PERJUANGAN MENGGAPAI PENGAKUAN
Kunjungan ke Situs
Ciburuy, pembelajaran Bahasa Indonesia
Ini adalah sekelumit
kisah yang kualami di MAS Miftahul Anwar Bayongbong Garut berkaitan
dengan Peran Guru dalam Merdeka Belajar. Sekolah MAS
Miftahul Anwar adalah sekolah yang terletak di pinggiran Garut tepatnya di Desa
Lebak Lengsir Jl Raya Cigedug Km 1 Bayongbong Garut.
Dengan bermodalkan
kenekadan dan keprihatinan terhadap pendidikan masyarakat Bayongbong, khususnya
masyarakat Lebak lengsir, didirikanlah sekolah dan pesantren di bawah naungan
Yayasan Miftahul Anwar. Yayasan ini pertama didirikan oleh Bapak H. Burhanuddin
kemudian dilanjutkan oleh Bapak Aan dan sekarang pemegang tonggak utamanya
dipegang oleh Bapak H. Tantan Khoerul Anwar.
Sebagai seorang
pimpinan, Bapak Tantan Khoerul Anwar adalah sosok yang sederhana, murah senyum
dan segala sesuatunya selalu dipikirkan dengan matang. Berdasarkan rasa
keprihatinannya pada sekolah di bawah Yayasan Miftahul Anwar ini, yang
kurang mendapat perhatian dan pengakuan dari pemangku kekuasaan, MAS
Miftahul Anwar lebih menonjolkan kemampuan peserta didiknya dibidang Hafidz
Quran. Nilai jual ini yang membuat MAS Miftahul Anwar sedikit demi sedikit
mulai dikenal masyarakat luas. Sehingga semakin tahun, semakin banyak siswa
yang mau bersekolah di Yayasan Miftahul Anwar. Namun, dengan banyaknya siswa,
muncullah masalah baru, MAS Miftahul Anwar, kekurangan ruang. Dengan jumlah
siswa yang hampir 300 orang, kami hanya memiliki 6 ruang saja. padahal
semuanya ada 9 rombel. MAS Miftahul Anwar tidak memiliki ruang perpustakaan,
ruang osis, laboratorium, ruang kesehatan, kamar mandi siswa dan guru, lab
komputer, koperasi, pokoknya semuanya terbatas. MAS Miftahul Anwar belum
pernah dapat dana rehab dari pemerintah, padahal kami kekurangan ruang.
Sementara para pemangku jabatan berlomba mendirikan yayasan dengan tujuan agar
dana rehab bisa mereka dapatkan. Inilah kenyataan Indonesia. Siapa yang
berkuasa, dia yang lebih kenyang dan lebih banyak fasilitas. Padahal belum
tentu juga kucuran dana rehab pada mereka itu akan barokah hasilnya. Karena hak
semua orang mereka gunakan sendiri. Miris rasanya jika mengingat dan melihat
keserakahan semacam itu. Namun takada yang bisa aku lakukan. Kalaupun aku ngobrol
dengan Pak H. Tantan, Beliau hanya senyum, ada kesedihan yang tergambar
dibibirnya. Karena tidak bisa berbuat banyak. Ujung-ujungnya beliau katakan
bahwa, mari kita buktikan dengan prestasi anak didik kita.
Beliau benar-benar
menerapkan ajaran Ki Hajar Dewantoro yaitu yang memiliki 3 dasar
yaitu Triloka pendidikan yang berbunyi .
Ing ngarso suntulodo,
Ing Madya MangunKarso, Tut wuri handayani,
Artinya jika kita posisi
di depan, maka harus mejadi contoh kepada anak buah . Sebagai Public
figure Berarti kita harus jadi baik, harus jadi teladan.
Apapun kelebihan yang kita miliki saat bersama dengan teman-teman,
kita harus menjadi Ing ngarso, sungtulodo. Artinya jika kita
dilihat dan dicontoh orang harus menjadi teladan yang baik.
Dan jika kita sedang
berada di tengah teman-teman maka kita harus Mangun karso, harus banyak
kreatifitas. Bikin inisiatif-inisiatif, lahirkan hal-hal yang baru yang
produktif. itu namanya Ing Madyo MangunKarso.
Dan yang terakhir jika
kita berada di belakang peserta didik berarti kita harus Tut Wuri
handayani, yang artinya para pendidik khususnya, harus
mengikuti anak didiknya menuntunnya, menguatkannya, memberdayakannya dan
mendukungnya menjadi manusia yang mandiri.
Praktik seni budaya,
membatik
Melukis
Menyalurkan bakat musik
Praktik ngajar
Jadi sebagai seorang
pendidik jangan sampai mendiktenya, memarahinya dan
menjadikannya seperti
kita. Melainkan kita hanya membimbingnya saja. Sebagai contoh, sebagai manusia
sudah takdirnya bisa berjalan, kita hanya mengajarinya, setelah itu biarlah
mereka berusaha untuk bisa berdiri, berjalan dan berlari.
Berkaitan dengan merdeka
belajar, MAS Miftahul Anwar, mulai membuat kelas-kelas sesuai dengan hoby
masing-masing. Ada kelas IPA, Biologi, Matematika, Geografi, Sastra.
Masing-masing siswa mendalami ilmu itu sesuai dengan bakat dan minatnya.Guru
membimbing siswa secara intensif dan hasilnya alhamdulillah.
MAS Miftahul Anwar mulai
menunjukkan taringnya, mulai menjadi juara tingkat kabupaten untuk Geografi,
juara sains hingga tingkat provinsi, hafal Al-Quran hingga 5 juz, 10 juz, 15
juz, 20 juz, bahkan hafal 1 Al Quranpun ada.
Alumni MAS Miftahul Anwarpun bisa masuk perguruan negeri dan mendapatkan
beasiswa. Dan Tahun ini
ada 3 orang yang masuk ITB, akan tetapi peserta didik MAS Miftahul Anwar
merasa kebingunan, bagaimana mengantisipasi untuk kehidupan sehari-sehari jika
beasiswa tidak langsung cair.
Dan ujung-ujungnya,
siswa MA Miftahul Anwar mendapatkan bantuan dari DEPAG pusat berupa laptop dan
uang pendidikan masing-masing 12.5 jt rupiah.
Tugas guru sebagai
penuntun telah dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru MAS Miftahul
Anwar, semuanya demi kemajuan generasi penerus. Walaupun dengan honor yang
mungkin hanya cukup sekali makan para pemangku kuasa, akan tetapi bagi kami
semua yang di bawah uang sebanyak itu bisalebih barokah. Semoga dimasa yang
akan datang ada perbaikan dan pengakuan yang lebih dibandingkan dengan sekolah
negeri.
Peserta lomba olympiade
Biologi
Peserta lomba olympiade
campuran
Karena
tantangan pendidikan saat ini sangat kuat dan hebat. Di satu
sisi kita sudah berusaha menerapkan aturan pemerintah sesuai dengan Tupoksi.
Namun di sisi lain dengan kondisi saat ini, Kita harus benar-benar ekstra
hati-hati ke anak-anak.
Saya adalah guru di
salah satu sekolah swasta di sana kami tetap melaksanakan pembelajaran tatap
muka, walaupun ada kekhawatiran, namun apa daya. Kemampuan dan kesadaran
masyarakat masih kurang. sehingga jika siswa pembelajaran dengan cara daring,
maka tidak semua anak bisa mengikutinya. Selain itu, dengan adanya gawai,
anak-anak sangat rentan dengan situs-situs porno. Hari itu sempat mendapat
bantuan kuota, akan tetapi hanya bisa digunakan untuk permainan saja.
Sepertinya pemerintah
memberikannya dengan memaksa gerai-gerai memberikan ke sekolah-sekolah. Dan
gerai-gerai, berprinsip yang penting sudah memberi, walau bukan kuota belajar,
gak mengapa.
Dari sini saja
peran pemerintah sudah tidak sinkron sementara kemampuan dan keterbatasan
masyarakat untuk kuota sangat kecil.
Selayang Pandang
Lilis Ernawati, Lahir di Kuningan 3 Desember 1976. Pendidikan TK, SD,SMP dan SMEA di kota Kuningan.Kuliah S1 di STKIP Garut jurusan PBSI lulus 2010 dan 2018 melanjutkan kembali S2 di IPI Garut, lulus 2020 jurusan PBSI. Pertama kali mengajar di MTs Daarut Taqwa Cigedug Garut, lalu pindah ke MA Miftahul Anwar dan dosen di STAIDA Garut. Domisili di Garut dan sedang menggeluti hobi menulis dengan bergabung di grup menulis KPPJB Jabar, PGRI AISEI dan AGBSI. Buku sudah 10 buku antologi dihasilkan dan 2 buku solo dalam proses.
Lomba
yang pernah diikuti adalah Juara dua ngeblog cerpen
“Rumahku Istanaku” dan Juara 1 ngeblog bersama AISEI cerpen “Kasih Sayang Guru
Terhadap Anaknya”, juara Harapan di TBM
Kinanthi cerpen “Panggil Dia Ibu” serta juara harapan di lomba menulis
blog “Penamrbams.” Dan sekarang aktif
menjadi moderator di kelas online yang diadakan oleh PGRI di bawah
naungan Bapak Wijayakusuma. Email. Ernawatililis433@gmail.com,
blog https://guruuningabersamabulieze.blogspot.com, http://lilisernawati083124.gurusiana.id/
WA.
089695353202.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar