MENTARI
‘KAN PENUHI JANJI
RESOLUSI
HIDUP 2022
Oleh
Lilis Ernawati
Kukuruyuk suara ayam mulai terdengar bersahutan. Membangunkan seisi alam
yang sedang terlelap dalam tidur panjang. Matahari perlahan mulai keluar dari
haribaannya, dengan penuh malu membukakan matanya, menyinari alam semesta.
Musim telah berganti kini, pandemic covid-19 telah mengubah semua
kebiasaan makhluk bumi. Biasanya saat bangun di pagi hari semua orang segera
berhamburan mengambil air wudhu dan memenuhi masjid, untuk melaksanakan sholat
subuh berjamaah. Kini, hanya beberapa orang saja yang masih setia mengunjungi
rumah Illahi, sambil bermasker dan menjaga jarak dengan sesama jamaah. Dulu,
saat bertemu dengan teman, sanak
saudara dan handaitulan kita
meluapkan kebahagiaan dengan berjabat tangan bahkan berpelukan, cipika cipiki dan tertawa riang. kini
hanya dengan menyatukan kedua telapak tangan dan meletakannya di dada saja
sebagai pertanda bahwa kita welcome
terhadap mereka.
“Rembulan, ayo bangun nak,”panggilku sambil membangunkan bulan yang
masih tertidur nyenyak, sementara itu Yuliani dan Barokah sudah bersiap-siap
hendak mandi. Walaupun mata mereka masih lengket dan terpejam, akan tetapi,
langkah kakinya berjalan gontai menuju kamar mandi. Saat hampir sampai,
merekapun berlarian, memilih kamar mandi sesuai dengan favorit mereka. Kamar
mandinya sama sih, hanya beda sedikit saja, kamar mandi yang di sebelah kanan menggunakan waterhiter.
“Kamu mengalah dong kak, “kata Barokah kepada kakaknya, Yuliani.
“Gakmau, aku dingin. Pengen mandi air hangat,”jawab Yuliani ketus.
“Abang kan laki-laki, tak baik terlalu sering mandi air hangat, “kataku
mengingatkan. Karena kata dokter jika laki-laki terlalu sering mandi air
hangat, nanti tingkat kesuburannya berkurang.
Dengan wajah ditekuk terpaksa Barokah mengalah, dalam hatinya menggerutu,”Awas aja yah kak, kalau nanti bekal sekolah kurang aku mau minta bekal kakak
lagi,”ucap Barokah dalam hati karena Yuliani kalau di sekolah, depan
teman-temannya akan bersikap baik dan murah hati kepada adiknya, maklum jaga image he..he..
Hari ini anak sekolah sudah mulai belajar full, walaupun jam pelajarannya masih 75%. Aku harus mengantar si Bungsu. Perubahan sistem pembelajaran
membuat anak-anak harus kembali menyesuaikan diri dan guru-guru harus terus memantaunya, karena
selama ini anak-anak lebih banyak belajar menggunakan gawai, sehingga butuh
waktu untuk penyesuaian kembali. Begitupun halnya dengan diriku yang mempunyai
pekerjaan sebagai seorang ibu rumah tangga merangkap pengajar di sekolah
Madrasah Aliyah, harus mulai menyesuaikan kegiatanku, di samping kegiatan di
kantor suamiku yang sewaktu-waktu harus aku hadiri.
Saat pandemic Covid-19 beberapa kegiatan sering berbenturan karena
alokasi waktu pembelajaran yang dilakukan secara bergantian dan berubah-ubah.
Aku yang harus mengurus semua keperluan rumah tangga termasuk mengantar
anak-anak sekolah, kadang merasa lelah karena beban moral dan mental
menghimpitku. Perjalananku ke tempatku mengajar memakan waktu satu jam, belum
lagi jika macet, sementara akupun pagi-pagi harus mengantar anakku yang bungsu
sekolah jika mendapatkan shift pagi. Nah
kalau shift siang, dan jadwalku masih di sekolahku mengajar, pikiranku menjadi
kacau. Karena jika si Bungsu Rembulan,
naik mobil umum suka was-was takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Belum lagi jika si bungsu Rembulan, yang kadang-kadang moodnya suka jelek, sehingga menghambat kegiatanku, karena di satu
sisi aku khawatir dengan anak-anakku dan di sisi lain, aku merasa bersalah
karena tidak memperhatikan murid-muridku di sekolah. Masa pandemic telah
membuatku sering terlambat datang ke sekolah, karena alasan anak. Sehingga
kadang jam istirahat aku masih di kelas untuk memeriksa buku tugas anak-anak
yang kuberi tugas sebelum aku sampai ke sekolah. Hal ini cukup melelahkan,
karena harusnya jam istirahat, aku masih saja berkutat dengan pekerjaanku.
Apalagi mata pelajaran yang aku ambil adalah Bahasa Indonesia, sehingga aku mau
tidak mau harus memeriksa tulisan murid-muridku dengan jeli karena Bahasa
Indonesia harus memperhatikan cara penulisan, EYD, keefektifan kalimatnya serta
tanda baca yang lainnya. Semoga di tahun 2022 ini, aku bisa ke sekolah lebih
awal, bisa maksimal mengajar dan memperhatikan murid-muridku dengan baik,
karena terus-terang saja, jiwa keibuanku tak bisa memungkiri jika aku akan
lebih memilih memperhatikan anak-anakku di bandingkan murid-muridku, sehingga
setiap kegiatan di sekolah, baik itu karya wisata maupun kemping dll, yang
dilaksanakan hari jumat, sabtu dan minggu takbisa aku ikuti, karena sabtu dan
minggu anak-anakku libur sekolah, secara otomatis membutuhkan perhatian
orangtuanya, begitupun dengan suamiku yang pulang kerja dan membutuhkan
pelayanan serta merindukan kebersamaan.
Saat pergi ke sekolah. aku tidak terlalu mengkhawatirkan anak-anakku
yang sudah besar karena kadang mereka memakai kendaraan masing-masing dan sudah
mengerti apa yang harus mereka siapkan dan lakukan.
Di tahun 2022 ini aku berharap agar pembelajaran di sekolah kembali normal,
walaupun harus tetap menjaga jarak dan pola hidup sehat sehingga aku bisa
mengatur jadwalku dengan baik dan tidak ada pihak yang dirugikan. Karena jika
masih belum ada kepastian, di shift dan dikurangi jam belajarnya, aku
bingung dalam pengaturan jadwal di
tempat aku mengajar. Pasti harus ada yang dikorbankan. Dan ini adalah dilema
hidupku. Di satu sisi aku ingin terus mengajar, akan tetapi di sisi lain
suamiku tidak setuju jika kegiatanku di luar menyita waktuku mengurus rumah
tangga. Aku tahu sebenarnya dia sayang padaku, dia tidak mau aku terlalu lelah
dan terbebani oleh pekerjaan di luar. Karena baginya mencari nafkah adalah
kewajibannya. Aku mengerti itu dan bukan maksudku ingin membangkang padanya
atau merasa kurang dengan apa yang diberikannya, karena sebagai manusia normal
berapapun rejeki yang Allah berikan jika tidak disyukuri maka akan merasa
kurang dan kurang terus, seperti peribahasa ibarat
meneguk air laut, semakin diteguk semakin haus. Tapi aku pikir, selama aku
masih bisa membagi waktu, mengapa tidak? Aku ingin berbagi ilmu dan pengalaman
yang aku miliki selama ditempa di bangku pendidikan. Oleh karena itu, di awal
tahun ini aku persiapkan sebaik mungkin bagaimana caranya agar pekerjaanku tetap
berjalan sesuai dengan harapan, anak-anakkupun terperhatikan dan suamiku tetap
nyaman. Ini pekerjaan yang cukup berat, karena butuh memutar otak 360 derajat,
di sisi lain usiaku pun semakin bertambah, sehingga kondisi fisikku sudah tidak
sekuat dan secekatan dulu lagi. Ya Allah, semoga engkau sehatkan aku, dan
berikan padaku keyakinan jika aku mampu melaksanakan semua kewajibanku dan
angan-anganku untuk terus berkarir, menuntut ilmu dan berbakti kepada orangtua
dan suami serta takpernah lelah membimbing anak-anakku menjadi anak-anak yang
soleh dan solehah. Amin Yra.
Kuawali niatku disaat liburan natal dan tahun baru, di sela kesibukanku
mengikuti kegiatan di kantor suamiku di Bogor dan kunjungan ke saudara-saudara
di Kuningan Cirebon, aku juga disibukkan dengan membuat modul dan materi
pelajaran, dengan harapan saat masuk sekolah nanti, aku tidak dikejar-kejar
dengan pekerjaan menyiapkan media pembelajaran. Aku ingin, murid-muridku merasa
puas dengan materi yang aku siapkan dan ilmu yang aku miliki bisa aku tularkan
kepada mereka sebagai bekal mereka suatu hari nanti.
Seiring berjalannya waktu, di tahun 2022 ini, ingin rasanya aku bisa
merengkuh kembali anak-anakku seperti mereka kecil dulu. Gawai, telah membuat
jarak diantara kami, semua sibuk dengan teman, permainan dan informasi yang
mereka minati. Kepedulian terhadap lingkungan terasa tak berarti, seakan-akan
kita takakan mati dan takakan merepotkan orang di sekelilingnya jika terjadi
sesuatu hal yang tak diinginkan kepada kita suatu hari nanti.
Hari ini, seperti biasa di hari jumat, sabtu dan minggu, suamiku pulang
dari pekerjaannya di Bogor. Kami semua senang, dan berusaha menggunakan
hari-hari tersebut untuk kebersamaan kami, merekatkan tali kasih dan perhatian
diantara semua anggota keluarga, harapanku semoga di tahun 2022 ini, kami masih
diberikan kesehatan, kebahagiaan dan umur yang barokah agar kami tetap bisa
berkumpul bersama menjalankan ibadah, belajar, menonton tv atau sekedar mabar dengan menu alakadarnya yang
menjadi favorit keluarga kami.
Awal tahun 2022 menjadi tonggak utama niat hatiku bisa menjadi lebih baik lagi, sebagai seorang
ibu dari ketiga anak-anakku yang harus selalu disayang, diperhatikan dan dibimbing
agar mereka menjadi anak-anak yang
berguna bagi nusa, bangsa, agama dan orangtua. Tak banyak yang aku inginkan di
tahun ini, selain kerukunan, kebahagiaan, kesehatan dan keselamatan orang-orang
yang kucintai. Kalaupun aku tetap mendapatkan ijin untuk terus berkarir, semoga
aku bisa membagi waktu sebaik mungkin dalam berbagi ilmu dan angan-anganku kini
adalah kenyamananku dalam menulis, aku harus bisa menghasilkan buku-buku
karyaku sebagai kenangan di masa hidupku sehingga andai Tuhan memanggilku,
telah kukembalikan ilmu yang kudapat dalam curahan bukuku untuk dapat
dimanfaatkan oleh generasi yang akan datang.
Semangat sehat selalu……semoga cinta dan kerinduan hati ini tetap
tertanam dalam kalbu dalam menjalankan kewajibanku sebagai makhluk yang harus
taat selalu kepada sang pencipta, pemberi semua kehidupan dan kenikmatan,
orangtua pemberi cinta kasih, suami pendamping di kala susah dan senang serta
anak-anak soleh dan solehah yang akan menjadi bekal suatu hari nanti dan
orang-orang sekeliling kita yang selalu mengingatkan dalam kebaikan yang akan
menambah pahala dan meringankan dosa kita, juga taklupa semoga selalu
dilapangkan rejeki dan hati untuk bisa terus berbagi baik berupa material
maupun spiritual dengan orang-orang di sekeliling kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar