Pengikut

Kamis, 09 Juni 2022

LOMBA NGEBLOG

PERJUANGAN MENGGAPAI PENGAKUAN









 

 

 

 

 



Kunjungan ke Situs Ciburuy, pembelajaran Bahasa Indonesia

Ini adalah sekelumit kisah yang kualami di MAS Miftahul Anwar Bayongbong Garut berkaitan dengan Peran Guru dalam Merdeka Belajar.  Sekolah MAS Miftahul Anwar adalah sekolah yang terletak di pinggiran Garut tepatnya di Desa Lebak Lengsir Jl Raya Cigedug Km 1 Bayongbong Garut.



Dengan bermodalkan kenekadan dan keprihatinan terhadap pendidikan masyarakat Bayongbong, khususnya masyarakat Lebak lengsir, didirikanlah sekolah dan pesantren di bawah naungan Yayasan Miftahul Anwar. Yayasan ini pertama didirikan oleh Bapak H. Burhanuddin kemudian dilanjutkan oleh Bapak Aan dan sekarang pemegang tonggak utamanya dipegang oleh Bapak H. Tantan Khoerul Anwar.

Sebagai seorang pimpinan, Bapak Tantan Khoerul Anwar adalah sosok yang sederhana, murah senyum dan segala sesuatunya selalu dipikirkan dengan matang. Berdasarkan rasa keprihatinannya pada  sekolah di bawah Yayasan Miftahul Anwar ini, yang kurang mendapat perhatian dan pengakuan dari  pemangku kekuasaan, MAS Miftahul Anwar lebih menonjolkan kemampuan peserta didiknya dibidang Hafidz Quran. Nilai jual ini yang membuat MAS Miftahul Anwar sedikit demi sedikit mulai dikenal masyarakat luas. Sehingga semakin tahun, semakin banyak siswa yang mau bersekolah di Yayasan Miftahul Anwar. Namun, dengan banyaknya siswa, muncullah masalah baru, MAS Miftahul Anwar, kekurangan ruang. Dengan jumlah siswa yang hampir 300 orang, kami hanya memiliki 6  ruang saja. padahal semuanya ada 9 rombel. MAS Miftahul Anwar tidak memiliki ruang perpustakaan, ruang osis, laboratorium, ruang kesehatan, kamar mandi siswa dan guru, lab komputer, koperasi, pokoknya semuanya terbatas. MAS Miftahul Anwar  belum pernah dapat dana rehab dari pemerintah, padahal kami kekurangan ruang. Sementara para pemangku jabatan berlomba mendirikan yayasan dengan tujuan agar dana rehab bisa mereka dapatkan. Inilah kenyataan Indonesia. Siapa yang berkuasa, dia yang lebih kenyang dan lebih banyak fasilitas. Padahal belum tentu juga kucuran dana rehab pada mereka itu akan barokah hasilnya. Karena hak semua orang mereka gunakan sendiri. Miris rasanya jika mengingat dan melihat keserakahan semacam itu. Namun takada yang bisa aku lakukan. Kalaupun aku ngobrol dengan Pak H. Tantan, Beliau hanya senyum, ada  kesedihan yang tergambar dibibirnya. Karena tidak bisa berbuat banyak. Ujung-ujungnya beliau katakan bahwa, mari kita buktikan dengan prestasi anak didik kita.

 


Beliau benar-benar menerapkan ajaran Ki Hajar Dewantoro yaitu   yang memiliki 3 dasar yaitu Triloka pendidikan yang berbunyi  . 

Ing ngarso suntulodo, Ing Madya MangunKarso, Tut wuri handayani, 


Artinya jika kita posisi di depan, maka harus mejadi contoh kepada anak buah .  Sebagai Public figure  Berarti kita  harus jadi baik, harus jadi teladan. Apapun kelebihan  yang kita  miliki saat bersama dengan teman-teman, kita harus menjadi  Ing ngarso,  sungtulodo. Artinya jika kita dilihat dan dicontoh orang harus menjadi teladan yang baik.

Dan jika kita sedang berada di tengah teman-teman maka kita harus Mangun karso, harus banyak kreatifitas. Bikin inisiatif-inisiatif, lahirkan hal-hal yang baru yang  produktif. itu namanya Ing Madyo MangunKarso.

Dan yang terakhir jika kita berada di belakang peserta didik berarti kita harus   Tut Wuri handayani, yang artinya   para pendidik khususnya, harus  mengikuti anak didiknya menuntunnya, menguatkannya, memberdayakannya dan mendukungnya menjadi manusia yang mandiri. 


 


Praktik seni budaya, membatik



Melukis


 


Menyalurkan bakat musik



Praktik ngajar

 

Jadi sebagai seorang pendidik jangan sampai mendiktenya, memarahinya dan

menjadikannya seperti kita. Melainkan kita hanya membimbingnya saja. Sebagai contoh, sebagai manusia sudah takdirnya bisa berjalan, kita hanya mengajarinya, setelah itu biarlah mereka berusaha untuk bisa berdiri, berjalan dan berlari.

Berkaitan dengan merdeka belajar, MAS Miftahul Anwar, mulai membuat kelas-kelas sesuai dengan hoby masing-masing. Ada kelas IPA, Biologi, Matematika, Geografi, Sastra. Masing-masing siswa mendalami ilmu itu sesuai dengan bakat dan minatnya.Guru membimbing siswa secara intensif dan hasilnya alhamdulillah. 

MAS Miftahul Anwar mulai menunjukkan taringnya, mulai menjadi juara tingkat kabupaten untuk Geografi, juara sains hingga tingkat provinsi, hafal Al-Quran hingga 5 juz, 10 juz, 15 juz, 20 juz, bahkan hafal 1 Al Quranpun ada. 


Alumni MAS Miftahul Anwarpun bisa masuk perguruan negeri dan mendapatkan 

 

 

beasiswa. Dan Tahun ini ada 3 orang yang masuk ITB, akan tetapi  peserta didik MAS Miftahul Anwar merasa kebingunan, bagaimana mengantisipasi untuk kehidupan sehari-sehari jika beasiswa tidak langsung cair.

Dan ujung-ujungnya, siswa MA Miftahul Anwar mendapatkan bantuan dari DEPAG pusat berupa laptop dan uang pendidikan masing-masing 12.5 jt rupiah. 

 


Tugas guru sebagai penuntun telah dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru MAS Miftahul Anwar, semuanya demi kemajuan generasi penerus. Walaupun dengan honor yang mungkin hanya cukup sekali makan para pemangku kuasa, akan tetapi bagi kami semua yang di bawah uang sebanyak itu bisalebih barokah. Semoga dimasa yang akan datang ada perbaikan dan pengakuan yang lebih dibandingkan dengan sekolah negeri. 

 



Peserta lomba olympiade Biologi



Peserta lomba olympiade campuran

 

Karena   tantangan pendidikan  saat ini  sangat kuat dan hebat. Di satu sisi kita sudah berusaha menerapkan aturan pemerintah sesuai dengan Tupoksi. Namun di sisi lain dengan kondisi saat ini, Kita harus benar-benar ekstra hati-hati  ke anak-anak.

Saya adalah guru di salah satu sekolah swasta di sana kami tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka, walaupun ada kekhawatiran, namun apa daya. Kemampuan  dan kesadaran masyarakat masih kurang. sehingga jika siswa pembelajaran dengan cara daring, maka tidak semua anak bisa mengikutinya. Selain itu, dengan adanya gawai, anak-anak sangat rentan dengan situs-situs porno. Hari itu sempat mendapat bantuan kuota, akan tetapi hanya bisa digunakan untuk permainan saja. 

Sepertinya pemerintah memberikannya dengan memaksa gerai-gerai memberikan ke sekolah-sekolah. Dan gerai-gerai, berprinsip yang penting sudah memberi, walau bukan kuota belajar, gak mengapa. 

 Dari sini saja peran pemerintah sudah tidak sinkron sementara kemampuan dan keterbatasan masyarakat untuk kuota sangat kecil.

 

 

Selayang Pandang

 

Lilis Ernawati,  Lahir di Kuningan 3 Desember 1976. Pendidikan TK, SD,SMP dan SMEA di kota Kuningan.Kuliah S1 di STKIP Garut jurusan PBSI lulus 2010 dan  2018 melanjutkan kembali S2 di IPI Garut, lulus 2020 jurusan PBSI. Pertama kali mengajar di MTs Daarut Taqwa Cigedug Garut, lalu pindah ke MA Miftahul Anwar dan dosen di STAIDA Garut. Domisili di Garut dan sedang menggeluti hobi menulis dengan bergabung di grup menulis KPPJB Jabar, PGRI AISEI dan AGBSI. Buku sudah 10 buku antologi dihasilkan dan 2 buku solo dalam proses.

    Lomba yang pernah diikuti adalah Juara dua ngeblog cerpen “Rumahku Istanaku” dan Juara 1 ngeblog bersama AISEI cerpen “Kasih Sayang Guru Terhadap Anaknya”,  juara Harapan di TBM Kinanthi cerpen “Panggil Dia Ibu” serta juara harapan di lomba menulis blog  “Penamrbams.” Dan sekarang aktif menjadi moderator di kelas online yang diadakan oleh PGRI di bawah naungan Bapak Wijayakusuma.        Email. Ernawatililis433@gmail.com,

blog https://guruuningabersamabulieze.blogspot.com, http://lilisernawati083124.gurusiana.id/

WA. 089695353202.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fiorentia viviane lesmana