Pengikut

Kamis, 20 Januari 2022

VIRUS OMICRON

KAMU KEMBALI MEMISAHKANKU DARI SUAMIKU

 

 Jika melihat benda ini, di posisi kita sebagai orang awam, seorang ibu/ayah yang memiliki anak kecil yang lucu, apa yang ada di benak anda? pasti sama seperti saya...lucu dan warnanya menggoda. Namun sayang, ternyata itu bukan mainan yang mengasyikkan. Saat kita tahu jika itu gambaran virus omicron, betapa terperanjatnya kita. virus itu menyerupai bola-bola yang suka dilempar dan loncat-loncatan. Kebetulan saya pernah memilikinya, warnanya hijau dan di dalamnya dipasang lampu, sehingga saat bola itu terkena benturan, lampunya akan berkedip-kedip,... lucu. Ada yang pernah memiliki?

Namun, siang ini ceritanya lain. Aku sedikit panik, dan tanpa sadar, ada air mata yang siap meluncur di kedua netraku. Ada kekhawatiran, ketakutan dan kerinduan untuk bersama dengan orang yang aku cintai, Sudah 9 hari, suamiku tak pulang karena kegiatan kantornya yang lumayan padat sehubungan sudah banyak lagi peserta diklat yang mengikuti pelatihan. Dia bilang, jumat pasti pulang.

Namun, manusia hanya bisa berencana, semuanya kembali kepada takdir Illahi Robby. Kubuka WA... sesampai rumah karena saat di  sekolah,  wifi  mati.  Betapa terkejutnya aku, kududuk lemas dan kubuka kembali isi WA tadi, siapa tahu aku salah membaca, aku eja perlahan, tapi bener kok, tulisan di WA itu begini bunyinya : "P2 harus di swab, karena ada peserta diklat yang positif omicron 21 orang".

Agar tidak penasaran, ku telepon suamiku, tapi dia tidak menjawab, sepertinya sedang sibuk atau mungkin antri swab. yah sudahlah, aku balas saja WA nya.

"Kenapa bisa kecolongan?, bukannya peserta diklat semuanya di swab dulu?,"tanyaku seakan menyesali kecerobohan sistem penerimaan peserta didiknya.

"Yah gaktahu, p2 kan urusan operasional pelaksanaan diklat,"jawabnya lagi.

"Terus hasilnya bagaimana, "tanyaku lagi penasaran dan gak sabaran.

"nti sore, "jawabnya lagi pendek.

"Udah yah pengen tidur dulu, "kata suamiku di sana.

"ya udah, met istirahat sayang, udah makan siang kan,"tanyaku lagi seperti takingin menghentikan percakapan.

"udah, tadi sama telor dan sayur, "jawabnya lagi.

"oke dech kalau begitu, mamah juga mau istirahat dulu sambil buka-buka blog mamah, "jawabku.

Aku langsung mengambil air wudhu dan sholat Ashar, setelah itu seperti biasa aku siapkan makan dan kusuapi anakku yang sebenarnya sudah cukup besar. Namun, karena anak bungsu dan gakada saingan, akhirnya dia sangat manja. walau berulang kali sudah aku nasehati, tapi tetap saja, malas makan jika tidak disuapi, yah naluri seorang ibu, semuanya pasti akan sama, yaitu khawatir dan ujung-ujungnya mengalah menyuapi anak, daripada nanti dia sakit.


Setelah perut anakku kenyang, aku ambil laptop dan kubuka-buka blog-ku. Kubalas beberapa komentar yang singgah di blogku. setelah selesai, kubiarkan laptopku menyala, aku berbaring di depan TV, kunyalakan TV, tapi pikiranku melayang jauh ke tahun 2019. Saat itu awal-awal virus covid-19 muncul, semua  anggota TNI wajib rapid test. Saat itu aku sudah was-was, karena suamiku ada penyakit bawaan, yaitu malaria papua. Saat aku membaca sebuah artikel, disebutkan di sana, bahwa yang ada penyakit bawaan pasti saat rapid test hasilnya akan reaktif. Benar saja, saat test, hasilnya ternyata reaktif. 

apa yang terjadi selanjutnya? seisi kantor heboh semua. suamiku yang tinggal di mess kantor, di ciduk ambulan seperti pesakitan yang hina banget. Petugasnya menggunakan baju berlapis-lapis. saat suami kirim photo, dia malah tersenyum manis, seperti tak terjadi apa-apa.

Aku langsung telepon, kutanyakan apa yang terjadi, tapi dia malah tertawa.

"Sayang, ada apa?,"tanyaku sambil berlinang airmata.

"Gakapa-apa, cuma disuruh istirahat di Wisma Atlet aja,"jawabnya renyah tanpa beban.

Saat aku telepon, aku yang menangis sesenggukan, aku takut terjadi hal yang tak diinginkan. walau terlihat sehat, tapi ketakutan itu takbisa aku sembunyikan.

Setelah suami diangkut ke Wisma Atlet, semua rekan kerjanya yang pernah berdekatan dipulangkan suruh isolasi mandiri dan Kantor suamipun langsung disemprot disinfektan. Kok kesannya, seperti suamiku yang bawa penyakit yah?

Keesokan harinya kutelepon kembali suamiku dan kutanya keadaannya.

"Assalamualaikum sayangku, apa kabar pagi ini?,"tanyaku seperti biasa.

"Waalaikumsalam wr.wb. Alhamdulillah baik, sehat kok say, gakusah banyak pikiran kenapa, orang papah baik-baik aja kok,  "jawabnya, menghiburku.

Kupandangi wajahnya, kupastikan dia memang sehat dan segar seperti biasanya,

"Nanti siang papah swab lagi, kalau hasilnya negatif, berarti sekali lagi swabnya,"katanya memberitahuku.

"iya,"jawabku pendek. antara cemas dan takut menghinggapi hatiku.

Siangpun tiba dan suamiku memberitahuku jika hasil swabnya negatif. 

"Alhamdulillah,"kuucap syukur pada Rabbku yang telah menjaga orang yang aku cintai dan sayangi.

Berarti swab sekali lagi besok,  dengan harap-harap cemas kutanya lagi kondisinya.

"Papah sehat,"tanyaku lagi.

"Sehat, tenang aja. Papah dikasih tahu teman, katanya kalau mau rapid tes dan swab, kita harus makan garam seujung sendok,  sejam sebelum test dan biarkan garam itu habis bersama air liur dilidah, "ucapnya.

"yah semoga hasilnya negatif, jadi besok bisa pulang, "ucapku penuh harap.

"Kenapa emangnya?,"tanya suamiku menggoda.

"Kangen yang,"jawabku manja.

"eeehhm, "gumamnya. seperti bertanya dan meragukan kata-kataku.

"Beneran kangen yang, emangnya papah gak kangen?,"tanyaku lagi.

"Kangen dong,"jawabnya pendek.

"Bohong,"jawabku merajuk.

"Kata siapa?,"tanyanya.

"Kata mamah,"jawabku.

"Kan Papah yang merasakan kangennya, mamah tahu dari mana,"tanyanya lagi.

"beneran kangen?,"tanyaku manja.

"beneer,"jawabnya meyakinkanku. Akupun  tersenyum manja

"Cepet pulang yah pah,"kataku lagi.

"Iya,"jawabnya sambil memandangku senang melihat aku sudah tersenyum lagi.

Di kamera suami terlihat ada dokter yang siap memeriksa. dan suamiku berpamitan.

"Udah dulu yah yang, ada dokter mau periksa,"katanya

'Iya, Assalamualaikum, "kataku


Waalaikumsalam wr.wb.,"jawabnya di sana. Obrolanpun ditutup.

sejenak ku tertegun, oleh suara telepon yang kuletakkan di atas meja. Lamunankupun buyar.

Sebuah panggilan dari adik Iparku. Kuangkat gawaiku.

"Ceu, gimana keadaan mas," tanyanya.

"hari ini udah tes hasilnya negatif,  tadi udah PCR besok hasilnya kalau negatif juga yah berarti aman tapi harus tetap isolasi mandiri 10 hari,"jawabku.

"Yaudah kalau begitu, yang pentingkan negatif aja dulu,"jawab adik iparku

"Iya, tapi Mas lagi batu pilek,"kataku lagi.

"Kenapa?,"tanyanya


"Gaktahu juga,"jawabku lagi

"Jadi di mess sama siapa?,"tanyanya

"sendiri,"jawabku singkat.

"Terus makannya bagaimana?,"tanyanya lagi.

"Ada yang antar,"jawabku

"Yaudah kalau begitu, gakterlalu khawatir, udah dulu yah ceu salam buat anak-anak, jaga kesehatan,"ucap adik iparku.

"Iya dek, salam juga buat anak istrimu, hati-hati jaga kesehatan, "doaku untuknya.

Tak berapa lama berselang, teleponpun berbunyi lagi. ternyata ibuku.

"Assalamualaikum neng, katanya masnya isolasi yah,"tanyanya diujung sana. 


" Waalaikum salam, iya mih, tapi gakusah khawatir, mas sehat kok, doain aja yah mih agar bisa cepat pulang, tadi udah di swab negatif kok hasilnya, terus makannya segala di kirim dari kantor, "jawabku lengkap, agar mamihku gak khawatir.

"Syukurlah kalau gitu, jaga diri baik-baikyah, banyakin berdoa,"kata ibuku

"Iya mih, mamih juga jaga diri baik-baikyah, doain mas, biar bisa cepat pulang, "pintaku.

"yaudah gitu aja yah, Assalamualaikum,"pamit mamihku

"Iya, waalaikum salam,"jawabku.

Hari sudah sore, aku tutup semua hordeng rumah, jendela dan pintu. Malam ini kulewati dengan kecemasan. walaupun tetap ada obrolan dengan suamiku. Kutunggu pagi dengan perasaan was-was.

Pagipun tiba, seperti biasa suamiku menyapa dan membangunkanku di waktu subuh.

"Assalamualaikum sayang, dah bangun belum, dah sholat belum?, "tanyanya memberondongku.

"Waalaikumsalam udah semua yang, ini mau nanak nasi,"jawabku

"Yaudah atuh, Papah mau mandi dulu,"kata suamiku.

Pukul 08.00 WIB suamiku menelpon, akan tetapi tak sempat kuangkat karena aku sedang di kelas. Jika sedang di kelas, aku jarang melihat gawaiku, makanya pas istirahat pukul 10.30 WIB baru sempat aku buka. Ternyata suamiku memberitahuku jika hasilnya negatif, tapi harus isolasi.

Ada ucapan syukur yang keluar dari mulutku, tapi aku sedih karena suamiku harus tetap isolasi, jadi 10 hari ke depan baru bisa pulang. Yah sudahlah, yang penting suamiku sehat, walaupun aku sangat merindukannya.

8 komentar:

  1. Luar biasa ceritanya , saya pernah mengalami hal yang serupa jadi bisa ikut merasakan bagaimana alur yang ada dalam cerita, semoga ada hikmah dibalik cobaan yang diberikan, tulisannya membawa pesan yang mantul, luar biasa

    BalasHapus
  2. Aduh....bikin haru,.dan ngak sabar baca sampe habis,Bun. Enak.sih, bikin nagih...salam.kenal ya.

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah..rame ceritanya..salam

    BalasHapus
  4. Covid itu memang ada dan yang paling bahaya bukan penyakitnya, tapi kecemasan yang selalu menghinggapi perasaan orang yang terkena covid itu..
    Semoga Allah senantiasa menjaga Qt semua

    BalasHapus
  5. saya merasakan sendiri tdk enak positif covid, makan tak enak dan tidurpun tak nyenyak. alhamdulillah bisa kembali sehat dan tidak terkena covid lagi.

    BalasHapus

fiorentia viviane lesmana