TAFSIR AL-QURAN LITERASI ANDALAN
Oleh
Lilis Ernawati
Malam
ini aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku bingung, apa yang bisa aku sampaikan di
laporan kegiatan literasi sekolahku. Padahal besok semua mahasiswa S2 jurusan
Bahasa Indonesia diwajibkan menyampaikan pengalamannya saat memberikan materi
literasi di sekolah masing-masing.
Aku
melihat mahasiswa S2 lainnya menceritakan tentang kegiatan literasi di
sekolahnya. Sekolah mereka setiap pagi
siswanya diwajibkan membaca walau hanya 5 menit, bercerita, menghasilkan karya
dan lain-lain. Semua itu kemudian dituliskan di buku laporan kegiatan harian
siswa. Keren banget.
Sekolah
mereka bisa dengan mudah melaksanakan kegiatan literasi karena perpustakaan
mereka komplit, selain itu mereka
mewajibkan setiap siswa membawa satu buku, bebas. Boleh buku cerita, sejarah
ataupun pengetahuan. Sedangkan di sekolahku, jangankan untuk menyumbang buku,
membayar uang bualanan yang hanya Rp 25rb saja banyak yang nunggak.
Hal
ini karena sekolah kami bukan dari kalangan elite.
Sebagian besar mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu. Namun kelebihan
sekolah kami adalah siswa siswinya banyak yang berprestasi di hapalan Al-Quran
dan Pelajaran. Walaupun gurunya hanya dibayar dengan honor yang hanya cukup
untuk seminggu, akan tetapi mereka ikhlas demi kemajuan anak bangsa dan untuk
mencerdaskan generasi penerus negeri.
Dalam
diam kuputar otakku, bagaimana kegiatan literasi dapat dilaksanakan dalam
kondisi sarana dan prasarana yang terbatas. Akhirnya aku putuskan untuk
kegiatan literasi di sekolahku nanti dengan memanfaatkan tafsir Al-Quran.
Mengapa demikian? Hal ini aku lakukan karena di sekolahku setiap pagi
melaksanakan kegiatan membaca dan menghapal Al-Quran. Supaya tidak memerlukan
modal lebih banyak, maka aku putuskan tafsir Al-Qurannya untuk dipelajari.
Setiap
siswa memiliki Al-Quran yang sudah ada tafsirnya, akan tetapi karena mereka
lebih fokus ke hapalan AL-Quran, makanya kadang-kadang arti bacaannya kurang
dihiraukan. Hal itupun terjadi pada diriku. Makanya, dengan cara seperti itu
selain membiasakan membaca tafsir Al-Quran kepada siswa, secara tidak langsung
saat memeriksa tugas siswa, aku ikut membacanya juga
Literasi
merupakan istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan
keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan
masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Oleh
karena itu dengan kegiatan literasi ini banyak hal yang bisa kita jadikan
sebagai pembiasaan kepada siswa, antara lain : membaca, meringkas, menulis,
menyimak dan berbicara. Komplit kan? Kenapa bisa begitu?
Tentu
saja bisa karena sebelum meringkas, maka siswa wajib membaca dulu keseluruhan
tafsir Al-Qurannya. Nah saat meringkas, keterampilan menulis mereka dilatih,
setelah itu mereka siap-siap dipanggil
untuk melaporkan hasil ringkasannya. Aku berencana setiap mata
pelajaranku satu orang secara bergantian mempresentasikan hasil ringkasannya, secara
tidak langsung keterampilan berbicara siswapun diuji. Sedangkan untuk siswa lain, mereka wajib
menyimak laporan literasi temannya.
Jadi
sebenarnya selain kemampuan literasinya bisa diperoleh, kegiatan ini bisa
menjadi satu ajang uji nyali siswa siswi agar pede saat berdiri di depan kelas dan mempresentasikan
hasil laporan ringkasannya.
Setelah
merasa ada solusi, hatiku sedikit tenang. Rasa kantuk mulai menyerangku, dalam
lelah aku tertidur pulas sekali hingga lupa jika tadi sehabis sholat isya, aku
belum makan malam.
Keesokin
harinya kuminta anak-anak memulai kegiatan literasinya dari juz 30 surat 114
yaitu surat An-Naas. Merekapun diminta membuat satu buku khusus literasi. Yang di
dalamnya terbagi dalam beberapa kolom antara lain: kolom nomor, tanggal,
surat/ayat, ringkasan, keterangan. Dan
untuk hari pertama kegiatan literasi ini, KM disuruh pertama menjelaskan isi
kandungan Surat An-Naas tersebut.
Aku
senang sekali, karena merekapun senang dengan kegiatan ini. Semoga kegiatan ini
bisa menjadi tonggak awal, mereka mau
menulis dan membaca hasil karya orang lain.
Aku
menamakan kegiatan literasi ini dengan nama kulman
alias kuliah lima menit. Setiap selesai pembelajaran mata pelajaranku, aku
selalu menyebut satu nama yang wajib bersiap-siap di pertemuan yang akan datang.
Kegiatan
literasi yang aku laksanakan setiap hari, akhirnya menjadi pembelajaran yang
luar biasa hasilnya. Siswa siswi yang awalnya tertutup dan tidak mau ke depan,
dengan terpaksa mereka ke depan dan setelah itu mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan
teman sekelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar