

Hal yang ingin saya tanyakan, mengapa proofreading merupakan bagian penting dalam proses penulisan?

Jawaban :

Karena ketika menulis, kita menuangkan ide hingga tuntas, sehingga kadang mengabaikan ejaan dan kesalahan penulisan (typo). Dengan melakukan proofreading, kesalahan itu bisa diperbaiki. Kenapa nggak langsung diperbaiki saja ketika menulis? He he he, keburu ide hilang. Kata sebagian besar teman begitu.


3.  Bapak Syamsurizal, SMKN 3 Padang

Bagaimana kiat kiat agar tulisan kita bisa di pahami orang dan tidak memiliki kesalahan dalam ejaan dan menempatkan tanda baca yang pas?

Jawabannya :

Sebelum menulis pasti kita memiliki tujuan. Lalu ide yang ada dijabarkan menjadi kerangka agar tujuan tadi tercapai. Setelah jadi, tulis saja terus sesuai kerangka yang dibuat. Setelah selesai. diamkan sebentar. Beberapa waktu kemudian, lakukan uji baca (proofreading), posisikan Bapak sebagai calon pembaca. Paham nggak nih dengan tulisan saya? Itu pertanyaan yang ada dalam hati ketika membaca ulang tulisan. Agar terhindar dari kesalahan ejaan atau tanda baca, gunakan 2 jimat. KBBI dan PUEBI


4, Yosefina Hoar Klau, Asal sekolah SMP Negeri 8 Kota Kupang.

Adakah trik yang digunakan agar kita bisa  melakukan proofreader sendiri dengan teliti...

Jawabannya :

Kuasai PUEBI dengan baik.  mengoreksi typo, lakukan seperti pada video berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=tZZgrv5-JXo


5.  Ibu Lely Suryani dari Banjarnegara.

Berapa kali idealnya proofreading dilakukan, sebelum tulisan di terbitkan? 

Mengingat  kadang terjadi juga tulisan sudah diterbikan baru ketahuan ada salah huruf, kurang huruf atau kesalahan lain.

Jawabannya :

Satu kali sesudah beberapa saat diendapkan. Ulangi lagi, dan minta orang lain untuk membaca tulisan kita. Makanya sebelum jadi buku solo hasil menulis resume, Ibu meminta teman untuk menjadi editornya. Sebab, penerbit Indie biasanya menyediakan editor sederhana, artinya, naskah yang masuk harus benar-benar naskah yang fix.


6. Bapak  Safrudin. Guru di SDN 25 Banawa (Donggala/Sulteng).

  • Saya memerhatikan beberapa jenis peleburan kata yang awalnya P ketika diberi imbuhan me. Contoh : perhatikan . Apakah jadi memerhatikan atau memperhatikan?
  • Dalam menulis, apakah kita harus konsisten dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baku atau boleh menomorduakan bahasa yang baku dengan bahasa yang familiar. Contoh ketika menulis gawai. Orang lebih akrab dengan kata hp.

Jawabannya : 

 me + publikasikan = memublikasikan

 me (m) + praktikkan = mempraktikkan

  •  Sesuaikan konteks.

 Konteks resmi, tentu gunakan kata baku yang disarankan. Nah, dalam keseharian kita, kita sering menyebut telepon seluler atau ponsel dengan kata "Handphone". Kata itu adalah ragam cakap, sehingga bukan istilah resmi, sehingga suka-suka dalam penulisan. Bahkan kalau saya sendiri menulisnya dengan kata "Hape"


8 komentar:

fiorentia viviane lesmana