Pengikut

Minggu, 08 Mei 2022

KISAH ORANG-ORANG HEBAT DI GARUT

 

1. 
ADANG SUTARDI : ANAKKU PEWUJUD IMPIANKU




Abah, ...  itulah panggilan semua orang di kampus kami pada lelaki pendek, berambut putih yang sudah tidak muda lagi ini. Tidak hanya para dosen yang memanggilnya "Abah", tapi semua mahasiswa dan siswa SMA Muhamaddiyah pun sama, memanggilnya "Abah." Padahal beliau memiliki nama asli  Adang Sutardi. Namun, sepertinya panggilan Abah lebih tenar dari nama asli yang diberikan orangtuanya kepada Bapak Adang Sutardi ini.

Abah adalah panggilan untuk laki-laki tua yang sering digunakan di suku sunda, biasanya karena lelaki itu sudah memiliki cucu dan cucu-cucunya yang memanggilnya dengan sebutan Abah. Namun, julukan Abah di sini, bukan karena kami cucunya, akan tetapi beliau sendiri yang meng-abah-kan kepada semua orang. Termasuk aku di dalamnya pun, memanggilnya Abah.

Namun dalam artikel ini, bukan ketenaran nama Abah yang akan saya kupas. Melainkan suri tauladan beliau yang harus kita contoh sebagai pahlawan pendidikan, kalau menurutku.

Abah Adang, adalah laki-laki kelahiran Garut Asli yang lahir di bulan Juli tahun 1957. Berarti sekarang beliau sudah berumur 65 tahun. Alhamdulillah, Abah Adang, masih sehat, masih senang bercanda dan masih cekatan mengerjakan pekerjaannya sehari-hari.

Pekerjaan Abah Adang sehari-hari adalah sebagai penjaga kampus di Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arqom Muhamaddiyah Garut. Sebelumnya Abah Adang bekerja sebagai penjaga sekolah di SMA Muhammadiyah Garut.

Berbekal ijasah SD, sebagai alumnus dari SD Wanaraja tahun 70-an, Abah hanya bisa menjadi penjaga sekolah saja. Bukan karena tidak mau melanjutkan, akan tetapi masalah ekonomi menjadi salah satu hambatannya.Namun hal itu tidak membuatnya kecil hati. Dalam hatinya berjanji, sebisa mungkin bisa menyekolahkan anak-anaknnya hingga sarjana.


Pada usia 20-an, Abah Adang menikahi seorang wanita cantik bernama Naen Suryati. Ibu Naen adalah wanita kelahiran 1965, berbeda 8 tahun dengan suaminya Abah Adang Sutardi.  Dari pernikahan itu, Abah Adang dikaruniai enam orang anak, lima  perempuan dan satu laki-laki. Dan lima anaknya  bisa Abah Adang sekolahkan hingga sarjana Strata-1 dan yang bungsu masih SMA. Inilah yang membuatku salut pada Abah Adang. Masa lalunya, membuatnya sadar jika pendidikan itu sangat diperlukan untuk bekal hidup anak-anaknya kelak. 



Jika kita berpikir secara akal, rasanya tidak mungkin Abah Adang bisa menyekolahkan kelima anaknya hingga sarjana Strata-1 DAN SATU ANAK DI SMA 1 Garut, begitupun pendapat saudaranya, orangtuanya, bahkan orang-orang di sekelilingnya yang awalnya mencemooh, dan menganggap Abah Adang terlalu ketinggiian mimpinya.

Namun Abah Adang, begitu percaya diri dan sudah bertekad bulat untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana Strata-1. Dan Alhamdulillah mimpi Abah Adang kesampaian. Kelima anak pasangan Abah Adang dan Ibu Naen semuanya berpendidikan sarjana dan si bungsu masih SMA. Ada pendapat seorang ahli yang mengatakan, jika antara keinginan dan usaha itu seperti halnya magnet bumi yang sangat kuat tarik menariknya. Di mana keinginan kita kuat, usaha kita kuat, maka impian kita akan tercapai. Manjada wa Jada.  

Niat baik Abah Adang  menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi membuatnya diberikan rejeki yang melimpah walaupun hanya sebagai penjaga sekolah yang saat itu mendapatkan gaji sebesar Rp 300.000,00, akan tetapi alhamdulillah semuanya bisa tertutupi. Abah dan istrinya tak pernah lelah berusaha, dengan membuka kantin di kampus STAIDA. Namun karena tekadnya yang besar pihak kampuspun menyambut niat baik Abah dan memberi bantuan kepada anak-anaknya, agar bisa lulus hingga sarjana Strata-1 Sehingga ada yang memiliki gelar sarjana pendidikan dan sarjana ekonomi. Mereka sekarang ada yang mengajar di sekolah TK,  SD dan ada juga yang bekerja di swasta.

Abah Adang, adalah sosok orangtua dulu, akan tetapi berpikiran modern. Baginya, warisan yang abadi adalah pendidikan yang tinggi, baik itu pendidikan formal maupun non formal, bukan harta yang berlimpah atau jabatan yang tinggi, karena semua itu hanya sementara. Namun jika ilmu yang diwariskan, bisa diwariskan lagi pada generasi berikutnya.



Alhamdulillah kini anak-anak Abah Adang sudah berumah tangga dan sudah mandiri. Abah bahagia melihat mereka bisa hidup dan menghidupi dirinya tanpa merepotkan orang lain. Tinggal satu lagi yang masih duduk di bangku SMA. Berikut nama anak-anak Abah Adang :
1. Neneng Suminar, S.Far bekerja di Gobras Tasikmalaya
2. Iin Maryati, S.Pd. Mengajar di SD Wanaraja
3.Nurul Aeni, S.E., mengajar di TK
4. Muhamad Ramdani, S.E. , Karyawan swasta
5. Sri Fatmawati, S.E., Mengajar di TK Baiturohim
6. Yuliani, SMAN 1 Garut

Abah, memang sosok yang luar biasa. Semoga prinsip Abah Adang, bisa aku terapkan pada anak-anakku kelak, karena dengan ilmu mereka bisa
 selamat dunia dan akhirat dan bisa menyelamatkan semua umat dari kebodohan dan kefakiran.





4 komentar:

fiorentia viviane lesmana