Pengikut

Minggu, 12 Desember 2021

Jangan Lalaikan Panggilan Illahi

Assalamualaikum Wr.wb. Selamat Pagi.

Besok siang pukul 12.20 Wib  aku harus berangkat ke Makasar. Namun, karena kotaku jauh dari bandara, maka aku harus berangkat dari kota Garut tercintaku pukul 03.00 Wib. Padahal sebentar lagi subuh, tapi aku cukup dilema jika berangkat setelah subuh takut ketinggalan pesawat. Makanya aku berangkat sebelum subuh dan melaksanakan sholat subuh di bus. Namun, ketika di bus kita melaksanakan sholat, rasanya kurang afdhal. Tapi aku melaksanakan juga. ada ketakutan, wudhuku sebelum berangkat  sudah batal, sholatku tidak jelas bahkan khusupun agak sulit dilakukan. 

Perjalanan di hari Senin, cukup melelahkan. karena banyak para pekerja yang pulang kampung saat week end, malam ini berangkat kembali ke kota tujuan mereka bekerja. Sehingga, bus penuh, jalanan juga padat dan macet. 

Perjalananku menuju  ke Bandara Soekarno Hatta memakan waktu sekitar 8 jam jika lancar. Kini sudah pukul 9.30 Wib dan aku baru sampai Pasar Rebo. Ada gemuruh di hati,  ketakutan  ketinggalan pesawat, akan tetapi aku berusaha untuk sabar, Kucari taksi tapi tak ada yang menepi. akhirnya aku putuskan  naik damri jurusan Bandara soekarno Hatta. 

Dengan tergopoh-gopoh aku angkat tas dan kutarik koperku. Kutengok jalanan berulangkali, sambil berdoa dalam hati, semoga lancar dan selamat sampai tujuan. Duuh... ternyata jalanan arah bandarapun macet. Wajahku pucat pasi dan jantungku berdegup kencang. Bagaimana jika aku terlambat pesawat? Padahal aku bawa uang cuma Rp 3jt, itupun untuk bekalku di sana karena aku membawa anak bungsuku kemana-mana. Terbayang kan, jika 2 tiket angus?  hampir Rp 3 jt juga uangku melayang, dan jika uang buat bekal harus dibelikan tiket yang baru. Bagaimana buat bekalku nanti?

Dalam hati aku terus berdoa, berharap adanya keajaiban. Tiba-tiba, kondektur mendekatiku dan bertanya, "Ibu naik pesawat pukul berapa, jalanan macet takut tidak cukup waktu sampai di sana?,"tanyanya. 

Kubuka tiket pesawatku dan kulihat jika pukul 12.20 Wib, pesawat berangkat. Kondektur dan sopir menyarankan agar aku naik ojek saja, daripada menunggu macet jalanan dan tiket pesawat angus. Wajahku semakin pucat, dalam hati aku bingung, bagaimana aku membawa barang-barang sebanyak ini naik ojek, belum lagi anakku.

Tanpa berpikir panjang lagi aku menganggukkan kepalaku, dan sopir menepikan busnya dekat pangkalan ojek. 

Aku langsung bilang ke tukang ojek, jika aku diburu waktu harus cepat ke bandara. Satu orang ojek menyanggupinya dengan ongkos Rp 250 rb. Aku bingung dan tercengang mendengar tawaran ojek tadi. aku tawar, hingga akhirnya dia mau dengan harga Rp 150 rb, tapi aku mengajukan syarat agar dibawakan tas dan koperku sampai ke dalam. Karena takada pilihan lagi, daripada aku harus rugi Rp 3jtan, mendingan aku keluar uang Rp 150 rb untuk abang ojeknya. 

Perjalanan dengan ojek cukup cepat, karena bisa menerobos ke pinggiran kemacetan. Dengan waktu kurang lebih 20 menit, kami sampai ke Bandara Soekarno Hatta. Untungnya anakku tidak rewel, di usia yang masih balita, dia mengikutiku jalan tanpa lelah. Sepertinya dia tahu jika aku saat ini sedang tergesa-gesa dan gundah. Makanya dia tidak berani bermanja-manja. Sesuai perjanjian, uang aku berikan saat barang sudah diantarkan sampai ke troli di dalam bandara. Sesampai di dalam waktu sudah menunjukkan sekitar  pukul 12.00 Wib, karena tanpa kulihat jam di handphonekupun aku tahu, sebab alarm  adzan berkumandang.   Sesampainya di dalam,  barang langsung aku naikkan ke troli  dan kubayar tukang ojek tadi. Tanpa pikir panjang ketika sampai  depan tempat registrasi tiket,  aku langsung serahkan tiketku. pramugari bilang sudah tidak bisa. Aku rayu dia, dan mohon ada pertimbangan, toh pesawat belum tinggal landas, masih ada waktu 20 menit lagi. Namun,  semua penumpang sudah masuk pesawat, tinggal aku dan anakku. Aku berdoa semoga masih bisa ikut terbang  pesawat itu. Tak lama kemudian Pramugari mengumumkan jika pesawat jurusan Jakarta-Makasar delay 1 jam. Tanpa sadar, kuteriak alhamdulillah dan segera kuturunkan tas dan koper di troli itu. 

Namun, kejutan datang lagi, petugas troli meminta bayaran Rp 100 rb, dengan alasan barangnya banyak dan aku minta buru-buru, emosiku memuncak. Aku seperti dimanfaatkan dalam kondisiku yang sedang serba terburu-buru. Kubayar Rp 50 rb, sambil terus menggerutu. Petugas troli pergi dengan kesal, karena harapannya mendapatkan Rp 100 rb, hilang. Ta dan koper langsung aku serahkan ke bagian barang.

Aku setengah berlari menuju pintu pesawat jurusan Makasar, gadis kecilkupun ikut berlari. Beratnya tas gendong tak aku hiraukan. Kebahagiaanku telah melupakan segala kesulitan dan panggilan alarm handphoneku.  Sesampai pesawat, aku segera duduk dan mengunci seat belt ku dan anakku. Aku tak tahu seperti apa wajahku saat itu, yang kurasa wajahku panas, badanku panas dan lemas sekali. Aku ambil air mineral di tasku dan ku minum, kemudian aku beri minum anakku juga. Perutku mulai berbunyi, karena tadi tidak sempat sarapan dan makan siang. Namun, aku selalu bekal nasi di kotak nasi untuk anakku. kusuapin dia, dan dia makan dengan lahap sekali. Mungkin karena lapar, akupun sampai tertawa melihatnya. kelelahankupun hilang seketika, karena kelucuan gadis kecilku. Tak lama kemudian pramugari membawakan kami makanan dan minuman. Setelah kusuapin anakku, bergegas aku makan agar bertenaga kembali. setelah selesai makan, aku baru tersadar jika aku belum sholat dhuhur.

Duuh Gusti, ...maafkan hambamu ini. Hamba lebih takut tertinggal pesawat di bandingkan tertinggal panggilanmu. Aku menyesal sekali. Dalam hati aku bergumam, semoga sesampainya ke Makasar aku bisa langsung sholat dhuhur di jamak  sekalian ashar.

Pukul 13.20 pesawat lepas landas. tak lupa kubacakan doa  "Bismillahi majreha  wa mursaha, inna rabbi laghafufur rahim" yang artinya dengan menyebut  nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya, sesungguhnya Tuhanku benar-benar maha pengampun dan maha penyayang (Q.s Nuh:41).

Tak lama setelah pesawat tinggal landas, anakku tertidur. Mungkin karena kelelahan dan kekenyangan.  Begitupun aku, matakupun mulai sepet, mulutku mulai menguap berulang kali, dan akupun tertidur.

Aku terbangun saat alarm handphoneku berbunyi. Ternyata ashar telah tiba.  Kulihat keluar jendela, hanya hamparan lautan yang biru dan hutan yang hijau terhampar kecil-kecil. Duuh, aku belum sholat. Pesawat diperkirakan pukul 16.00 Wita sampai Makasar, perjalananku dari Bandara Sultan Hasanuddin ke Mess Kodam XIV Hasanuddin sekitar satu jam. Ya Allah, bagaimana aku melaksanakan sholatku.

Akhirnya aku sampai juga di Bandara Hasanuddin, aku segera menuju ke pengambilan barang, setelah itu menuju ke pintu luar. Rupanya suamiku telah menunggu di sana. Dengan terburu-buru aku ajak suamiku segera ke mobil. Dan kamipun menuju ke mess Kodam XIV Hasanuddin.  Benar saja, sesampai di rumah, waktu telah menunjukan pukul 16.45 Wita. Aku langsung ke kamar mandi kemudian mandi dan ganti baju setelah itu sholat dhuhur dan ashar. 

Ada rasa bersalah  kepada Allah Swt berkecamuk dalam dadaku. Karena, setelah Allah berikan beribu kenikmatan, dan Allah juga kabulkan doa-doaku, aku masih melalaikannya. Dimana bukti cintaku padamu Ya Allah, di saat engkau begitu sayang pada hambamu, ternyata hambamu masih melalaikanmu jua.

Setelah sholat, kami langsung makan sambil bercerita. Terutama anakku yang terlihat sangat antusias untuk menceritakan kisahnya selama perjalanan tadi. Suamiku sedikit marah, karena aku berangkat terlalu mepet waktu, padahal sudah tahu jika hari senin kemana-mana pasti macet.

Kubuka handphoneku yang sedari tadi tak aku hiraukan. Banyak pesan masuk diantaranya pesan di grup semangat subuh.  Kubuka dan kubaca perlahan.....

Jangan Lalaikan Panggilan Illahi  

kiriman Bapak Agus Eko

Beberapa bulan yang lalu saat saya sedang berada di tempat kerja, tiba-tiba datang seorang tamu yang kebetulan mencari salah satu staf di tempat saya kerja. Sebagai tuan rumah yang baik tentunya saya mempersilahkan tamu tersebut untuk masuk ruangan saya sembari menunggu kawan yang dicarinya.
Selang beberapa saat teman yang dicari tamu tersebut datang dan kemudian mereka berjabat tangan. Sembari mengerjakan tugas kantor yang menumpuk saya menangkap arah pembicaraan mereka. Ternyata mereka adalah Guru dan Murid. Si murid begitu antusias untuk berbagi pengalaman dengan gurunya yang sekarang ada di depannya. Sebut saja si guru adalah pak Amir dan si murid adalah si Anwar. Selang beberapa saat berbicara si anwar memohon ijin untuk melakukan sholat dhuzur. Kebetulan saat itu memang sudah masuk waktu sholat dhuzur.
Usai sholat, kemudian si Anwar masuk kembali ke ruangan Pak Amir. Pak Amir kemudian bertanya mengenai pekerjaan yang dilakukan si Anwar. Anwar menjawab “Alhamdulillah Pak, hasil usaha saya cukuplah untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak saya”. Iseng saja saya bertanya, “memang apa mas kerjanya?”. Dia menjawab “hanya usaha warnet”. Pertanyaan kemudian saya lanjutkan, “memang ga rugi mas usaha warnet di saat seperti ini?”. Dia menjawab “Alhamdulillah, rejeki sudah ada yang atur kok”. Dia menyebutkan bahwa omset warnetnya perhari tidak pernah kurang dari 100 ribu.
Jawaban yang sedikit aneh di benak saya. Bagaimana mungkin di saat banyak usaha warnet yang ada dia bisa sampai dapat omzet sampe 100 ribu?. Obrolan berhenti disini.
Saat saya memandang wajahnya, tampak bekas sebuah luka di keningnya. Kemudian saya coba bertanya mengenai luka yang ada di keningnya. Dia menjawab akibat kecelakaan yang dialaminya. Ceritanya begini.
Siang itu dia dari Surabaya hendak ke Malang karena ada suatu urusan. Sampai di daerah pandaan – Pasuruan, dia mendengar suara adzan dzuhur sudah berkumandang. Sempat dia mengucapkan kalimat “sebentar ah, nanggung, nanti sekalian sholat dzuhur di Malang. Mumpung jalanan sepi dan tidak macet”. Selang beberap menit kemudian dia mengalami kecelakaan. Mobil yang dikendarainya menabrak sepeda motor yang tiba-tiba berhenti di depannya. Akhir cerita akhirnya dia berurusan dengan pihak berwenang apalagi si korban meninggal dunia. Sempat dia mendekam di tahanan gara-gara kasus kecelakaan tadi.
Akhir cerita, untuk menyelesaikan permasalahan kecelakaan tadi dia menghabiskan dana tidak kurang dari 90 juta. Selain untuk menyantuni keluarga si korban kecelakaan, uang tersebut juga digunakan untuk menebus kendaraan yang ditahan sebagai barang bukti. Coba anda bayangkan seberapa banyak uang tersebut. Namun si anwar sangat bersyukur karena dia hanya kehilangan 90 juta.
Mendengar penuturannya saya hanya bisa menghela nafas panjang. Kemudian anwar melanjutkan ceritanya. Ternyata dia melakukan satu kesalahan fatal dan pada akhirnya dia mengalami kecelakaan tersebut. Gara-gara dia menunda waktu sholat dzuhur di perjalanan. Lalu saya bertanya, memang salah ya menunda waktu sholat apalagi sedang dalam perjalanan?
Anwar menjawab “Mas... jika anda memanggil anak anda satu kali kemudian anak anda datang, apakah anda senang atau marah?”. Saya menjawab “senang”. Lalu dia bertanya kembali “kalo anda memanggil anak anda tetapi si anak bilang, sebentar yah, masing sibuk neh, bagaimana perasaan anda?”. Saya jawab lagi “ya kesel mas, masak anak dipanggil bapaknya malah ngasih tempo waktu”.
Kemudian si Anwar kembali bertanya kepada saya “Jika Allah SWT yang memanggil anda, untuk segera menunaikan sholat, melalui kumandang suara adzan dan anda tidak segera datang, kira-kira Allah SWT bagaimana ya mas?”
Saya tidak sanggup menjawab pertanyaan tersebut, karena faktanya selama saya bekerja, meskipun terdengar suara adzan, saya selalu tidak sholat tepat waktu”. Lalu saya bertanya kepada anda para pembaca “Jika Allah SWT yang memanggil anda, untuk segera menunaikan sholat, melalui kumandang suara adzan dan anda tidak segera datang, kira-kira Allah SWT bagaimana ya?” 

Ya, Allah..postingannya makcleb banget...aku terasa ditampar disiang bolong...semoga ini menjadi cambuk bagiku ke depannya agar bisa selalu melaksanakan sholat tepat waktu. aamiin 

2 komentar:

fiorentia viviane lesmana