ADA APA DENGAN NUSANTARA?
Kata Nusantara yang
selama ini hampir punah dan jarang
dikenal oleh geberasi Z kini kembali lagi menyeruak
menjadi bahan pembicaraan para pembesar di negara Republik Indonesia. Hal ini sehubungan dengan penamaan Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang terletak di Kecamatan Sepaku Kalimantan Timur.
Bagaimana dengan
rakyat kecil? mereka seolah tak peduli, takada ide ataupun demo yang terjadi, apapun nama yang sedang beredar
di negara kita Indonesia ini. Semua sedang disibukkan dengan mempertahankan
hidup dari himpitan ekonomi setelah pandemi covid-19, belum lagi himpitan
ekonomi ini dibarengi dengan kenaikan harga-harga sembako dan sayuran yang luar
biasa drastis, lanjut lagi ditahun baru, rakyat Indonesia mendapatkan kado
kembali berupa kenaikan harga gas yang hampir menginjak 15% dan bencana alam
melanda di mana-mana karena curah hujan yang cukup tinggi. Hampir semua daerah,
baik perkotaan maupun pedesaan kebagian banjir, bahkan ada beberapa daerah dan
perkampungan yang dulunya aman tentram, kini mengalami
banjir bandang, gempa dan angin puting beliung. Luar biasa. Alam murka
karena tangan-tangan durjana.
Dulu kampung terkenal
dengan kenyamanan dan keamanannya dari banjir dan bencana, kini karena ulah
segelintir manusia yang mengobrak abrik hutan dan pegunungan, dengan alasan
memanfaatkan kekayaan alam agar bermanfaat untuk orang banyak, akan tetapi
tidak memperbaharuinya kembali akibatnya banjir bandang dan bencana alam
menimpa. Rakyatpun kembali menjadi korban padahal mereka tidak meraup
keuntungannya, kalaupun ada karena mereka menjadi buruh di tanah warisan
leluhurnya sendiri. Inikah arti
kemerdekaan saat ini?
Rencana perpindahan
ibukota negara Republik Indonesia seolah tak berarti bagi rakyat yang sedang
mengais rejeki melawan kelaparan. silakan saja, mau dipindahkan kemanapun
ibukota negara ini, ujung-ujungnya, anak cuculah yang akan menanggung hutang
piutangnya. Dan kembali lagi rakyat yang harus menjadi korbannya. Menanggung
semua beban wakil rakyat yang semakin berat.
Dulu, saat aku masih
sekolah di SD, kata Nusantara sering kudengar lagunya, dielu-elukan seperti
tanda sebuah keagungan dan kebanggaan oleh Tantowi yahya, koesplus dan jamal
mirdad dan penyanyi lainnya. Akupun dan teman-teman sering
mengikuti lirik lagunya yang sederhana tapi asyik dan bermakna. Berikut adalah
link lagu dan lirik lagu Koes Ploes dalam Nusantara V.
https://www.youtube.com/embed/pOG4UpJPB60
Nusantara V
Koes Plus
Ribuan pulau tergabung menjadi satu
Sebagai ratna mutu manikam
Nusantara, oh, Nusantara
Berlimpah-limpah kekayaan Nusantara
Tiada dua di mana jua
Nusantara, oh, Nusantara
Siapa tak kenal Nusantara?
Siapa tak suka Nusantara?
Siapa tak sayang Nusantara?
Oh-oh-oh
Alamnya indah serta udara yang cerah
Menjadi kebanggaan semua
Nusantara, oh, Nusantara
Aneka bunga terhampar sekitar kita
Seakan ada di dalam surga
Nusantara, oh, Nusantara
Siapa tak kenal Nusantara?
Siapa tak suka Nusantara?
Siapa tak sayang Nusantara?
Oh-oh-oh
Ribuan pulau tergabung menjadi satu
Sebagai ratna mutu manikam
Nusantara, oh, Nusantara
Berlimpah-limpah kekayaan Nusantara
Tiada dua di mana jua
Nusantara, oh, Nusantara
La-la-la-la-la-la-la-la-la
La-la-la-la-la-la-la-la-la
La-la-la-la-la-la-la...
Sumber: Musixmatch
Penulis lagu: Tonny Koeswoyo
Lirik Nusantara V © Pt. Massive Music Ent., Massive Music
Entertainment
Masih ingatkah dulu saat menjadi murid baru di
sekolah SMP dan SMA kita harus mempelajari P4 dan pelajaran Wawasan Nusantara? begitupun
halnya dengan anak-anak kuliahan dan para CPNS, TNI, POLRI bahkan istri-istri
perkumpulan organisasi. Ada materi Wawasan Nusantara, apakah sekarang masih
ada? sepertinya materi ini sudah dianggap kurang begitu penting atau mungkin
ketinggalan jaman. Hal ini perlu kita pertimbangkan lagi. kita lihat sejarahnya
bagaimana nusantara dulu dibentuk dan dipergunakan.
Penggunaan kata
Nusantara sebelumnya terdapat pada
konsep Cakrawala Mandala Dwipantara yang dicetuskan oleh Kertanegara,
Raja Singhasari. Dwipantara adalah kata dalam bahasa Sansekerta untuk
"kepulauan antara", yang maknanya sama persis dengan Nusantara,
karena "dwipa" adalah sinonim "nusa" yang bermakna
"pulau". Kertanegara memiliki wawasan suatu persatuan kerajaan-kerajaan
Asia Tenggara di bawah kewibawaan Singhasari dalam menghadapi kemungkinan
ancaman serangan Mongol yang membangun Dinasti Yuan di Tiongkok. Karena
alasan itulah Kertanegara meluncurkan Ekspedisi Pamalayu untuk menjalin
persatuan dan persekutuan politik dengan kerajaan Malayu Dharmasraya di
Jambi.
Pada awalnya ekspedisi
ini dianggap penaklukan militer, akan tetapi belakangan ini diduga ekspedisi
ini lebih bersifat upaya diplomatik berupa unjuk kekuatan dan kewibawaan untuk
menjalin persahabatan dan persekutuan dengan kerajaan Malayu Dharmasraya.
Buktinya adalah Kertanegara justru mempersembahkan Arca Amoghapasa sebagai
hadiah untuk menyenangkan hati penguasa dan rakyat Malayu. Sebagai balasannya
raja Melayu mengirimkan putrinya;Dara Jingga dan
Dara Petak ke Jawa untuk dinikahkan dengan penguasa Jawa.
Istilah Nusantara
berasal dari bahasa jawa kuno dalam kitab
Negarakertagama untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang
dianut Majapahit yang kawasannya mencakup sebagian besar Asia
Tenggara, terutama pada wilayah kepulauan. Secara Morfologi Nusantara
merupakan kata majemuk berasal dari dua kata yaitu ꦤꦸꦱ (nusa) yang artinya "pulau"
dan ꦲꦤ꧀ꦠꦫ (antara)
yang artinya "luar". Istilah "Nusantara"
secara spesifik merujuk kepada Indonesia (kepulauan Indonesia).
Penggunaan istilah ini pada zaman kuno dipakai
untuk menggambarkan kesatuan geografi -antropologi kepulauan yang
terletak di antara benua Asia dan Australia (termasuk Semenanjung Kra).
Namun pada penggunaan modern, istilah "Nusantara" hanya digunakan
untuk merujuk wilayah kepulauan Indonesia secara khusus. Kerajaan
Majapahit membagi Negara menjadi tiga bagian wilayah:
1. Negara Agung merupakan daerah sekeliling ibu kota kerajaan tempat
raja memerintah.
2. Mancanegara adalah daerah-daerah di pulau Jawa dan sekitar yang
budayanya masih mirip dengan Negara Agung, tetapi sudah berada di "daerah
perbatasan". Dilihat dari sudut pandang ini, Madura, Bali, Lampung dan
Palembang adalah daerah "mancanegara"
3.
Nusantara, yang berarti "pulau lain" (di luar Jawa) adalah
daerah di luar pengaruh budaya Jawa tetapi masih diklaim sebagai daerah
taklukan: para penguasanya harus membayar upeti.
Penggunaan kata Nusantara
pun terdapat dalam sumpah Gajah Mada yang berbunyi : Palapa Sira Gajah
Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus
kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring
Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring
Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, samana ingsun amukti palapa.
Terjemahannya adalah: "Dia Gajah Mada
Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah
mengalahkan pulau-pulau lain, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika
mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".
Pada tahun 1920-an Ki
Hajar Dewantara, mengusulkan penggunaan kembali istilah
"Nusantara" untuk menyebut wilayah Hindia Belanda. Nama ini dipakai
sebagai salah satu alternatif karena tidak memiliki unsur bahasa asing. Dan
juga, alasan lain dikemukakan karena Belanda sebagai penjajah, lebih suka
menggunakan istilah Indie (terj. "Hindia"),
yang menimbulkan banyak kerancuan dengan literatur berbahasa lain yang dapat
menunjukan identitas bangsa lain, yakni India. Istilah ini juga memiliki
beberapa alternatif lainnya, seperti "Indonesië" (Indonesia) dan
"Insulinde" (berarti "Kepulauan Hindia"). Istilah yang
terakhir ini diperkenalkan oleh Eduard Douwes Dekker.
Ketika akhirnya
"Indonesia" ditetapkan sebagai nama kebangsaan bagi negara independen
pelanjut Hindia Belanda pada Kongres Pemuda II (1928), istilah Nusantara tidak
serta-merta surut penggunaannya. Istilah ini kemudian tetap lestari dipakai
sebagai sinonim bagi "Indonesia", dan dipakai dalam berbagai hal yang
utamanya berkaitan dengan kebangsaan,
Kesimpulan tentang
wilayah ”nusantara” di atas juga berlaku untuk seluruh kerajaan/kesultanan yang
pernah ada atau masih eksis hingga saat ini di seluruh dunia.
Kerajaan/kesultanan di seluruh dunia tersebut dikatakan sebagai kerajaan
nusantara. Hal ini berpijak pada batas geografis di mana seluruh daratan
(pulau) yang dipisahkan oleh laut termasuk dalam pengertian nusantara, sehingga
kerajaan nusantara mempunyai arti yang sama dengan kerajaan dunia.
Penamaan Ibukota dengan istilah Nusantara, semoga menjadi angin segar bagi rakyat Indonesia dengan tekad pemimpin bangsa memperbaiki kehidupan rakyat semesta bukan pejabat negara saja. Libas semua korupsi dan nepotisme. Laksanakan amanat rakyat sesuai janji saat belum menjabat. Perbaiki ekonomi rakyat, sejahterakan rakyat, dan makmurkan kembali Nusantara ini seperti Nusantara yang tergambar dalam kisah perjuangan di masa lampau. Seperti Nusantara yang dinyanyikan dalam lagu-lagu kenangan di masa lalu, Nusantara yang makmur, indah dan kaya raya sehingga rakyatlah yang merdeka, makmur, sentosa, bukan pejabat semata yang bisa tertawa bahagia.
Panjang lebar pembahasan ttg Nusantara. Tulisan yg menambah wawasan bagi pembaca. Semoga harapan di akhir tulisan ini menjadi nyata.
BalasHapusterimakasih, salam literasi
HapusMenarik sekali...
BalasHapusterimakasih, salam literasi
HapusBerlimpah-limpah kekayaan Nusantara
BalasHapusTiada dua di mana jua
Nusantara, oh, Nusantara
Itulah sepanggal lirik lagu Nusantara, terus berkarya bu LILIS.. TERIMA KASIH, moga berkah ilmunya
terimakasih ,..salam literasi
Hapus