Pengikut

Selasa, 18 Januari 2022

NUSANTARA

ADA APA DENGAN NUSANTARA?



Kata Nusantara yang selama ini hampir punah  dan jarang dikenal oleh geberasi Z kini kembali lagi menyeruak menjadi bahan pembicaraan para pembesar di negara Republik Indonesia. Hal ini sehubungan dengan penamaan Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang terletak di Kecamatan Sepaku Kalimantan Timur.

Bagaimana dengan rakyat kecil? mereka seolah tak peduli, takada ide ataupun demo yang terjadi,  apapun nama yang sedang beredar di negara kita Indonesia ini. Semua sedang disibukkan dengan mempertahankan hidup dari himpitan ekonomi setelah pandemi covid-19, belum lagi himpitan ekonomi ini dibarengi dengan kenaikan harga-harga sembako dan sayuran yang luar biasa drastis, lanjut lagi ditahun baru, rakyat Indonesia mendapatkan kado kembali berupa kenaikan harga gas yang hampir menginjak 15% dan bencana alam melanda di mana-mana karena curah hujan yang cukup tinggi. Hampir semua daerah, baik perkotaan maupun pedesaan kebagian banjir, bahkan ada beberapa daerah dan perkampungan yang dulunya aman tentram,  kini  mengalami banjir bandang, gempa dan angin puting beliung. Luar biasa. Alam murka karena tangan-tangan durjana.

Dulu kampung terkenal dengan kenyamanan dan keamanannya dari banjir dan bencana, kini karena ulah segelintir manusia yang mengobrak abrik hutan dan pegunungan, dengan alasan memanfaatkan kekayaan alam agar bermanfaat untuk orang banyak, akan tetapi tidak memperbaharuinya kembali akibatnya banjir bandang dan bencana alam menimpa. Rakyatpun kembali menjadi korban padahal mereka tidak meraup keuntungannya, kalaupun ada karena mereka menjadi buruh di tanah warisan leluhurnya sendiri. Inikah arti kemerdekaan saat ini? 

Rencana perpindahan ibukota negara Republik Indonesia seolah tak berarti bagi rakyat yang sedang mengais rejeki melawan kelaparan. silakan saja, mau dipindahkan kemanapun ibukota negara ini, ujung-ujungnya, anak cuculah yang akan menanggung hutang piutangnya. Dan kembali lagi rakyat yang harus menjadi korbannya. Menanggung semua beban wakil rakyat yang semakin berat.

Dulu, saat aku masih sekolah di SD, kata Nusantara sering kudengar lagunya, dielu-elukan seperti tanda sebuah keagungan dan kebanggaan oleh Tantowi yahya, koesplus dan jamal mirdad dan penyanyi lainnya.  Akupun dan teman-teman sering mengikuti lirik lagunya yang  sederhana tapi asyik dan bermakna. Berikut adalah link lagu dan lirik lagu Koes Ploes dalam Nusantara V.

 https://www.youtube.com/embed/pOG4UpJPB60

Nusantara V
Koes Plus
 

Ribuan pulau tergabung menjadi satu
Sebagai ratna mutu manikam
Nusantara, oh, Nusantara

Berlimpah-limpah kekayaan Nusantara
Tiada dua di mana jua
Nusantara, oh, Nusantara

Siapa tak kenal Nusantara?
Siapa tak suka Nusantara?
Siapa tak sayang Nusantara?
Oh-oh-oh

Alamnya indah serta udara yang cerah
Menjadi kebanggaan semua
Nusantara, oh, Nusantara

Aneka bunga terhampar sekitar kita
Seakan ada di dalam surga
Nusantara, oh, Nusantara

Siapa tak kenal Nusantara?
Siapa tak suka Nusantara?
Siapa tak sayang Nusantara?
Oh-oh-oh

Ribuan pulau tergabung menjadi satu
Sebagai ratna mutu manikam
Nusantara, oh, Nusantara

Berlimpah-limpah kekayaan Nusantara
Tiada dua di mana jua
Nusantara, oh, Nusantara

La-la-la-la-la-la-la-la-la
La-la-la-la-la-la-la-la-la
La-la-la-la-la-la-la...

Sumber: Musixmatch

Penulis lagu: Tonny Koeswoyo

Lirik Nusantara V © Pt. Massive Music Ent., Massive Music Entertainment


Masih ingatkah dulu saat menjadi murid baru di sekolah  SMP dan SMA kita harus mempelajari P4 dan pelajaran Wawasan Nusantara? begitupun halnya dengan anak-anak kuliahan dan para CPNS, TNI, POLRI bahkan istri-istri perkumpulan organisasi. Ada materi Wawasan Nusantara, apakah sekarang masih ada? sepertinya  materi ini sudah dianggap kurang begitu penting atau mungkin ketinggalan jaman. Hal ini perlu kita pertimbangkan lagi. kita lihat sejarahnya bagaimana nusantara dulu dibentuk dan dipergunakan.

Penggunaan kata Nusantara  sebelumnya terdapat pada konsep Cakrawala Mandala Dwipantara yang dicetuskan oleh Kertanegara, Raja Singhasari. Dwipantara adalah kata dalam bahasa Sansekerta untuk "kepulauan antara", yang maknanya sama persis dengan Nusantara, karena "dwipa" adalah sinonim "nusa" yang bermakna "pulau". Kertanegara memiliki wawasan suatu persatuan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara di bawah kewibawaan Singhasari dalam menghadapi kemungkinan ancaman serangan Mongol yang membangun Dinasti Yuan di Tiongkok. Karena alasan itulah Kertanegara meluncurkan Ekspedisi Pamalayu untuk menjalin persatuan dan persekutuan politik dengan kerajaan Malayu Dharmasraya di Jambi.

Pada awalnya ekspedisi ini dianggap penaklukan militer, akan tetapi belakangan ini diduga ekspedisi ini lebih bersifat upaya diplomatik berupa unjuk kekuatan dan kewibawaan untuk menjalin persahabatan dan persekutuan dengan kerajaan Malayu Dharmasraya. Buktinya adalah Kertanegara justru mempersembahkan Arca Amoghapasa sebagai hadiah untuk menyenangkan hati penguasa dan rakyat Malayu. Sebagai balasannya raja Melayu mengirimkan putrinya;Dara Jingga dan Dara Petak ke Jawa untuk dinikahkan dengan penguasa Jawa.

Istilah Nusantara   berasal dari  bahasa jawa kuno dalam kitab Negarakertagama   untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dianut Majapahit  yang kawasannya mencakup sebagian besar Asia Tenggara, terutama pada wilayah kepulauan. Secara Morfologi Nusantara merupakan kata majemuk   berasal dari dua  kata yaitu ꦤꦸꦱ (nusa) yang artinya "pulau" dan ꦲꦤ꧀ꦠꦫ (antara)   yang artinya  "luar". Istilah "Nusantara" secara spesifik merujuk kepada Indonesia (kepulauan Indonesia).  

Penggunaan istilah ini pada zaman kuno dipakai untuk menggambarkan kesatuan geografi -antropologi  kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia (termasuk Semenanjung Kra). Namun pada penggunaan modern, istilah "Nusantara" hanya digunakan untuk merujuk wilayah kepulauan Indonesia secara khusus. Kerajaan Majapahit membagi Negara menjadi tiga bagian wilayah:

1.       Negara Agung merupakan daerah sekeliling ibu kota kerajaan tempat raja memerintah.

2.      Mancanegara adalah daerah-daerah di pulau Jawa dan sekitar yang budayanya masih mirip dengan Negara Agung, tetapi sudah berada di "daerah perbatasan". Dilihat dari sudut pandang ini, Madura, Bali, Lampung  dan Palembang adalah daerah "mancanegara"

3.             Nusantara, yang berarti "pulau lain" (di luar Jawa) adalah daerah di luar pengaruh budaya Jawa tetapi masih diklaim sebagai daerah taklukan: para penguasanya harus membayar upeti.

Penggunaan kata Nusantara pun terdapat dalam sumpah Gajah Mada yang berbunyi : Palapa Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun,  ring Seram,  Tanjungpura,  ring  Haru, ring Pahang, Dompu,  ring Bali, Sunda,  Palembang, Tumasik,  samana ingsun amukti palapa.

Terjemahannya adalah: "Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, "Jika telah mengalahkan pulau-pulau lain, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".

Pada tahun 1920-an Ki Hajar Dewantara, mengusulkan penggunaan kembali istilah "Nusantara" untuk menyebut wilayah Hindia Belanda. Nama ini dipakai sebagai salah satu alternatif karena tidak memiliki unsur bahasa asing. Dan juga, alasan lain dikemukakan karena Belanda sebagai penjajah, lebih suka menggunakan istilah Indie (terj. "Hindia"), yang menimbulkan banyak kerancuan dengan literatur berbahasa lain yang dapat menunjukan identitas bangsa lain, yakni India. Istilah ini juga memiliki beberapa alternatif lainnya, seperti "Indonesië" (Indonesia) dan "Insulinde" (berarti "Kepulauan Hindia"). Istilah yang terakhir ini diperkenalkan oleh Eduard Douwes Dekker.

Ketika akhirnya "Indonesia" ditetapkan sebagai nama kebangsaan bagi negara independen pelanjut Hindia Belanda pada Kongres Pemuda II (1928), istilah Nusantara tidak serta-merta surut penggunaannya. Istilah ini kemudian tetap lestari dipakai sebagai sinonim bagi "Indonesia", dan dipakai dalam berbagai hal yang utamanya berkaitan dengan kebangsaan,

Kesimpulan tentang wilayah ”nusantara” di atas juga berlaku untuk seluruh kerajaan/kesultanan yang pernah ada atau masih eksis hingga saat ini di seluruh dunia. Kerajaan/kesultanan di seluruh dunia tersebut dikatakan sebagai kerajaan nusantara. Hal ini berpijak pada batas geografis di mana seluruh daratan (pulau) yang dipisahkan oleh laut termasuk dalam pengertian nusantara, sehingga kerajaan nusantara mempunyai arti yang sama dengan kerajaan dunia.

Penamaan Ibukota dengan istilah Nusantara, semoga menjadi angin segar bagi rakyat Indonesia dengan tekad pemimpin bangsa memperbaiki kehidupan rakyat semesta bukan pejabat negara saja. Libas semua korupsi dan nepotisme. Laksanakan amanat rakyat sesuai janji saat belum menjabat. Perbaiki ekonomi rakyat, sejahterakan rakyat, dan makmurkan kembali Nusantara ini seperti Nusantara yang tergambar dalam kisah perjuangan di masa lampau. Seperti Nusantara yang dinyanyikan dalam lagu-lagu kenangan di masa lalu, Nusantara yang  makmur, indah dan kaya raya sehingga rakyatlah yang merdeka, makmur, sentosa, bukan pejabat semata yang bisa tertawa bahagia.




6 komentar:

  1. Panjang lebar pembahasan ttg Nusantara. Tulisan yg menambah wawasan bagi pembaca. Semoga harapan di akhir tulisan ini menjadi nyata.

    BalasHapus
  2. Berlimpah-limpah kekayaan Nusantara
    Tiada dua di mana jua
    Nusantara, oh, Nusantara

    Itulah sepanggal lirik lagu Nusantara, terus berkarya bu LILIS.. TERIMA KASIH, moga berkah ilmunya

    BalasHapus

fiorentia viviane lesmana