Pengikut

Rabu, 15 Desember 2021

Cara Agar Mudah Ridho

 




Ada Cinta Yang Tiada


Hari ini, ada kiriman photo dari adikku yang sedang membersihkan haribaan anakku yang telah tiada. Lama tak kutengok. Namun, doa dan kerinduan selalu ada di hati seorang ibu. 

Anakku, buah hatiku.  Dulu, ibumu pernah terlena karena memilikimu. Padahal sebenarnya, bukan memiliki, akan tetapi mendapat titipan. Andai titipan itu, diambil kembali oleh sang pemiliknya, sudah sepatutnyalah diserahkan dengan ikhlas. Namun, saat seorang wanita  dipercaya  mengandung, melahirkan dan mengasuh seorang anak, sebagian besar lupa jika itu bukan miliknya. kegembiraan dan kecintaan telah membutakannya. 

Ibumu, sangat mencintaimu, hingga lupa. Jika  selain ibumu, ada yang lebih mencintai dan menyayangimu, yaitu pemilikmu. Cinta telah membuat ibumu menjadi candu, hingga berubah menjadi racun dalam hidupnya.

Sejak kehamilanmu, terlalu banyak keistimewaan yang Allah berikan pada ibumu. Kehamilan tanpa kesulitan, kehamilan tanpa rasa manja, kehamilan yang penuh keberkahan dan rejeki, kehamilan yang dibawa puasa full di bulan romadhon, kehamilan yang ditemani ayahmu setiap saat. tidak seperti kakak dan abangmu yang sering ditinggal tugas. Hingga satu minggu sebelum engkau lahir ke dunia ini, masih teringat dibenak ibumu. Jika saat itu, Ayahmu dan Ibu berada di Kesatriaan Batalyon 303, kami  melaksanakan pertandingan antar kompi. Banyak kemenangan yang kami raih. 

Anakku, saat itu ibumu, begitu sibuk mengurus anggota persit berjualan hingga larut malam, karena banyak tentara muda yang baru masuk kesatriaan, belum lagi pertandingan-pertandingan yang menguras tenaga, walaupun hanya memberikan support kepada ibu-ibu persit kompi chetah, namun cukup melelahkan. Dengan perut yang besar, duduk dipinggir lapangan, melihat ibu-ibu bertanding kasti, Bola Volly, Senam bahkan melatih ibu-ibu paduan suara, semuanya tidak sia-sia. Juara Umum di tangan, pekik kegirangan meluluhkan kelelahan. 

Malam setelah pengumuman kejuaraan, kamu meronta-ronta anakku, ingin keluar dari perut ibumu, ingin ikut menyambut kemenangan ini. Kamu tidak rewel, dipembukaan ke-5 pukul 02.00 Wib dinihari,  ibumu masih menyempatkan diri, tuk bersujud memohon kekuatan dan umur panjang untuk kita. Alhamdulillah semua berjalan lancar. seusai sholat subuh, kamu hadir kedunia ini, tepat tanggal 18 Maret 2007. 

Semua berjalan normal, seperti biasa. Namun dihari ke-15, kamu mulai kurang sehat. Entah kenapa, ranjang bayi tempatmu tidurpun ikut hangus terbakar oleh panasnya bolham 400 watt yang dipasang dekat tempat tidurmu. Hari ke-19, malam itu mati lampu. Kamu diam tertidur. Ibumu tak mengerti, jika sebenarnya, kamu kedinginan. Ruangan yang biasa dipasang lampu 400 watt, menjadi anyep, dingin dan sepi. Aku tertidur nyenyak di sampingmu. Hingga pagi menjelang, saat kubuka selimutmu, kupegang, badanmu lemas, biru, aku berteriak, minta tolong, kenapa dengan anakku. Masih kuingat saat itu, ada Mak Paraji, Mak Yayah namanya. Beliau kaget dan mengajakku segera ke Rumah Sakit. 

Dalam perjalanan, termos air yang kami bawa, pecah. Anakku, kebiruan. sepanjang jalan, tak lepas mulutku berdoa, memohon kebaikan dan kesembuhan anakku. Aku teringat, sebelumnya, aku pernah membawa anak Ibu Rustandi Kompi Banteng, kondisinya seperti ini, dan meninggal di pangkuanku. Apa mungkin, aku akan mengalami hal yang sama?

Suara sirine terus berbunyi, hingga kami sampai Rumahsakit dan anakku mendapatkan perawatan. Namun sayang, saat masuk ke ruangan, anakku kembali menggeliat biru. Aku berteriak sekeras-kerasnya, minta tolong, mengapa anakku seperti ini. Luka setelah melahirkan tak aku pedulikan. Aku berlari membawa anakku kembali ke UGD dan minta tolong. Hanya perawat  yang ada, karena dokter jaga  sedang menjemput anaknya sekolah. Ini hari Sabtu, takada dokter spesialis anak atau yang lainnya. Saat itu aku sempat benci, mengapa dokter tersebut tidak bertanggungjawab. Di saat Rumahsakit, hanya ditunggu oleh satu dokter jaga, dia lebih mementingkan anaknya.

Anakku,...pergi tanpa pamit......pemiliknya menjemput karena lebih sayang dan seakan tak mempercayaiku untuk mengurusnya.

Hari-hari aku lewati dengan penuh kepedihan,.....hatiku murka. 

Aku merasa Tuhan tidak sayang padaku,...

Aku merasa, Tuhan tidak mempercayaiku....

Aku terpuruk.....sakit....jiwa dan ragaku..

Hampir sebulan suaraku hilang, hanya batuk yang keluar dan sulit di redam.

Aku didiagnosis kanker leukimia.....

Pedih, rasanya pedih sekali...

Takada kekuatan dalam diriku, untuk memandang bayi-bayi lucu.

Hampir tiga bulan, aku konsumsi obat leukimia, sehari 33 butir diminum 11 butir untuk pagi, siang dan malam.

Tapi itu tidak menyelesaikan masalahku. Aku seperti orang yang tidak waras, kadang berteriak, kadang menangis, kadang marah...

Aku gila....gila cinta.....

aku gila..gila keserakahan

Siapa diriku?....hanya makhluk Tuhan, yang suatu hari diambil juga oleh pemiliknya.

Banyak nasihat masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

 Hingga satu ketika, seorang anggota suami yang aktif di DKM, dan sering bersamaku dulu, menyusun acara kegiatan di mesjid. Om Multi namanya. Dia nasehatin diriku, secara perlahan. Dia sadarkan aku, jika aku selama ini tak pernah sakit begitu parah. ini bukan sakit penyakit, tapi sakit jiwa karena tidak memiliki keikhlasan dan kesadaran diri, akan adanya kuasa Tuhan terhadap makhluknya. Aku diam...diam seribu bahasa.

Malamnya aku termenung, memikirkan apa yang Om Multi katakan. Aku niatkan dalam hati, untuk tahajud, puasa dan aku lebih sering di mesjid menyapu, mengepel dan menyuci karpet di mesjid. Aku tidak mau dibantu. Aku berharap dengan mendekatkan diriku pada sang kuasa, aku bisa sadar, jika semuanya milik Tuhan yang kapan saja bisa diambilnya.

Waktu berjalan terus. Bulan ketiga pemeriksaan masih menunjukkan jika aku masih positif kanker darah (leukimia). Aku diberhentikan dari jabatan kepengurusan persit, dengan alasan takut menularkan penyakit ke yang lain. Ini sangat menyakitkan, tapi jadi cambuk bagiku untuk membuktikan  jika aku bukan orang yang berpenyakit menular.

Aku buang semua obat-obat. Mulutku lebih banyak kugunakan untuk berdzikir daripada meratapi diri. Aku harus sembuh. Apalagi ibu mertuaku selalu memberi semangat padaku, untuk bisa sembuh. Karena perjuanganku dengan suami hingga detik ini penuh dengan keprihatinan, ibu mertuaku ingin aku bisa merasakan manisnya perjuangan dan kebahagiaan. 

Dokter selalu bilang agar aku terpisah dari keluargaku, termasuk alat makan, mandi dll harus terpisah. Namun suamiku takpernah pedulikan itu. Dia tetap makan bersamaku, dan kami tidur berlima dengan ibu mertuaku. Takada yang takut tertular penyakit, kecuali orang-orang di luar sana yang mengucilkanku. bulan ketiga aku sudah tidak pernah chek up lagi. Aku yakin dan percaya jika aku sehat. Waktu berjalan terus, seiring luluhnya hati dan tumbuhnya keikhlasan diri. Aku sembuh, tanpa obat lagi. Alhamdulillah masih diberi kesempatan menghirup udara segar di bumi ini dan bisa bergabung dengan grup-grup tausiyah dan pengajian online melalui WA, hingga kutemukan sebuah judul "Cara Agar Mudah Ridho " tausiyah yang disampaikan oleh Ust. Hanan Attaki, Lc.


 Cara Agar Mudah Ridho

 Tausiyah Ust. Hanan Attaki, Lc.


Orang yang paling beruntung di akhir hayatnya adalah orang yang ridho

Orang yang selalu menerima ketentuan Allah selama hidupnya

Kalau kita ridha dengan semua ketentuan Allah, 

hati kita itu akan merasa tenang dan bahagia


Bagaimana caranya biar kita bisa ridho?

Caranya adalah berbaik sangka kepada Allah subhanahu wa ta'ala 

Jadi kalau ada satu ketentuan Allah yang menurut kita tidak seperti yang kita inginkan, 

tapi terjadi dalam hidup kita, dan kita pengen ridho, 

katakan saja, "la'allahu khair" 

katakan saja mudah-mudahan ada kebaikan di sini,

yang tidak ada di tempat yang lain


Kok saya dikasih pasangan kayak gini yah..?

Bilang saja la'allahu khair

Mudah-mudahan ada kebaikan pada pasangan saya

kebaikan yang tidak ada di tempat lain

Sehingga apapun yang kita alamin, 

perintah apapun yang kita dengar dari Allah 

kita menerimanya dengan sami'na wa atho'na 

saya mendengar dan saya taat ya Allah

Kenapa?? 

Karena saya tahu engkau tidak memerintahkan sesuatu 

kecuali ada kebaikan di dalamnya...

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," (QS Al-Baqarah: 216)

Inlah sekelumit kisahku, semoga bisa menjadi pembelajaran para pembaca, bahwa saat hati dan jiwa kita sakit, suudzhon terhadap sang pencipta, maka semua penyakit dalam tubuhpun ikut keluar. Dan saat kita sehat jiwa dan raganya, kitapun selalu berusaha mendekatkan diri pada Illahi robby, insyaallah seberat apapun pekerjaan kita, pasti akan terselesaikan. Man Jada Wa Jada....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fiorentia viviane lesmana