Pengikut

Sabtu, 15 Januari 2022

INI RUMAH PAHLAWAN LHO

                                                         INI RUMAH PAHLAWAN LHO



Rumah siapakah ini?nyaris tak terurus apalagi diingat orang. Padahal berkat siasat penghuni rumah inilah Belanda dapat dikalahkan dalam perundingan Linggarjati. Pasti kalian bertanya-tanya kan?

Lain halnya para pemuda zaman now yang mungkin saat ditanya soal sejarah, hanya akan mengangkat kedua pundaknya sambil bibir seakan mencibir, dan berkata “I don’t know”. Tapi coba Tanya dimana tempat yang enak buat nongkrong dan selfi-selfi? Sejauh mata memandang, mereka akan hafal dan mampu menyebutkannya satu persatu.

Apa yang Bapak Ibu guru rasakan saat kata-kata seperti itu yang keluar dari mulut manis generasi penerus bangsa ini? Sedih bukan? Atau mungkin Bapak dan Ibu gurunya yang berada di sekitar daerah itu sendiri tak sempat memperkenalkan cagar budaya yang harus diketahui anak bangsa ?

Pengenalan cagar budaya dan sejarah bangsa ini bertujuan agar para pemuda penerus bangsa menghargai betapa pedihnya perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan, sehingga mereka bisa bertanggungjawab dan berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan kemerdekaan ini demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Ingat, kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan segelintir pejabat di Indonesia.



Inilah wajah beliau. Seorang pemuda berpostur tubuh pendek kecil kelahiran 5 Maret 1909 di padang Panjang putra seorang penasehat sultan Deli sekaligus jaksa Penuntut terpandang bernama Muhammad Rasad bergelar Maharaja Sutan.

Salah satu prestasi terbesarnya yaitu mensiasati hasil perundingan Linggarjati pada 15 November 1946, agar Belanda mau berunding. Namun, hasil perundingan Linggarjati merugikan Indonesia, Keputusan yang dianggap merugikan Indonesia itu sempat mendapat kecaman dari semua orang, bahkan Sutan syahrir sempat di culik pada tanggal 26 juni 1946 oleh oposisi persatuan perjuangan karena Sutan Syahrir lebih memilih pengakuan De Facto Belanda atas kedaulatan Indonesia, sementara Belanda menginginkan menguasai wilayah Indonesia disetujui oleh Sutan Syahrir.

Padahal Sutan Syahrir menyetujuinya asal dengan syarat meminta penambahan pasal, yaitu jika Belanda melanggar perjanjian itu, maka persengketaan tersebut harus diselesaikan pada sidang internasional. Karena beliau tahu jika Belanda licik. Hal itu terbukti, ternyata Belanja ingkar janji dan melakukan Agresi Militer 1 tahun 1947.

Berbekal hasil perundingan Linggarjati, Sutan Syahrir berpidato di PBB dan merupakan orang Indonesia pertama yang berpidato di PBB untuk menjelaskan hasil perundingan Linggarjati tersebut. Berkat pidatonya yang memukau, Belanda dikecam oleh seluruh negara di dunia sebagai negara yang mengingkari perjanjian. Akhirnya Belandapun harus menghentikan aksinya dan dunia internasional pertamakalinya mengakui nama Indonesia yang awalnya di sebut Hindia Belanda.

Mengapa di sebut Hindia Belanda? Karena Indonesia adalah Negara jajahan Belanda makanya disebut Hindia Belanda.

Bukan Belanda namanya kalau begitu saja menerima keputusan perjanjian. Dalam keadaan terdesak, Belanda malah maju lagi melakukan Agresi Militer keduanya tanggal 19 desember 1948 dengan tujuan ingin menghancurkan status Negara kesatuan Indonesia dan menguasai Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota Indonesia sementara.

Langkah selanjutnya di lakukan oleh Bung Hatta yang maju ke sidang meja bundar di Denhaag Belanda pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949 dengan hasil mendapatkan kedaulatan resmi dari Belanda dan juga Internasional

Sutan Syahrir merupakan perdana menteri pertama Indonesia dan termuda di dunia. Beliau juga ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) yang penjadi pencetus perubahan kabinet presidensil menjadi kabinet parlementer. Kabinet parlementer bertanggungjawab terhadap KNIP sebagai lembaga legislatif

Kepada masyarakat Sutan Syahrir selalu menyerukan nilai-nilai kemanusiaan dan anti kekerasan. Sutan Syahrir berusaha menunjukkan kepada dunia bahwa revolusi Republik Indonesia adalah perjuangan bangsa yang beradab dan demokratis dengan menyelenggarakan pameran kesenian yang diliput dan dipublikasikan wartawan luar negeri. Hal ini untuk mematahkan propaganda Belanda yang selalu mengatakan pada dunia jika Indonesia adalah negara yang brutal, suka membunuh, merampok dll.

Namun, pada pemilihan umum pertama tahun 1955 partai sosialis indonesia dibawah naungan Sutan Syahrir gagal mendapat suara terbanyak. Sutan Syahrir dan PSI dicurigai terlibat dalam pemberontakan PRRI.

Beliau di tangkap dan dipenjarakan tanpa diadili oleh pemerintahan orde baru pada tanggal 16 Januari 1962 karena dituduh melakukan kudeta dan percobaan pembunuhan presiden RI. Beliau ditahan di Markas CPM Hayam Wuruk Jakarta, tak berselang lama kemudian beliau di pindah ke rumah tahanan militer (RTM) Budi Utomo. Di sanalah Sutan Syahrir mulai sakit-sakitan dan stroke. Sejumlah tokoh termasuk Bung Hatta mendesak agar pemerintah membebaskan Sutan Syahrir, akan tetapi sia-sia, hingga akhirnya saat mulai kritis, Sutan Syahrir di bawa ke RS Gatot Subroto. Namun RS Gatot Subroto, tidak sanggup dan merujuk ke RS yang ada di Zurich Swiss, di sanalah Sutan Syahrir menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 16 April 1966.

Saat beliau wafat Presiden Soekarno mengeluarkan Kepresnya No.76 tahun 1966 yang isinya merehabilitasi nama Sutan Syahrir sebagai Pahlawan Nasional.

Akan tetapi semuanya sudah tak berarti bagi yang telah tiada, Sutan Syahrir tak tersenyum bahagia karena rehabilitasi namanya tersebut, terlambat. Sutan Syahrir pemuda yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia di penutup usianya malah menjadi tahanan di negeri sendiri yang dia perjuangkan kemerdekaannya, begitulah isi pidato Bung Hatta di pembaringan terakhir Sutan Syahrir. Inilah Indonesia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

fiorentia viviane lesmana